Seharusnya Bisa Mengalir Bebas

Sungai. Tempat yang paling mengenaskan di Masbagik. Mungkin bukan hanya Masbagik, Aikmel dan Lenek juga tak jauh beda karena ada saudara yang tinggal disana. Air mengalir yang seharusnya menjadi salah satu bagian dari siklus hidrologi dan keseimbangan ekologi makhluk hidup menjadi tempat yang sangat kumuh. Semua sampah rumah tangga dibuang di sungai, tak peduli akibat yang akan ditimbulkannya.
Bukan hanya limbah rumah tangga, limbah manusia pun dibuang di sungai. Bau dan kotornya sungai tak membuat mereka jijik untuk jongkok di dalam aliran air keruh itu. Lengkaplah sudah penderitaan sungai-sungai yang ada di sekitar perumahan warga Masbagik yang penuh sesak. Bendungan-bendungan sudah tersumbat sampah, terowongan bawah sungai penuh dengan sampah yang menyangkut, bau busuk menyeruak dan air sungai meninggi. Yang mengherankan ,mereka masih belum sadar dengan keadaan yang sudah sangat mengenaskan itu. Masih saja tega membuang kotoran di sungai dan bertahan tinggal di depan sungai dengan nyaman dan tenang tanpa terganggu dengan bau busuk yang sangat menyengat. Pedagang-pedagang makanan masih tetap bertahan berdagan di atas sungai dan masih ada yang mau membeli. Tumpukan sampah yang menyumbat lorong-lorong aliran air pun tak ada yang menghiraukan. Seakan pemandangan biasa yang tak perlu dirisaukan.
Hujan mengguyur dalam beberapa hari berturut-turut. Seperti yang telah diduga, air sungai meluap. Air menggenang dimana-mana. Masuk ke rumah warga, sumbatan sampah makin menggunung hingga ikut meluap bersama air sungai yang mengalir ke tepi. Anak-anak kecil bermain dengan asiknya di sungai sambil hujan-hujan. Mereka tak tahu bahaya yang mengancam mereka. Mereka tak merasa jijik bermain di kubangan air kotor penuh sampah itu. penduduk sekitar sungai itu seperti menutup mata menutup telinga akan jeritan dan rintihan sungai yang setiap hari mereka aniaya. Mereka tak peduli kalau air sungai meluap akan berakibat pada tempat tinggal mereka dan kotornya sungai akan berakibat buruk pada kesehatan keluarga mereka. Entah benar-benar tidak mengerti atau sengaja tak mau tahu.
Kemarin pagi saya mengantar adik sepupu berangkat sekolah di SMA N 1 Masbagik. Sepanjang jalan raya, tentara-tentara sedang membersihkan tumpukan sampah yang ada di pinggir jalan. Samping kanan kiri jalan tersebut adalah sungai yang berasal dari perkampungan penduduk. Sampah bertumpukan di pinggir jalan sepanjanjang sekitar 500 meter dengan tinggi tumpukan hampir 0,5 meter. Itu baru sepanjang jalan itu, belum tumpukan sampah yang ada di sungai perkampungan penduduk. Tentara-tentara itu masih mengambili sampah-sampah yang mengalir di sungai.
Sayang sekali sungai yang seharusnya jernih dan mengalir deras harus rela menjadi keruh dan bau karena ulah manusia. Sayangnya, manusia-manusia itu (yang membuang sampah di sungai) belum sadar akan pentingnya kebersihan sungai untuk kesehatan mereka. Mereka masih saja membuang sampah di sungai meski sudah merasakan akibat tidak nyaman yang ditimbulkan karena banyaknya sampah yang menumpuk di sungai.
Hebatnya lagi, tak ada satu orang pun yang peduli dengan keadaan sungai yang sudah minta tolong dengan memberi tanda-tanda seperti menyebarkan bau busuk yang menyeruak, pemandangan yang tidak sedap dipandang dan air yang keruh.
Bukan hanya pemukiman saja yang terancam, tapi lahan pertanian yang dilewati aliran sungai tersebut juga menjadi terganggu. Tanaman tercemar, pertumbuhan tanaman tidak maksimal dan pasti akan timbul dampak yang berantai.
Kasihan sungaiku...

Comments