Room to Read

Inspirational Book
Diterbitkan oleh Bentang Pustaka, ditulis oleh John Wood.




Entah untuk berapa bulan nggak beli buku karena ada beberaa buku yang masih belum dibaca hasil kalab beli buku sebelum pulang ke Lombok. Sejak lebaran, semua buku udah habis terbaca dan aku mulai sakau nggak ada buku. Tanya kesana-kemari dimana ada Gramedia, Togamas atau toko buku murah yang lain. Semua teman menjawab “Erlangga” satu-satunya toko buku besar yang ada diskonnya. Yah, hanya satu selain Kharisma. Yang lainnya toko buku kecil dan kurang update. Toko buk Kharisma pernah kukunjungi setahun yang lalu dan aku nggak menemukan buku yang menarik hati untuk dibeli.
Dengan berbekal pernah lewat toko buku itu waktu ke rumah Paman, aku pun yakin aku tahu cara menemukan tempat itu. Melaju sendiri ke Mataram yang berjarak sekitar satu jam dengan motor dari rumah, beberapa kali aku salah berbelok di Mataram karena takut kebablasan. Untung bukan jalan searah, jadi tiap kali aku sadar kalau bukan jalan itu yang kutuju, kuputar motor menuju jalan utama lagi dan kutemukan jalan yang benar setelah dua kali salah belok dan berbalik arah.
Benar kata pepatah, “Terkadang kita harus menemukan jalan yang salah untuk mendapatkan jalan yang benar”. Dan aku benar-benar mengalaminya. Dua kali salah belok, ketiganya baru menemukan jalan yang benar.
Masuk ke Toko Buku dua lantai yang tidak terlalu ramai itu, rasanya bahagia banget. Berasa bertahun-tahun nggak pernah ke toko buku dan kalab beli buku, padahal baru enam bulan terakhir ini nggak ke toko buku. Seneng banget memutari rak-rak buku dan meja-meja yang memamerkan buku-buku baru. Memilih buku itu seperti mencari pasangan, butuh cinta dan kecocokan. Memilih buku itu seperti memilih makanan, terkadang perlu mencobanya untuk tahu rasa keseluruhannya. 
Aku jatuh cinta pada buku ini pada pandangan pertama. Judulnya di tulis dengan huruf besar “Room to Read” yang dibawahnya tertulis ‘Tinggalkan Karier di Microsoft Demi Membangun 7.000 Perpustakaan di Pelosok Dunia’. Kalimat di bawah judul itulah yang membuatku langsung jatuh cinta pada buku itu. di dasar sampul ditulis nama penulisnya John Wood – mantan eksekutif Microsoft. Di sampul itu juga tertulis: Peraih Academy for Educational Development “Breakthrough ideas in Education” Award 2007.
Sampulnya bergambar seorang lelaki dewasa yang membawa buku dan dikelilingi anak-anak kecil.
Kubuka buku yang tidak disegel. Buku yang tidak lebih besar dari buku tulis itu memuat 385 halaman dengan tulisan kecil-kecil yang berderet. Aku semakin tertarik ketika membaca sederet kalimat pembukanya. Langsung kujatuhkan pilihan pada buku itu tanpa berfikir panjang. aku sudah jatuh cinta dan aku ingin tahu lebih banyak tentang buku itu.
Buku ini bercerita tentang seorang John Wood seorang eksekutif Microsoft berkebangsaan Amerika yang sedang melakukan perjalanan mendaki Pegunungan Himalaya di Nepal untuk 21 hari di tengah pekerjaannya yang padat tanpa istirahat. Ketika itu ia ditugaskan di Australia oleh Microsoft. Di tengah perjalanannya, dia berbincang dengan seorang penduduk asli di kedai kopi, namanya Pasuphati. Mereka berbagi cerita pengalaman mereka. Pasupathi bekerja untuk pemerintah Provinsi Lumjang, bertanggungjawab untuk menemukan sumber daya bagi 17 sekolah di provinsi pedalaman tesebut. Sekolah-sekolah itu letaknya jauh dari jalan utama dan terpencil di jalan-jalan tanah.
Pasupathi menceritakan keadaan pendidikan di Nepal yang sangat memprihatinkan. Keterbatasan fasilitas, banyaknya anak meninggalkan bangku sekolah di usia dini dan ketidakmampuan masyarakat dan pemerintah yang terlalu miskin untuk mengupayakan kemajuan pendidikan.  John Wood semakin tertarik dengan cerita Pasupathi yang kemudian menyetujui ajakan Pasupathi untuk mengunjungi satu sekolah bersamanya keesokan hari.
Perjalanan panjang yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama berjam-jam ternyata memang sangat menyedihkan. John merasa kasihan ketika melihat perpustakaan yang hanya ada satu rak buku di dalamnya itupun bukunya tidak penuh. Raknya dikunci rapat takut bukunya rusak karena stok buku yang ada sangat terbatas. Bukunya pun bukan buku yang layak dibaca anak-anak seusia mereka. Sebagian bukunya adalah buku yang ditinggalkan pejalan kaki yang melewati daerah itu.
John prihatin melihat keadaan tersebut, mereka berharap John mau kembali lagi kesana dengan membawa buku-buku untuk anak-anak itu dan John berjanji akan datang di tahun berikutnya untuk memenuhi harapan mereka. Namun, mereka ragu sebab sudah banyak pejalan kaki yang berjanji seperti John dan tidak pernah menepati janjinya.
John mengirim email pada teman-temannya tentang keadaan sekolah di Nepal dan niatnya untuk mebantu mereka menyediakan buku-buku yang layak baca. John mengharap bantuan buku yang nantinya akan dikirim ke Nepal. Dia juga meminta menyebarkan pesan tersebut ke teman-teman yang lain, semakin banyak semakin baik. Dia memberikan alamat orang tuanya di New York dan alamatnya di Australia sebagai tempat pengiriman buku.
Diluar dugaannya ternyata antusiasnya begitu besar, buku-buku berdatangan memenuhi garasi rumah Ayah John. Meski awalnya tidak tahu bagaimana cara mengirimkan buku-buku tersebut, ayah John membantu memecahkan masalahnya dengan bekerjasama dengan organisasi Lions Club di Kathmandu. Buku-buku berhasil diantar sampai ke sekolah-sekolah terpencil itu yang dipastikan oleh John dan ayahnya yang langsung datang ke Nepal.
Di tengah padatnya pekerjaannya, ditambah dipindahkan tugasnya ke Cina, John semakin tidak nyaman dengan pekerjaannya yang tidak memberi ruang baginya untuk istirahat. Dia justru lebih bersemangat setiap kali membicarakan tentang pembukaan perpustakaan di sekolah-sekolah di Nepal yang sangat membutuhkannya.

Setelah kebimbangan panjang, John memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya untuk membuka organisasi amal untuk menyediakan buku-buku bagi sekolah-sekolah di Nepal. Dengan keterbatasan sumber daya yang dimilikinya ditambah keyakinan dan niat tulus, John berhasil melewati masa-masa tidak menyenangkan mencari dana untuk membiayai proyek bukunya. Keyakinan dan tekad kuatnya berbuah manis, organisasinya berkembang pesat, memiliki cabang di banyak negara dan berhasil meluaskan wilayah operasinya hingga ke Kamboja, India, dan negara-negara lain di ASIA. Tidak hanya mendirikan perpustakaan, organisasi Room to Read yang awalnya bersama The Book for Nepal itu sudah memiliki cukup banyak karyawan dan kantor cabang di negara-negara maju berpenghasilan tinggi. Dana-dana sumbangan dari para donatur didapatkan cukup banyak dengan pengalaman penggalangan dana yang menyenangkan untuk dapat membiayai kegiatan Room to Read yang juga memberikan beasiswa bagi para wanita dan membuka sekolah-sekolah di daerah bencana. Banyak pengalaman John Wood dan Room to Read yang terkadang minim sumber daya dan tanpa perencanaan matang tapi justru berhasil dengan keyakinan dan prinsip langsung bertindak tanpa banyak berfikir.

Jangan berharap menjadi apapun selain dirimu apa adanya dan cobalah untuk menjadi dirimu apa adanya itu secara sempurna
By St. Francis de Sales

Comments