Bias Gender, Keadaan atau pilihan?


Mereka, wanita-wanita yang bertahan untuk sesuatu yang mereka yakini. Mereka, ibu-ibu yang berusaha hidup lebih baik. Mendapatkan lebih dari yang biasa untuk uang saku putra-putrinya. Bukan sesuatu yang mengherankan banyak ibu-ibu setengah baya yang mengangkut pasir dan membantu pekerjaan tukang kayu dan tukang batu dalam membuat bangunan. Mereka menjadi pengangkut bahan bangunan.
Panas terik menjadi teman, kulit legam menjadi biasa, mereka melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum adam. Keikhlasan dan harapan menjadi alasan menjalani keadaan yang tak mereka harapkan itu. Memasak, mengurus anak dan menyambut suami pulang dengan hidangan di meja adalah hal yang paling membahagiakan. Namun, demi kehidupan yang lebih baik, angan itu harus dikuburnya. Mungkin suatu saat, akan bisa mewujudkannya. Suatu saat, ketika kehidupan mereka sudah lebih baik. Biaya sekolah anak, uang kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lain dapat tercukupi hanya dari penghasilan kepala keluarga.
Ember-ember penuh berisi pasir dipikul di atas kepala yang diganjal dengan kain handuk kecil agar tak terlalu sakit terkena batok kepala. Kereng (seperti kain sarung yang dipakai sebagai bawahan) sebatas mata kaki itu banyak terkena pasir. Celana-celana pendek yang dikenakan beberapa ibu yang lebih muda tak kalah kumal dengan kereng yang dikenakan ibu-ibu laiinnya. Argo berisi penuh pasir didorong seorang ibu dengan celana pendek menaiki tanjakan, menuruni tangga datar dan melewati kubangan air.
Tak ada keluhan sedikitpun terdengar dari nafas mereka. Senyum ceria dan canda mewarnai perjalanan mereka. Sesekali mereka istirahat, menyegarkan tenggorokan sambil bercanda, bercerita suami dan anak mereka yang sangat dirindukan. Hari ini panas dan hujan sangat cepat berganti. Rintik hujan tak menjadi halangan untuk menyelesaikan tugas demi mendapatkan lebih banyak upah. Senyum putra-putrinya di rumah menjadi penyemangat untuk selalu bertahan menyelesaikan kewajiban meski badan sudah mulai lelah dan keringat mengucur deras.
Menjadi pengangkut bahan bangunan bagi para ibu menjadi pemandangan yang biasa saat ini. Bukan hal yang perlu dianggap luar biasa. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para pria pun wanita bisa melakukannya. Bahkan ada pula ojek wanita, tukang becak wanita, sopir bus malam wanita dan kondektur wanita. Haruskah menjadi semakin banyak lagi pekerjaan pria yang dilakukan wanita dan sebaliknya? inikah yang namanya bias gender?

Comments