Senaru dan Konsekuensinya


Kerja itu seperti perjalan menemukan air terjun di Senaru. Kaki Gunung Rinjani yang terkenal denagn air terjun indahnya. Untuk sampai disana, kita harus melewati jalan berliku melewati perbukitan atau bisa juga ditempuh lewat pesisir pantai. Yang penting bisa sampai ke gerbang air terjun Sendang Gile yang entah dari mana nama itu berasal. Kalau lewat pantai, jaraknya lebih jauh tapi pemandangannya lebih indah sedangkan melewati bukit akan lebih cepat tapi tak banyak pemandangan yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan dengan tikungan tajam dan medan yang lebih ekstreem.

Begitupula dengan pilihan kita untuk menjalani satu pekerjaan. Kita harus tahu konsekuensi dari setiap keputusan yang kita pilih. Tak boleh ada kata menyesal atas keputusan itu karena itu justru akan menjadikan kita tak bisa sampai pada tujuan awal. Fokus pada tujuan dan jalani apa yang sudah menjadi keputusan merupakan langkah bijak.

Setiap orang berhak tanpa ada yang salah. Tak ada yang bisa menyalahkan keputusan orang lain karena itulah yang dipilih orang itu untuk menjalani hidupnya. Tak perlu membandingkan dengan orang lain karena kita punya jalan hidup sendiri, jadi jalani saja. Pilih jalan mana yang ingin ditempuh. Jalan aman agak lama lewat pantai atau jalan cepat penuh tantangan lewat bukit. Alat untuk sampai disana pun kita sendiri yang menentukan. Mobil atau motor. Mobil akan memakan waktu lebih lama tapi banyak teman yang ada di dalamnya jadi perjalanan selama apapun takkan terasa membosankan. Pilihan sepeda motor akan menjadi alat transportasi yang lebih cepat meski lebih capek.

Sebelum menentukan langkah, paling tidak kita sudah tahu apa konsekuensi terbanyak yang 
akan kita hadapi. Memilih berarti sudah siap dengan konsekuensinya jadi jangan sampai di tengah jalan harus mundur karena tak sanggup dengan konsekuensinya. Lebih baik gagal karena sudah mencoba dibanding hanya bisa membayangkannya tanpa pernah mencoba. Coba saja tentukan pilihan dengan jalan mana dengan apa untuk sampai di gerbang senaru.
Perjalanan panjang dan melelahkan akan menuai senyum ketika akhirnya menemukan gerbang air terjun Sendang Gile di Desa Senaru. Kaki Rinjani yang sering dijadikan tempat persinggahan pada pendaki baik yang akan naik maupun turun gunung. Hawa sejuk menyambut kedatangan siapapun yang datang. Memberikan sambutan yang menyenangkan bagi setiap pengunjung yang baru memasuki daerah ini.  mencoba menawarkan kenyamanan kepada setiap yang singgah baik untuk dalam waktu lama maupun hanya lewat. Artinya, satu tahap telah terlewati yang bukan berarti akhir dari pejalanan. Akan ada perjalanan dan konsekuensi lain yang harus dijalani selanjutnya.

Menuruni anak tangga yang cukup banyak menuju Sendang Gile. Jangan pernah membayangkan bagaimana capek ketika kembali ke gerbang ketika kita baru datang karena bahkan mencoba turun pun belum. Jalani saja, turun saja. Bukankah tujuan sampai di gerbang ini untuk menikmati Air Terjunnya?bukan untuk merasakan ataupun sekedar membayangkan naik turun tangga?
Berjalan menuruni anak tangga yang sudah disediakan tak perlu lagi mencari jalan setapak untuk bisa menempuhnya. Terkadang rezeki itu datang sudah terduga dan diharapkan. Tak sampai 10 menit berjalan, sebuah pemandangan indah menyambut kami. Rombongan air jatuh dari ketinggian menuju ke sungai yang sudah siap menerimanya dan memercikkan sebagian airnya ke sekitar. Memberikan kesegaran bagi siapapun yang berada di sekitarnya.
Disanalah kepuasan dari sebuah perjuangan dan pengorbanan akan terasa indah. Indah merupakan hasil dari perjuangan dan pengorbanan sebelumnya. Namun, kalaupun masih belum merasa indah, berarti kita harus kembali mengingatkan diri untuk bersyukur karena mengakui keindahan adalah salah satu cara bersykur. Sampai tujuan yang dinantikan dan merasa tak sia-sia melakukan perjuangan dan pengorbanan untuk ciptaanNya yang memang pantas untuk diperjuangkan. Begitulah rasanya ketika pekerjaan telah usai dan sebuah hasil terlihat nyata membuat kita puas.

Saat pengorbanan dan perjuangan itu tak sia-sia dengan mendapatkan apa yang ktia inginkan, rasanya pasti sangat puas. Namun, terkadang hasil tak seperti yang kita bayangkan sebelumnya yang berarti bukan yang kita harapkan. Kepuasan itu tak lengkap. Bayangan untuk mandi di air tejun kemudian menikmati kopi hangat atau pop mie disampingnya tak bisa terwujud karena saat itu tak ada yang berjualan. Bukan berarti itu adalah bukti kegagalan, tapi mengajarkan untuk tetap bersabar. Dengan begitu kita bisa menikmati segarnya air yang mengalir dari ketinggian puluhan meter itu. Air yang berasal dari mata air tanah. ciptaanNya langsung yang dapat diikmati tanpa harus mengubahnya. Ketika tak ada yang lain, mau tak mau air itu yang harus diminum dan saat itulah kenikmatan baru dialami. Sebuah pengalaman baru dan sebuah pelajaran baru.

Bahkan sampai disini pun perjalanan belum usai. Kembali pilihan diberikan ketika ada sebuah air terjun yang lebih indah di dalam hutan. Jalan setapak yang terlihat memberikan gambaran singkat kalau perjalan menuju Tiu Kelep, air terjun yang lebih besar dan indah, akan menjadi perjalan penuh tantangan. Memutuskan untuk menjalaninya berarti siap dengan konsekuensi selanjutnya. Namun, kalau memutuskan kembali ke gerbang masuk dan pulang berarti siap dengan konsekuensi untuk tidak bisa menikmati hasil yang lebih.
Memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan bukan berarti salah. Setiap orang punya alas an untuk tidak melakukannya karena mereka yang punya hak sepenuhnya atas hidup mereka. Selama tidak merugikan orang lain, semuanya sah saja dan benar atas persepsi yang mendukungnya. Kita tak pernah bisa memaksakan keputusan kepada orang lain karena bukan kita tak pernah bisa menanggung konsekuensinya. Jadi hargai saja apa yang menjadi keputusan orang lain.
Memutuskan untuk menelusuri jalan setapak mendapatkan keindahan yang lebih dari ini merupakan keputusan berani. Melewati semak dan pemadangan hutan di kanan kiri kita tak pernah tahu bagaimana medan beberapa meter di depan kita. Hanya mencoba untuk konsekuen atas keputusan, apapun yang terjadi di depan harus dijalani. Kecemasan memulai hal yang baru pasti dimiliki setiap orang. Segala yang baru akan selalu diikuti kecemasan karena belum tahu jalan seperti apa yang akan dijalani nantinya dan hambatan seperti apa yang harus disingkirkan. Namun, doa menjadi pendamping dan penguat di setiap langkah. Yakin akan KuasaNya yang telah mengatur semua sesuai dengan kebutuhan dan porsinya adalah kekuatan untuk tetap melangkah.

Keluar dari hutan, sebuah anak tangga naik yang terbuat dari semen yang di cor sengaja disediakan untuk memudahkan perjalanan. Tangga yang sudah mulai banyak retak dan rusak juga berlumut itu cukup curam. Menaikinya berarti mengambil resiko jatuh kalau tidak hati-hati dan capek karena anak tangganya sempit. Harus berjalan satu persatu dan tak bisa saling bergandengan untuk menguatkan. Saat itulah kita dituntut untuk berani mengambil keputusan kalau benar-benar ingin sampai ke Tiu Kelep. Tergelincir jatuh dan kembali bangkit untuk mencoba naik atau mungkin tak perlu tergelincir untuk sampai disana kalau langkah yang kita ambil cukup tepat.

Sampai di anak tangga terakhir, nafas yang tersengal-sengal tergantikan dengan jernihnya air di selokan tak jauh dari sana. Aliran air dari Tiu Kelep yang jernih dan segar. Jalan datar terhampar dengan melompati lubang-lubang parit. Bahkan di jalan datar pun harus lompat untuk bisa melanjutkan perjalanan. Agar tak jenuh pada sesuatu yang  monoton dalam waktu yang lama, sesekali kita perlu mencari selingan agar tak larut dalam kebosanan. Mencari sarana untuk bisa menyalurkan emosi mengusir jenuh. Merasakan dinginnya air itu membasahi kaki cukup sebagai pengusir jenuh dengan jalan datar. Berada di titik aman jalan datar tanpa tanjakan ataupun tikungan tajam membuat jenuh. Tak perlu terlalu lama membasahi kaki di sungai kecil itu, lanjtukan lagi perjalanan, ingat tujuan awal melakukan perjalanan.

Sebuah berugak ada di atas bendungan. Sebuah tempat beristirahat. Setiap perjalanan akan membawa lelah. Kita harus tahu kapan waktunya istirahat. Memaksakan diri bukan keputusan bijak karena apapun yang dipaksakan takkan jadi maksimal. Sebaliknya, menikmati perjalanan dengan kondisi yang baik akan membuat perjalanan menjadi lebih cepat dan hasilnya lebih baik. Disinilah kita harus tahu seberapa kuat diri kita. Kalau memang butuh istirahat, tak perlu gengsi atau malu untuk istirahat karena manusia memang dilengkapi dengan rasa termasuk lelah.

Melewati hutan kembali, sebuah sungai cukup lebar dengan bebatuan besar terbentang di hadapan. Disinilah tantangan baru terlihat. Menyikapi sebagai tantangan akan membuat kita berusaha sampai di seberang. Namun, menyikapi sebagai halangan membuat perjalanan akan terhambat karena pesimisme. Selalu ada celah untuk tidak basah sampai di seberang meski bebatuan besar itu tak cukup berdekatan. Mencapai seberang pun bisa memiilih banyak cara. Mengambil langkah lebar menggunakan bebatuan besar sebagai batu loncatan atau sedikit basah melewati bebatuan kecil yang berdekatan.

Ketika harus tergelincir dan basah, bukan berarti itu sebuah kegagalan. Anggap saja merasakan segarnya air sungai jernih itu. Mengganti peluh yang bercucuran selama perjalanan dan membawa kesegaran baru untuk perjalanan selanjutnya. Ada pula beberapa balok kayu dan bamboo yang sengaja dilintangkan di sungai itu untuk mempermudah siapa saja yang melewatinya. Lumut menjadi tantangan untuk tidak tergelincir. Bergandengan tangan saling membantu melewati dan menguatkan satu sama lain agar tak ada yang terjatuh menjadi pilihan bijaksana. Sadar kalau kita tak sendiri, kita bisa meminta bantuan dan bisa membantu orang lain melewati halangan yang sama maupun berbeda dengan kemampuan yang kita miliki. Tak ada yang tak bisa kita lakukan, hanya butuh niat dan ketulusan saja untuk bisa bertindak.
Disinilah kita sadar kalau bisa bermanfaat untuk orang lain sangat menyenangkan. Sadar kalau kita tak sendiri menghadapi ujian, tak sendiri melewati halangan dan tak sendiri menjalani kehidupan. Kuat dengan bergendengan, kuat dengan saling menjaga agar tidak ada yang gagal. Satu terjatuh, semua terjatuh dan bangkit bersama. Basah semua membuat kita bisa merasakan segarnya air itu, bukan hanya bisa melihat.
Tak sampai disana, perjalanan berlanjut melewati hutan dan akar pohon yang menyeruak besar menghalangi perjalanan. Namun, suara air yang jatuh sayup-sayup dari kejauhan menambah semangat untuk seger amenemukan asal suara. Melewati pinggir sungai, suara air jatuh itu semakin terdengar dan menambah semangat perjalanan yang sebenarnya sudah lelah. Motivasi membuat kelelahan tak menjadi hambatan untuk tetap berjalan bahkan lebih cepat dari sebelumnya. Asal suara itu terlihat nyata ketika sebuah pemandangan indah tersibak dari semak menutupi keindahannya.
Air terjun yang besar dan indah berada di depan mata. Subhanallah….Alhamdulillah….sampai juga. Mission complete. Sebuah anugerah terindah darinya menghilangkan peluh dan lupa akan lelah. Hasil yang pantas untuk diperjuangan. Percikan airnya bahkan sampai jauh. Datang disambut percikan air seperti rintik hujan menggantikan semua lelah dan peluh. Berendam di bawahnya sambil menikmati air yang berjatuhan seperti dipijat menghilangkan capek selama perjalanan.

Indah itu pasti akan datang dan indah itu tak bisa disamakan. Mungkin sebagian orang menganggap hanya sebuah air yang jatuh biasa dari ketinggian membentuk sungai. Tak ada yang perlu dikorbankan untuk menapatkan pemandangan seperti itu, tapi bagi orang lain menemukan kejernihan ini adalah anugerah. Menyikapi setiap apa yang ada adalah sebuah anugerah yang patut untuk disyukuri meski kecil dan sederhana sekalipun akan membuat hati ini lebih nyaman dan bahagia.

Tak perlu terlalu menghiraukan kata orang kalau kita yakin akan apa yang kit perjuangkan. Mereka tak perah tahu nikmatnya karena belum mencoba dan mereka tak pernah tahu nikmatnya kalau tak pandai bersyukur. Nikmat itu syukur dan disanalah bahagia akan menemani kita. Menyesali keputusan adalah kebodohan. Salah dalam langkah itu biasa, karena kita manusia. Disanalah pembelajaran untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi. Disanalah pembenahan menjadi lebih baik. Jangan pernah menyesal atas sebuah keputusan dan konsekuensinya karena indah itu hasil dari menjalani konsekuensi dan pembenahan kesalahan.

Semangat mencapai target, semangat kerja dan semangat bersyukur. Kita yang berjalan dan kita berhak bahagia. Menjadi adil dengan menempatkan semua sesuai porsinya merupakan sahabat terbaik dalam melangkah.  Yang penting sudah mencoba, disanalah sebenarnya keberhasilan itu terasa memuaskan.

Untuk Mas Indra, semoga tidak mengecewakan J


Comments