Pertemuan yang begitu singkat itu
ternyata bukan proses yang singkat. Pertemuan kita September 2013 lalu
merupakan awal dari takdirNya menemukan kita. Mempertemukan kami untuk saling
kenal dalam keadaan yang formal. Ketika ATM ku harus ganti, disanalah takdirNya
dimulai. Kau ada untuk membantuku.
Tak pernah terfikir pertemuan
pertama itu akan sejauh ini dan sebahagia ini karena waktu dan ruang yang
sangat terbatas. Obrolan mulai terasa menyenangkan ketika di facebook
kutemukamu mengajakku berteman. Entah sudah berapa lama tak pernah kuhiraukan
karena menganggapnya hanya orang iseng. Namun, Allah selalu memberikan jalan
dari arah yang tak terduga. Kami ngobrol dan aku mulai merasa nyaman. Merasa
tak sendiri ketika kau ada untuk membuatku tertawa.
Harapan itu timbul seiring
intensnya obrolan kita. Bahkan saat kau akhirnya mengetahui nomor handphoneku yang
membuat kita semakin intens. Kita berbagi, kita tertawa dan kita memberi
semangat. Semua berjalan seiring harap yang entah kapan mulai tumbuh bersamaan
dengan rasa saying tanpa disadari. Namun, aku tak berani banyak berharap karena
pernah gagal dengan rasa dan harap itu yang membuatku sadar kalau ku harus
berhati-hati menempatkan hati.
Semakin dekat denganmu, semakin
kusadari kalau aku mulai nyaman dan rasa ini semakin besar. Namun, masih saja
belum berani untuk membiarkan rasa dan harap itu semakin besar meski kau telah memberi
tanda kalau kau juga sedang melangkah mendekat denganku. Kupasrahkan semua
padaNya. Ketika kusadar kalau rasaku semakin menyeruak untuk tumbuh,
kupanjatkan doa meminta petunjuk padaNya. Tak ingin salah langkah lagi, kumohon
untuk menunjukkan jalan yang terbaik untukku dan hatiku.
Berharap kalau memang kaulah yang
ditakdirkanNya untukku, semua bisa berjalan tanpa banyak yang tersakiti. Entah keyakinan
itu darimana datangnya, ia mulai meyeruak bahakn ketika pertama kali bertemu. Kau
ada tanpa paksaan dank au ada untuk membuatku nyaman berada bersamamu. Kau menempatkan
dirimu di posisi yang sangat tepat. Sadar kalau kita belum kemana-mana, kuredam
rasaku yang semakin mendesak bersama harap. Mencoba ilmu sabar dan ikhlas
kalaupun memang bukan kau yang Allah kirimkan untukku.
Seiring berjalannya hari, kau
memberikan harap dan rasa itu semakin besar saat membawaku kerumahmu. Bertemu sebuah
keluarga hangat dan senyuman ibu, aku mulai merasa tenang. Keyakinan menggandheng
rasa dan harapku. Kembali kupasrahkan padaNya dan berdoa kalau memang aku sudah
pantas untuk menjadi makmum.
Sedikit demi sedikit kau mulai
melangkah maju perlahan tapi pasti. Menceritakan kalau kau sudah mulai berusaha
untuk bisa lebih dekat denganku sejak pertama kali kita bertemu dan banyak hal
kau lakukan untuk bisa mengenalku lebih dekat. Takut keluargamu tak bisa
menerimaku terus saja kuminta kekuatan padaNya untuk tetap bisa bertahan dan
berfikir positif. Sebuah berita bahagia darimu kalau ibumu menerimaku membuat
sedikit kelegaan. ibuku pun memberikan restunya disaat yang sama, ia
menanyakanmu dan aku mulai yakin untuk melangkah.
Sabtu itu, tak pernah kusangka
akan menjadi begitu indah. Menunggumu menjemputku seperti minggu kemarin terasa
begitu berbeda. Gelisah dan khawatir semakin besar. Kau dating dengan senyum
yang selalu bisa membuat hatiku tak ingin kehilangan rasa nyaman itu. Apalagi ketika
kau menjadi imam dalam sholatku, bahagia dan syukur itu begitu membuncah. Tak terkatakan
rasanya berada di belakang kananmu menjadi makmummu, memanjatkan doa bersama
untuk mendapatkan ridhoNya.
Sebuah malam yang membuatku tak
henti bersyukur ketika kau akhirnya menyatakan hal yang selama ini kutunggu dan
kucemaskan. Sebuah langkah baru yang kau tawarkan untukku, jawaban dari doaku
yang membuatku sempat terdiam sejenak. Senggigi menjadi saksi ketulusan kita
untuk bisa mendapatkan ridhoNya.
“Semoga semua lancer sampai niat
kita terwujud ya,” katamu yang membuat hatiku bergetar seiring doa dan syukurku atas jawaban doaku.
“Amiiin…insyaAllah mas,” jawabku.
Tak ada kata yang bisa kuucapkan
saat itu. Bahagia itu benar-benar memenuhi hatiku, tapi tak bisa terlihat. Kau pun
tak banyak bicara, kita dihempas angin pantai memandang laut lepas sambil
berdoa untuk ridhoNya. Dalam diam dan tawa kita, disanalah doa yang tak henti
terucap untuk kita. Langit begitu indah, lautan begitu syahdu dan semuanya
seperti ikut terseyum atas niat kita.
TakdirNya begitu indah ketika
kita yakin padaNYa. Jalan indah sudah
disiapkanNya untuk setiap hambaNya yang mau berusaha dan berdoa.
Bismillahirrohmanirrohim…
Terimakasih mas, semoga Allah
mengiijabah niat tulus kita untuk menggapai ridhoNya. Semoga jalan kita dimudahkan dan dilancarkan ibadah menuju ridhoNya. Menjalani takdir sebagai makhluk yang berpasang-pasangan. Terimakasih untuk hari itu Mas, terimakasih J
The Story Begin @ Nipah
Comments
Post a Comment