23.11.2013 thats Beautiful

Pertemuan yang begitu singkat itu ternyata bukan proses yang singkat. Pertemuan kita September 2013 lalu merupakan awal dari takdirNya menemukan kita. Mempertemukan kami untuk saling kenal dalam keadaan yang formal. Ketika ATM ku harus ganti, disanalah takdirNya dimulai. Kau ada untuk membantuku.

Tak pernah terfikir pertemuan pertama itu akan sejauh ini dan sebahagia ini karena waktu dan ruang yang sangat terbatas. Obrolan mulai terasa menyenangkan ketika di facebook kutemukamu mengajakku berteman. Entah sudah berapa lama tak pernah kuhiraukan karena menganggapnya hanya orang iseng. Namun, Allah selalu memberikan jalan dari arah yang tak terduga. Kami ngobrol dan aku mulai merasa nyaman. Merasa tak sendiri ketika kau ada untuk membuatku tertawa.

Harapan itu timbul seiring intensnya obrolan kita. Bahkan saat kau akhirnya mengetahui nomor handphoneku yang membuat kita semakin intens. Kita berbagi, kita tertawa dan kita memberi semangat. Semua berjalan seiring harap yang entah kapan mulai tumbuh bersamaan dengan rasa saying tanpa disadari. Namun, aku tak berani banyak berharap karena pernah gagal dengan rasa dan harap itu yang membuatku sadar kalau ku harus berhati-hati menempatkan hati.

Semakin dekat denganmu, semakin kusadari kalau aku mulai nyaman dan rasa ini semakin besar. Namun, masih saja belum berani untuk membiarkan rasa dan harap itu semakin besar meski kau telah memberi tanda kalau kau juga sedang melangkah mendekat denganku. Kupasrahkan semua padaNya. Ketika kusadar kalau rasaku semakin menyeruak untuk tumbuh, kupanjatkan doa meminta petunjuk padaNya. Tak ingin salah langkah lagi, kumohon untuk menunjukkan jalan yang terbaik untukku dan hatiku.

Berharap kalau memang kaulah yang ditakdirkanNya untukku, semua bisa berjalan tanpa banyak yang tersakiti. Entah keyakinan itu darimana datangnya, ia mulai meyeruak bahakn ketika pertama kali bertemu. Kau ada tanpa paksaan dank au ada untuk membuatku nyaman berada bersamamu. Kau menempatkan dirimu di posisi yang sangat tepat. Sadar kalau kita belum kemana-mana, kuredam rasaku yang semakin mendesak bersama harap. Mencoba ilmu sabar dan ikhlas kalaupun memang bukan kau yang Allah kirimkan untukku.

Seiring berjalannya hari, kau memberikan harap dan rasa itu semakin besar saat membawaku kerumahmu. Bertemu sebuah keluarga hangat dan senyuman ibu, aku mulai merasa tenang. Keyakinan menggandheng rasa dan harapku. Kembali kupasrahkan padaNya dan berdoa kalau memang aku sudah pantas untuk menjadi makmum.

Sedikit demi sedikit kau mulai melangkah maju perlahan tapi pasti. Menceritakan kalau kau sudah mulai berusaha untuk bisa lebih dekat denganku sejak pertama kali kita bertemu dan banyak hal kau lakukan untuk bisa mengenalku lebih dekat. Takut keluargamu tak bisa menerimaku terus saja kuminta kekuatan padaNya untuk tetap bisa bertahan dan berfikir positif. Sebuah berita bahagia darimu kalau ibumu menerimaku membuat sedikit kelegaan. ibuku pun memberikan restunya disaat yang sama, ia menanyakanmu dan aku mulai yakin untuk melangkah.

Sabtu itu, tak pernah kusangka akan menjadi begitu indah. Menunggumu menjemputku seperti minggu kemarin terasa begitu berbeda. Gelisah dan khawatir semakin besar. Kau dating dengan senyum yang selalu bisa membuat hatiku tak ingin kehilangan rasa nyaman itu. Apalagi ketika kau menjadi imam dalam sholatku, bahagia dan syukur itu begitu membuncah. Tak terkatakan rasanya berada di belakang kananmu menjadi makmummu, memanjatkan doa bersama untuk mendapatkan ridhoNya.

Sebuah malam yang membuatku tak henti bersyukur ketika kau akhirnya menyatakan hal yang selama ini kutunggu dan kucemaskan. Sebuah langkah baru yang kau tawarkan untukku, jawaban dari doaku yang membuatku sempat terdiam sejenak. Senggigi menjadi saksi ketulusan kita untuk bisa mendapatkan ridhoNya.

“Semoga semua lancer sampai niat kita terwujud ya,” katamu yang membuat hatiku bergetar seiring doa dan syukurku atas jawaban doaku.

“Amiiin…insyaAllah mas,” jawabku.

Tak ada kata yang bisa kuucapkan saat itu. Bahagia itu benar-benar memenuhi hatiku, tapi tak bisa terlihat. Kau pun tak banyak bicara, kita dihempas angin pantai memandang laut lepas sambil berdoa untuk ridhoNya. Dalam diam dan tawa kita, disanalah doa yang tak henti terucap untuk kita. Langit begitu indah, lautan begitu syahdu dan semuanya seperti ikut terseyum atas niat kita.

TakdirNya begitu indah ketika kita  yakin padaNYa. Jalan indah sudah disiapkanNya untuk setiap hambaNya yang mau berusaha dan berdoa.

Bismillahirrohmanirrohim…


Terimakasih mas, semoga Allah mengiijabah niat tulus kita untuk menggapai ridhoNya. Semoga jalan kita dimudahkan dan dilancarkan ibadah menuju ridhoNya. Menjalani takdir sebagai makhluk yang berpasang-pasangan. Terimakasih untuk hari itu Mas, terimakasih J


The Story Begin @ Nipah

Comments