Pertanyaan
“Bener yakin?” itu sudah kesekian kalinya terlontar. Keluargaku
yang paling sering melontarkannya lalu orang kantor ada di urutan berikutnya. Sekarang sudah bukan untuk memikirkan
keyakinan aku rasa, pertimbangan manfaat dan mudharat sudah jauh sebelumnya kufikirkan. Inilah kesimpulan dari semua yang selama ini bergelut di otakku.
Sejak dulu aku sangat berharap bisa menggapai citaku. Sebuah angan untuk masa
depan bukan hanya untukku, tapi juga rumah tangga dan keluargaku kelak.
Mungkin
bagi sebagian orang menjadi wanita karir adalah sebuah kebanggan. Bagiku justru menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah tugas yang sangat mulia
dan membanggakan. Seharian bekerja untuk keuarganya, berbakti pada suami dan
membesarkan buah hati dengan tangannya sendiri. Mengurus semuanya sendiri,
mengerti setiap sudut rumah tanpa butuh orang lain untuk membantu. Rumah adalah
tempat kerja paling ikhlas dan dengan cinta. Disanalah setiap pekerjaan
ditemani dengan cinta. Setiap apa yang dilakukan adalah untuk kebahagiaan orang-orang yang disayangi, untuk senyum seorang suami dan tawa ceria buah hati. Itulah
kebahagiaan tak ternilai bagi seorang wanita.
Setiap wanita berhak untuk memiliki persepsinya masing-masing. Merasa sempurna bagi seitap
orang itu tergantung dari sudut mana memandangnya. Ada yang merasa sempurna setelah menduduki jabatan
tertentu, tapi ada juga yang merasa sempurna ketika ia sudah menjadi ibu rumah
tangga seutuhnya. Disanalah terlihat betapa beragamnya manusia dengan akal,
nafsu dan hati nuraninya masing-masing. Bukan berarti menjadi wanita karir yang
sibuk di kantor itu sebuah kesalahan. Tak bisa pula dikatakan ibu rumah tangga
itu kolot dan tak berpendidikan.
Justru
menjadi seorang ibu itu harus cerdas. Disanalah pendidikan anak pertama
ditanamkan. Meski ibu rumah tangga sekalipun, tak ada salahnya dia bersekolah
tinggi dan memilih untuk meluangkah lebih banyak waktu untuk keluarga
dibanding karir karena itulah kodratnya sebagai wanita. Ilmu yang diperoleh itu bukan hanya untuk diri kita, tapi
ilmu ada untuk dibagikan dan ditularkan agar semua mendapatkan manfaat dari
ilmu itu. Meski mungkin tak sempat melanjutkan pasca sarjana ketika lulus
kuliah dulu sampai detik ini masih besar keinginan untuk bisa sampai ke tahap itu. Menyandang gelar yang bukan untuk menyombongkan diri semata tapi untuk mendapatkan ilmu yang mungkin bisa dibagikan kepada orang lain dan bisa lebih bermanfaat dengan ilmu itu.
Menjadi
sosok yang bisa berbagi ilmu, mengamalkan ilmu, bermanfaat bagi orang lain dan
yang tak kalah penting adalah menjadi makmum sholehah dari seorang imam yang
mengajakku menuju ridhoNya juga sebagai panutan bagi buah hati tercinta. Sebuah
harapan yang tak muluk, hanya itu saja harapanku. Doa di setiap hariku,
berharap bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang dan yang paling dekat pasti bermanfaat bagi keluargaku. Namun, bahkan sampai sekarang masih belum banyak yang bisa
kulakukan. Rasanya sudah banyak waktu kuhabiskan di dunia tapi tak banyak yang
kulakukan untuk orang-orang disekitarku.
Bahkan
dua tahun menjadi wanita karirpun belum bisa membantu banyak. Dipenghujung
waktu kuputuskan untuk resign juga setelah beberapa pertimbangan yang sempat
membuatku tertunda untuk resign. Alasan akan jadi ibu rumah tangga kelak
menjadi salah satu pertimbanganku ketika melihat rekan yang lain tak punya
banyak waktu untuk keluarganya sedangkan seharusnya ia bisa berada disamping
imam rumah tangga mereka mendampingi. Rasanya pasti akan jauh lebih
menyenangkan kalau sebagai sosok pendamping dalam rumah tangga bisa berada
disamping imamnya. Melihat perkembangan si buah hati dan mendampinginya tumbuh
dan berkembang adalah sebuah kebahagiaan yang tak mungkin bisa tergantikan.
Disanalah akan kutambatkan cinta dan sayangku seutuhnya. insyaAllah…
Walaupun
beberapa orang menyayangkan keputusanku yang dianggap melepas pekerjaan yang
cukup baik. Banyak orang menginginkan di posisiku, tapi aku menyiakannya dengan
alas an yang mungkin bagi mereka terlalu naif atau
emosi sesaat entahlah. Mereka menasehatiku untuk mencari pekerjaan yang pasti
dulu baru keluar dan harus yang lebih baik, mereka tak mau aku menyesal karena
nantinya akan mendapat yang tak lebih baik dari sekarang. Namun, keputusanku
bukan sebuah hasil dari pemikiran dan pertimbangan sesaat.
Mereka
yang pesimis bagiku adalah mereka yang tak meyakini KuasaNya. Mereka tak
percaya pada Kuasa Allah yang Maha Pemberi Rezeki bagi setiap umatnya yang mau
berusaha dan berdoa. Bukan bagi umat yang pesimis dan tak pernah berani
melangkah. Berani melangkah dengan kepercayaan diri dan keyakinan untuk
mendapatkan berokah dan ridhoNya pasti akan dimudahkan urusannya. Asalkan kita
ikhlas setiap yang kita kerjakan pasti aka nada hikmahnya.
Meski
mungkin orang melihat itu tak lebih baik dinilai dari nilai material ataupun
kehormatan, yang penting barokah dan manfaatnya. Selama masih manfaat dan
barokah dilandasi dengan ikhlas dan iman, tak perlu peduli kata orang. Mereka
tak lebih tau apa yang terbaik buat kita.
Yakin saja, melangkah saja,
Bismillahirrohmanirrohim….insyaAllah untuk ridhoNya. Semua pasti akan terasa
lebih ringan dan mudah. Jalani setiap konsekuensi dengan keikhlasan.
Begitulah
juga untuk menghadapi musibah dan hambatan apapun yang kita temui dalam
kehidupan. Karena tak pernah habis masalah selama kita masih hidup. Masalah
mengindikasikan kita masih hidup.
So
Guys, lets move on. Keep smile J
Selamat
move on, selamat ikhtiar, luruskan niat, jangan lupa jadikan iman dan taqwa
sebagai hati dalam melangkah. Jadikan barokah dan ridhoNya menjadi tujuan. Jadikan
syukur sebagai sahabat di setiap appaun yang kita dapatkan.
Jalan
saja, yakin saja, jangan takut, kita punya Allah
Salam semangat semuanya, salam optimis, salam yakin
Get the Better
Comments
Post a Comment