Sembalun, He're we Go


Setelah berbulan-bulan dirumah aja, sepertinya kami sudah mulai perlu refreshing. Piknik tipis-tipis menikmati Lombok dengan alamnya yang indah. Biasanya kami piknik rame-rame menginap di hotel lima keluarga yang semua teman kantor Ayahnya anak-anak. 
Sudah tiga tahun terakhir ini setiap tahin kami ada agenda menginap di hotel bersama, makan bersama dan kali ini piknik bersama. Sudah sepakat karena pandemi belum menemukan titik terang dan butuh piknik, kami pun, Ibu-Ibu Pinikus (ini nama grup whatsap kami menyaingi grup bapak-bapak untuk koordinasi), sepakat tidak mau menginap di hotel. 
Awalnya pembahasan hanya beli ikan segar, mau barengan trus mau bakar ikan dimana. Karena nggak mau repot, kami pun akhirnya memilih untuk pesan Grill dan Suki saja. Beli ikan segar harus membersihkan dan membuat bumbu. Itu merepotkan dengan keadaan kami yang semua punya dua anak dengan sebagian besar balita.
Kami memang membuat grup untuk koordinasi masalah konsumsi, tapi banyak melebar pada intip kegiatan bapak-bapak yang sering nongkrong tanpa sepengetahuan kami. Ketahuan deh mereka nggak bisa bohong. Grup kami jadi momok untuk bapak-bapak karena banyak rahasia yang bocor. Kali ini, kami memutuskan untuk piknik weekend dengan waktu dan tempat kami serahkan pada Bapak-Bapak. 
Bukan hanya waktu dan tempat, perduitan juga diserahkan pada mereka. Kami hanya memesan saja, mereka yang urus keuangannya. Tujuan ini adalah me time emak-emak dengan rencana menyerahkan anak-anak pada Bapak-Bapak.
Rencana di ACC dong. Emak-emak seneng. Peralatan makan dan minum bawa masing-masing dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Kami pun memilih tempat terbuka yang tidak ramai orang. 
Untungnya Ayahnya anak-anak pernah tugas lama di Sembalun, jadi tahu tempat yang bisa dijadikan tempat piknik tanpa ramai. Kami bisa puas mengajak anak-anak bermain explore alam. Rencana kami akan berangkat dari Mataram setelah Subuh, kumpul di kantor BNI Sandubaya, Sweta. Mempertimbangkan medan yang menanjak dan berliku, beberapa mobil dan sopir yang tidak baisa digabung dengan yang mampu. 
Kami yang biasa menggunakam 5 mobil, kini hanya 3 mobil. dua mobil diisi dua keluarga, satu mobil untuk mobil barang karena kami memesan Grill dan Suki dengan lima kompor agar lebih cepat saat memasak. Bapak-bapak yang akan memasak kali ini, jadi kami memilih yang mudah. Tetap pada tujuan awal, emak-emak mau enak.
Banyak yang punya anak kecil, pagi menjadi sangat merepotkan. Jadwal berangakt jam 6 dari Mataram harus molor satu jam. Kali ini tambah satu personel, tapi menggunakan mobil sendiri. Jadilah empat mobil berangkat ke Sembalun. 
Pak suami yang menjadi komandan karena sudah lama bertugas. Kami berjalan menuju Lombok Timur, naik lewat Aikmel lalu Suela hingga ke Pusuk Sembalun. 
Jalanan sepi, kami bisa menghemat waktu yang harusnya 3-4ham menjadi 2,5 jam sampai ke Pusuk. Entah karena masih pagi, atau memang tidak banyak yang berani bepergian. Ini menguntungkan untuk kami. 
Meninggalkan Kecamatan Suela, udara semakin dingin saat memasuki hutan dan jalan berliku yang terus menanjak. AC mobil dimatikan agar mobil kuat menanjak. kaca mobil dibuka, udara dingin merasuk ke tulang. Udaranya sangat bersih, sejuk dan menyenangkan. Hutan di kanan kiri, ada beberapa monyet dan satu babi hutan terlihat di pinggir jalan. 
Sampailah kami di Pusuk Sembalun yang sudah dibangun. Pemandangannya sangat indah. Kami mengambil gambar, tak mau melewatkan moment mengabadikan keindahan alam. Kami berfoto di sebuah jembatan kayu yang disediakan, memperlihatkan Desa di lembah yang bernama Sembalun.
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Hati-hati saat berada di sini, ada banyak monyet yang menyerobot makanan. Ada makanan teman yang diserobot dan dua renteng jualan pedagang di samping kami foto ini dibawa kabur. 
Katanya mereka lebih memilih makanan yang masih ditutup daripada makanan yang sudah dibuka. Sebaiknya tidak membawa makanan saat turun dan mengambil gambar di sini. 
Saat kami sampai, masih sangat sepi, hanya ada satu mobil berisi satu keluarga yang berfoto. Ada sebuah tempat yang disediakan untuk berfoto seperti gapura yang dibangun untuk mengambil gambar. Namun, kami memilih ngemper saja karena ada beberapa orang disana. 
Malam setelah pulang, baru kami tahu setelah kepergian kami, diberitakan banyak yang datang ke Sembalun hari itu. Mungkin agak siang atau besoknya saat hari Minggu. Pemerintah mulai tegas dengan protokol kesehatan dan kami pun beruntung tidak bertemu banyak orang.
Berlanjut menuju Kecamatan Sembalun yang ada di lembah, kami mendapati tanaman sayur dan buah di sekeliling. Udaranya sangat sejuk dan segar. Berbeda dengan udara tempat kami tinggal yang penuh polusi dan macet. Tanaman strawberry sepertinya masih sedikit, tapi tidak apa. Yang penting ada yang dipetik anak-anak. 
Bawang, wortel, kol, tomat, banyak sekali sayuran di samping kanan kiri kami. Hotel dan cafe mulai berjamur di daerah yang terkenal subur ini. Memang beberapa tahun terakhir ini, tempat yang juga merupakan jalur pendakian awal ke Gunung Rinjani ini sedang mendongkrak sektor wisata alam dan pertanian. 
Wisata petik buah disediakan banyak , juga pembangunan homestay di rumah warga juga dibangun sebelum gempa. Gempa Lombok membuat Sembalun harus kembali menata diri, tapi saat sedang akan bangkit, pandemi kembali menjadi ujian. Sektor wisata mendapati dampak yang cukup membuat sedih. Namun, pertanian masih berjalan seperti biasa meski memang terkendala cuaca.
Kami berbelok melewati jalan kecil yang sudah diaspal menuju Koppikey. Sebuah cafe alami yang dikenal Pak Suami. Tempatnya sederhana, hanya ada satu berugak besar, tempat mamasak dan tempat duduk kayu di ruang terbuka. Kami bisa memasang tendah, hammock dan bersantai disana. 
Ada beberapa tanaman sayur dan pepohonan yang meneduhi. Sepertinya tempat ini biasa ditanami sayur dan strawberry, tapi mungkin belum mulai atau entah bagaimana tidak banyak tanaman sayur yang segar. Hanya sedikit dan kering
Kami disuguhi sarapan lalapan sederhana dengan ikan goreng dan ayam goreng. Yang menjadi keusukaan adalah sambal tomat mentahnya. Ini yang jadi rebutan, Sederhana, tapi nikmat. 
Sesuai namanya, kalian juga bisa menikmati kopi hitam khas Sembalun dari hasil tanah Sembalun sendiri. Bagi pecinta kopi, kalian harus mencoba. 
Dokpri
Dokpri
Tidak ada acara penting, bebas bermain. Anak-anak senang bisa berlari-larian, bermain tenda dan menangkap kupu-kupu. Ibu-ibu bahagia bisa berkumpul dan bercerita banyak hal. Bapak-bapak ternyata harus ikut webmianr disaat yang tidak tepat. 
Tujuan kami mengadakan piknik adalah untuk selonjoran, tapi malah tetap saja harus mengurus anak-anak. Mereka sibuk pre test dan webminar. Namun, tetap dong bahagia.
Awalnya mau petik strawberry sebelum makan siang, lalu kembali lagi ke sini untuk makan siang Grill dan Suki. Karena waktu yang tidak memungkinkan, kami memutuskan untuk menukar jadwal. Memetik strawberry sambil pulang setelah sholat Ashar. Enak sekali suasananya.
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Perjalanan yang melelahkan terbayarkan dengan sejuk dan tenangnya disini. Tidak ramai pengunjung juga, malah baru ada pengunjung saat kami akan beranjak pulang. Mungkin mereka menginap jadi sore baru sampai. Kami harus kembali ke Mataram, jadi harus segera pulang. Mampir ke kantor suami yang ada disana untuk mengganti pakaian anak-anak dan sholat karena tidak berani sholat di Masjid. Tentu dengan perlengkapan pribadi.
Terakhir, petik strawberry dulu sebelum pulang

Dokpri
Dokpri
Kami beranjak dari Sembalun sekitar setengan enam sore, melewati pusuk yang mulai berkabut. Jarak pandang memendek, tapi Alhamdulillah kami aman sampai di Mataram saat adzan Isya'. Capek sih, tapi semua senang. Piknik berikutnya segera direncanakan. 
Lombok punya wisata yang sangat lengkap, Pantai Indah, Lembah Indah, Bukit Indah dan Air terjun indah. Kami tidak naik bukit karena bawa anak-anak yang banyak dan tidak menginap, jadi tidak mau capek. Cukup kumpul, menikmati alam, makan bersama dan bermain bersama. Sesederhana itu kami bahagia.
Tetap sehat dan bahagia ya... 



Comments