Tak Selalu Seperti Ini atau Itu

Pembukaan pendaftaran CPNS jadi tren yang menyita banyak perhatian orang. Aku salah satu yang baru mulai memperhatikan keributan orang sama tes ini karena sebelumnya nggak pernah kepikir pengen jadi PNS. Setelah jadi ibu rumah tangga, sepertinya aku mulai tertarik untuk mengikuti tes ini. Aku mulai memantau perkembangan informasi pembukaan pendaftaran CPNS sambil menikmati kehamilan yang bertambah besar. Sambil menunggu kelahiran bayi pertama kami dan mempersiapkan kelahirannya, kusempatakan untuk mengurus segala sesuatu untuk pendaftaran yang jadwalnya semakin mundur saja dari Agustus sampai akhirnya dibuka juga untuk wilayah Nusa Tenggara Barat lewat satu web yang diakses seluruh Indonesia, panselnas.
Hari ini, aku minta adik sepupuku Sofyan untuk mengantar ke Kantor Catatan Sipil untuk mengurus perekaman KTP elektronik dan minta surat keterangan kalau e-KTP nya masih dalam proses. Rame juga yang antri dan semuanya buat daftar CPNS, tapi cuma aku yang perutnya besar Pas antri minta surat keterangan perekaman e-KTP sambil berdiri, ada mbak-mbak yang menyuruhku duduk karena nggak enak liat aku yang lagi hamil besar harus berdiri sedangkan dia yang nggak hamil malah duduk. Merasa dikasihani, aku malah ngerasa aneh karena nggak biasa diperlakukan begitu dan malah sebaliknya biasanya. Sadar aku memang butuh duduk karena hamil, aku pun duduk dan berterimakasih pada mbak yang kemudian menggantikanku berdiri.

Sambil menunggu surat keterangan kami ditandatangani karena tinggal kami berdua, kami pun ngobrol. Dia seorang single parent yang sekarang menjadi agen asuransi. Dia menawariku untuk bergabung menjadi agen asuransi sepertinya. Kami pun berbagi cerita tentang kehidupan kami masing-masing. Dia pernah 9 tahun bekerja di bank yang berbeda-beda yang kemudian memutuskan untuk keluar karena capek. Mantan suaminya juga sebagai auditor di sebuah bank swasta yang sekarang sudah tak lagi bersama karena sebuah alasan.

"Sekarang saya sudah nggak samaan, lagian nggak pernah ada waktu ketemu juga," katanya dengan muka datar.

Mendengar ceritanya aku bersyukur karena masih ada banyak waktu bersama suami meski harus sedikit bosan ketika semua pekerjaan rumah sudah selesai. Namun, aku belajar kalau sebuah rumah tangga memang harus ada yang berkorban untuk bisa punya banyak waktu bersama. Meski orang tuaku tak selalu bersama di satu tempat karena kami sekolah jadi mamak menunggu kami dirumah sedangkan bapak pulang sebulan sekali, tapi kami selalu punya waktu untuk sekedar berkumpul duduk-duduk minum teh di ruang tamu. Meski sekali sebulan, tapi waktu seperti itu sangat berkualitas untuk lebih membuat keluarga kami terasa hangat. Menikah itu harus bisa menyisihkan ego untuk kebaikan bersama.

Comments