Melihat Bumi Allah dari Bukit Bengkaung




 Weekend merupakan waktu yang sangat dinantikan oleh anak-anak. Ayahnya libur, itulah saatnya kami belajar tentang banyak hal di luar rumah. Tidak perlu mahal, perjalanan keliling kota saja sudah bica menceritakan banyak hal tentang apa yang kita lihat. 

Minggu ini, rencananya memang akan pergi ke pantai di pagi hari, tapi gerimis menyapa pagi. Kami pun mengurungkan niat untuk ke Pantai Senggigi yang tak jauh dari rumah Mbah nya anak-anak. Sudah lama kami tidak ke pantai, meski pantai tak jauh dari rumah kami. Kami lebih suka ke pantai setelah sholat Subuh sampai sesaat setelah matahari terbit. Menikmati sunrise lebih menyenangkan dibanding menikmati sunset bagi kami. Ada semangat, ada harap dan ada sebuah cahaya menjalani hari ketika pagi disambut dengan syukur dan semangat.

Kami sudah memberi tahu anak-anak, kalau hujan tidak jadi ke pantai. Anak-anak pun mengerti. Setelah hujan reda, kami berniat pulang dari rumah Mbah nya anak-anak di Ampenan ke Pagutan. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya sekiat 15 km. Namun, Ayah mengajak kami berbelok ke bukit yang tak jauh dari kota. Bukit yang sedang banyak disukai untuk menikmati pemandangan kota Mataram dan Lombok Barat dari ketinggian. Bukit Bengkaung namanya.

Dari Ampenan, kami berjalan ke arah Rembiga lalu menuju jalan ke Gunung Sari. Kami berbelok ke arah Sandik, lalu masuk ke daerah Sesela sebelum kemudian menanjak ke Bukit Bengkaung. Jalanan yang kami lalui tidak terlalu lebar. Kalau mobil berpapasan dengan mobil, harus sedikit menepi untuk bisa berjalan bersamaan atau salah satu harus mengalah berhenti terlebih dahulu.

Selain sampit, jalanannya juga menanjak cukup curam karena memang menaiki bukit. Kami sudah pernah datang sebelumnya setahun yang lalu saat sebuah cafe dibangun di bukit ini. Banyak orang yang penasaran dengan pemandangan malam Kota Mataram dan Pesisir Pantai Senggigi di malam hari. Apalagi dibuat spot foto di atas ketinggian sehingga banyak yang mengabadikan moment berada di tempat itu.

Tempat pertama adalah Taman Langit. Mengusung konsep cafe yang sederhana, tapi menyajikan pemandangan dari ketinggian dan spot foto instagramable membuat banyak pengunjung yang datang ke tempat ini. Bahkan, saat pertama kali buka langsung banyak diserbu pengunjung. Banyak yang rela mengantri untuk masuk, menunggu pengunjung lain keluar karena ingin berfoto di spot yang disediakan.

Namun, sekarang sudah tidak lagi seramai dulu karena sudah banyak tempat di sekitarnya yang menawarkan pemandangan dan spot foto yang tak kalah menarik. Harga makanan yang disajikan pun bervariasi. Ada juga beberapa tempat di sekitarnya yang menyajikan makanan murah meriah dan juga menyajikan spot foto yang berbayar murah pula untuk mereka yang ingin memiliki foto dengan banyak latar belakang.

Kini, sudah banyak dibuat cafe dengan konsep yang menarik. Modern minimalis seperti Benhill dan Negeri di Awan. 





Kami tidak mampir ke salah satu cafe tersebut karena memang tidak berniat untuk ke cafe karena tidak ramah anak. Apalagi anak kami tipe yang suka eksplore dan tidak suka duduk diam. Kami pun akhirnya memutuskan untuk menelusuri jalan yang semakin menanjak kemudian turun melalui jalan yang lain.

Sepanjang perjalanan turun bukit dari batu layar, kami melihat beberapa villa dibangun berderet. Ada yang disewakan, ada juga yang milik pribadi dan tidak disewakan. Daerahnya sejuk, akses ke pantai dekat dan tentu tenang di lereng bukit. 

Tak perlu waktu lama untuk bisa sampai ke pesisir pantai, villa disini banyak diminati untuk menikmati akhir minggu bersama keluarga karena tidak hanya bisa berdiam di villa, tapi bisa berjalan-jalan dan menikmati panti lebih terjangkau.


Comments