Lika Liku Mbok Emban Kos

 

Penampakan kos setelah pohon ditebang


Masih tentang cerita saya yang hanya berkutat dengan rumah, kos dan sekolah anak-anak, kali ini cerita datang dari kos-kosan enam kamar yang kami punya. Memiliki kos tentu tak bisa membuat kita dipandang lebih oleh orang lain. Padahal, setiap orang puya pertimbangan untuk memilih investasid an bisnisnya.

Suami adalah tipe orang yang memang sejak bekerja langsung mengelola uangnya dan sedikit memaksakan untuk investasi jangka panjang. Meski sebenarnya tujuan awalnya memang bukan untuk membuat kos karena dia ingin memiliki rumah sendiri saat menikah kelak, 

Namun, seiring berjalannya waktu dia memutuskan untuk membuat kos untuk bisa sebagai investasi jangka panjang. Menurut saya, usaha kos-kosan memiliki kriteria tertentu untuk bisa dikatakan sebagai usaha yang bisa dikatakan menghasilkan profit jangka pendek.

Tentu dilihat dari modalnya, membangun kos tentu butuh cukup besar. Belum lagi maintenance yang harus dilakukan secara rutin karena berkaitan dengan kenyamanan orang yang akan menyewa kamar kos. Tentu kembali modal memiliki rentan waktu yang cukup lama ditambah dengan biaya maintenance yang kadang tidak sedikit. 

Kurang lebih lima tahun sekali kami melakukan maintenance yang cukup membutuhkan dana besar sebab cat sudah memudar dan ada yang luruh. Belum lagi penampakan yang harus diperbaharui agar terlihat menarik dan nyaman. 

Menjual jasa tidak seperti menjual brang. Menjual jasa melibatkan rasa. Rasa yang kadang tak sama.

Kos yang kami punya memang bukan kos mewah atau berkelas. Kami mengambil segemen menengah. Kami menyediakan fasilitas standar seperti kasur, dipan, lemari, meja, kursi dan kamar mandi dalam. Tak ada kipas angin yang kami sediakan karena beresiko dibawa oleh anak kos. Kami tidak tinggal di dekat tempat kami membangun kos sehingga kami tidak mengambil resiko untuk menaruh barang-barang yang rawan hilang. Apalagi kipas angin, bantal kos yang dulunya kami sediakan saja beberapa kali dibawa oleh anak kos. Akhirnya, kami memilih untuk tidak menyediakan bantal kos. 

Kos kami tidak bisa kami sewakan sebagai homestay karena hawa panas yang tentu membutuhkan kipas angin untuk bisa lebih nyaman. Kami memilih untuk minimal menyewakan kos selama sebulan, tidak untuk harian atau mingguan. Menyewakan mingguan atau harian tentu harus kontrol ekstra karena selesai orang menggunakannya tentu kami harus merapikannya kembali. Belum lagi kalau yang mengontrak tidak bersih, kamar kos akan lebih sulit untuk dibersihkan. Jadi, kami memang mencari yang menyewa kos dalam jangka waktu yang lama. Meski memilih untuk dibayar bulanan, banyak anak kos yang sampai bertahun-tahun menyewa kamar kos kami.

Bukan hanya tentang kamar, kami juga menyediakan halaman yang cukup untuk parkir dan tidak sumpek. Halaman kos cukup luas, bisa untuk masuk 2 mobil dan beberapa motor. Namun, kami hanya menyediakan tempat berteduh untuk motor saja. Mereka yang menyewa kos menjadi tidak sumpek saat berada di kos dalam waktu yang lama karena banyak cahaya dan sirkulasi udara bahkan dari pohon yang ada di halaman kos. Awalnya memang ada beberapa pohon yang sudah rimbun daunnya, tapi kami putuskan untuk tebang karena banyak daun dan buah belimbing wuluh yang berjatuhan membuat kos terlihat kumuh. 

Kami menyiasati sinar matahari yang terik dengan memasang penghalang matahari dari bambu yangd disusun atau biasa disebut kree di depan semua pintu kamar. Pemasangan kree cukup membantu menghalangi panas matahari pagi yang menyorot ke pintu dan jendela kamar kos. Satu persatu kami perbaiki untuk bisa memberikan kenyamanan untuk anak kos sehingga betah dan lama menyewa kos. Kami berusaha menempatkan diri kami seperti mereka, bagaimana bisa nyaman menjadi anak kos agar mereka pun merasakan kenyamanan.

Selain itu, kemanan juga menjadi nilai lebih di kos. Tidak banyak kamar membuat orang yang keluar masuk pun tidak banyak. Meski mereka membawa kunci gerbang sendiri dan membawa teman ke kos, kami mencoba untuk memberi pengertian untuk tertib dalam membawa teman agar tidak mengganggu penghuni kos yang lain. Saling menjaga kenyamanan menjadi kunci untuk bisa tetap nyaman dan aman selama kos. Tentu ini tidak selamanya berjalan mulus, ada beberapa yang akhirnya dilaporkan ke saya karena membawa lawan jenis ke kamar dengan tidak wajar atau membawa teman kelewat gaduh. Saya berpesan untuk saling mengingatkan. 

Meski bebas jam pulang karena membawa kunci gerbang dan memang ada yang bekerja juga kuliah, tapi kos kami bukan kos bebas. Kami tetap mengedepankan norma agama dan norma yang berlaku di masyarakat. Banyak yang membantu kami mengawasi kos agar tidak dijadikan tempat maksiat oleh anak kos. Kalau sekiranya sudah terjadi hal yang tidak baik, Pak RT kami persilahkan untuk menegur langsung karena kami memang tidak di tempat. 

Penampakan kos sebelum pohon ditebang, setelah dicat ulang da dipasang kree. Terlihat rimbun dan sejuk


Fasilitas meja kursi seperti ini jarang ada di kos lain. Kami merasa ini penting untuk mahasiswa ataupun pekerja

Kamarnya tidak terlalu luas, tapi cukup dan tertata

Kamiar mandi kamu usahakan selalu bersih setiap kali ada yang akan kos

Lemari yang kami sediakan cukup besar dan kuat. Muat untuk menaruh banyak barang

Lorong yang bisa dimanfaatkan untuk duduk bersama teman menikmati angin di balkon





Comments