Menjadi ibu rumah tangga seutuhnya memang sudah menjadi cita-cita saya sejak masih gadis. Bukan tidak ingin berkarir, tapi menemani tumbuh kembang anak-anak adalah impian saya sejak dulu. Merasakan memiliki ibu yang selalu ada membuat saya merasa kalau saya cukup di rumah dengan keluarga saya tanpa harus mencari kasih sayang dan perhatian di luar rumah.
Memang tak semuanya ibu di rumah merasakan seperti yang saya rasakan, tapi paling tidak saya memiliki contoh sebuah keluarga bahagia versi kami. Saya mendapatkan kehangatan, kasih sayang dan teladan yang cukup di keluarga saya. Tak bisa dipungkiri, contoh utama kita pasti adalah keluarga kita. Saat memiliki keluarga yang bahagia, kita pasti ingin memilikinya pula di keluarga yang kita bangun bersama suami.
Namun, tentu saja perlu pembelajaran. Beberapa hal yang dirasa kurang, tentu diperbaiki sekarang. Ibu saya memang selalu ada dan mendengar segala keluh kesah saya, tapi ibu saya saat itu tidak mengerti apa yang kami butuhkan. Dia berusaha mendukung apa saja yang kami inginkan untuk masa depan kami ketika kami sudah tahu mengungkapkan.
Sekarang, banyak sarana ibu untuk belajar. Banyak yang bisa dipalajari dalam menemani tumbuh kembang anak-anak. Setiap ibu pasti memiliki caranya sendiri untuk melakukan yang terbaik untuk putra-putrinya.
Sama seperti saya yang mencoba memanfaatkan social media sebagai sarana belajar menemani tumbuh kembang dua sholehah. Saat masih satu anak, saya masih banyak waktu untuk membuatkan beberapa mainan sebagai kesibukan agar dia betah di rumah. Energinya yang cukup banyak membuatnya harus menyalurkan energinya yang berlebihan.
Sekarang, sedikit merasa bersalah dengan si adek karena waktu saya sudah tidak seperti saat bersama si Mbak. Waktu saya sudah jauh banyak berkurang untuk membuatkannya mainan. Namun, saya berusaha untuk tetap bisa menemaninya dengan beberapa mainan edukasi yang bisa saya lakukan spontan dengan bahan dan alat yang ada di sekitar kami saat ini.
Seperti kali ini, kami bermain warna dengan manik-manik, benang dan pensil warna.
Awalnya satya hanya ingin melatih fokus dengan membuat beberapa warna berderet, kemudian saya meminta adek untuk mengurutkan manik-manik sesuai urutan warna yang sudah saya baut di kertas.
Kertas yang saya pakai pun kertas seadanya.
Comments
Post a Comment