Hanya aku


Masih belum ada yang berubah sampai hari ini. dinginnya masih belum cair. Kebekuan hatinya masih belum bisa kuketahui. Terjebak dalam sebuah perasaan yang tak pasti, mungkinkah ini hanya sebuah harapan semu yang bahkan tak bisa untuk terwujud. Menunggu sesuatu yang tak pasti dan merefleksikan dalam sebuah rasa yang tak menentu.
Bahkan sampai hari ini,detik ini masih saja ada keraguan. Ragu untuk melangkah maju atau mundur dan tak berani menanyakan tentang rasa yang ada dalam dirinya. Rasa yang mungkin aku takut untuk mengetahuinya, aku bahkan belum siap untuk kemungkinan terburuknya. Kemungkinan yang tak pernah kuharapkan dan belum siap untuk kuterima.
Mengapa aku selalu sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di hatiku? Mengapa terlalu sulit?terlalu sulit untuk diungkapkan karena tak ada signal yang cukup kuat darinya.
Kedewasaan dan tanggung jawabnya membuatku tak kuasa untuk menahan rasa yang mungkin seharusnya tak kumiliki. Merasa bodoh atas rasa ini, merasa kerdil dengan kebodohan ini.
Terkadang jenuh dengan semua ini, lelah dengan kedaan ini, terlalu sulit untuk kumengerti atau hanya kekhawatiranku saja?
Apa yang dimaksud ‘ibunya anak-anak’ pada teman-temannya ketika sedang bersamaku? Apa pula yang dimaksud nggak pernah ke rumah lama-lama kayak bang toyib? Lalu mengenalkanku pada sahabatnya kami baru saja periksa kehamilan?
Sudah cukupkah itu untukku?
Meski tak selamanya perkataan itu seperti apa yang ada dalam hati, tapi terkadang wanita juga butuh sebuah pengungkapan. Hanya sekedar untuk dianggap bahwa ia ada di dunia nyata, bukan di dunia maya dalam angan dan prasangka.
Kami sering bersama, hubungan kami cukup dekat dan banyak yang menyangka kami memang memiliki hubungan serius yang mengarah pada penghujung hubungan anak muda. Namun, mereka tak tahu bahwa dibalik senyum kami, hanya ada prasangka. Mereka tak tahu apa yang kami rasakan dan kebingungan yang kupendam.

Comments