Berani Hidup maka Hiduplah dengan Berani


Perjalanan menuju gili lampu yang cukup panjang tak membuat jenuh karena pemandangannya yang tak pernah  menjemukan. Hamparan sawah di kaki gunung yang menampakkan keangkuhannya. Sepanjang perjalanan, decak kagum dan syukur yang terucap dari mulut kami.
Namun, perhatian kami tiba-tiba tertuju pada sebuah pemandangan yang tak biasa di depan kami. aku yang menjadi penunjuk jalan yang pertama kali memperhatikan sebuah pemandangan aneh di depanku. Dua orang anak muda mengendarai sambil membawa dua karung rumput. Entah mereka bersaudara atau tidak, dua anak laki-laki itu menyita perhatianku yang sedang menikamti pemandangan. Pandanganku tertuju pada mereka.
Seorang pemuda yang lenih dewasa darinya mengendarai motor dengan membawa dua kerung rumput. Satu karung rumput ditaruh di depan sedangkan satu karung lagi ditaruh di belakang. Seorang anak kecil sekitar delapan atau sembilan tahunan memeganginya, duduk paling belakang.
Laki-laki kecil itu duduk di ujung belakang jok motor, bergoyang-goyang mengikuti bergoyangnya motor yang dikemudikan cukup kencang. Ada pelajaran keikhlasan disana. Pelajaran kesederhanaan.
Terselib keberanian disana. Si kecil itu tak takut jatuh meski motor dikendarai dalam kecepatan tinggi dan ia terombang-ambing ke kiri dan ke kanan. Tubuhnya yang masih sangat kecil itu pasti akan sangat mudah jatuh karena sama sekali tak ada pegangan. Mereka berani menghadapi tantangan, berani menjalani kehidupan yang sudah ditakdirkan untuknya dan menyikapinya dengan sykur.

Comments