Hari ketiga pencairan PKH
(Program Keluarga Harapan), dana bantuan dari pemerintah untuk warga miskin. Pertama
kali masuk di bank ini, langsung disodori program baru ini sehingga udah nggak asing
lagi program yang banyak cerita ini. Sebelum dipindah ke Unit Masbagik, Unit
Gunung Sari Lombok Barat juga melayani program dari dinas sosial ini.
Pertama kali menerima SK
penempatan untuk orientasi, kami disiapkan untuk pembukaan rekening PKH yang bejibun.
Ketika itu aku masih berada di wilayah Cabang Mataram karena ikut seleksi lewat
Cabang Mataram dan mendapat penempatan di Gunung Sari, wilayah Lombok Barat.
Kementrian sosial bekerja
sama dengan instansi tempatku bergabung saat ini untuk mencairkan dana bantuan
berupa uang yang banyak disebut BLT (Bantuan langsung Tunai). Jumlah uang yang
diberikan disesuaikan dengan jumlah tanggungan dalam keluarga dari segi
pendidikan anak sesuai dengan wajib belajar sembilan tahun. Berapa banyak
tanggungan anak sekolah yang masih berada pada area wajib belajar itulah yang
menjadi dasar banyaknya bantuan yang diterima. Pemerintah sudah memberikan
daftar nama keluarga yang menerima bantuan dan diberikan rekening pada pengurus
keuangan rumah tangga tersebut untuk mengelola dananya.
Dua maksud dalam satu
tujuan. Memberikan bantuan sekaigus mengajarkan budaya menabung. Masyarakat dikenalkan
pada lingkungan perbankan agar tidak asing denagn lingkungan tempat menabung
dan berharap dapat tergugah untuk menabung sebagai salah satu cara mengelola
keuangan mereka.sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampui.
Kali ini, pencairan tahap
kedua yang seharusnya bulan Maret (program 3 bulanan), tapi baru masuk bulan
Juni sehingga pencairan ini akan berlangsung dua kali di bulan Juni. Pencairan tahap
pertama dimulai tanggal 4 Juni 2012. Perjuangan dimulai.
Pencairan PKH selalu
memberikan banyak cerita. Perbedaan keadaan terbentur denagn persyaratan
administrasi kami seperti perbedaan nama yang ada dalam KTP dengan perbedaan
nama yang ada di kartu PKH. Aturan administrasi yang ada di tempatku bekerja
tak semudah yang mereka fikir. Perbedaan nama yang ada dalam kartu PKH dari
dinas sosial dengan KTP banyak yang berbeda sehingga harus dilampiri surat
keterangan beda nama baru dicairkan meski memang sudah bisa dipastikan dialah
orangnya.
Menurut juklak yang
mereka miliki, dana tersebut bisa diberikan kepada pengelola dana dalam rumah
tangga tersebut, apabila meninggak atau sakit bisa digantikan oleh yang lain
asalkan tetap tersalurkan pada rumah tangga itu. Namun, dalam peraturan
perbankan hal itu tidak bisa diterima begitu saja karena buku tabungan bersifat
pribadi sehingga pengambilan tersebut harus menggunakan surat kuasa atau
apabila meninggal harus ada pernyataan dari dinas sosial bahwa dana tersebut
dilimpahkan pada orang lain.
Belum lagi bnyak yang
masih belum punya KTP atau sudah punya KTP tapi tak bisa tanda tangan sesuai
KTP. Buruknya, KTP dianggap sepele oleh mereka sehingga dengan mudahnya KTP
ditandatangani oleh anaknya, keponakan atau entah siapa sehingga ia yang
sebenarnya tak bisa tanda tangan, di KTP ada tanda tangan. Padahal administrasi
perbangkan haruslah seseuai antara KTP dengan data dalam buku tabungan. Hal itu
yang membuat proses pencairan menjadi berjalan lambat.
Namun, kami berusaha
kooperatif dengan pendamping PKH yang ikut melancarkan pencairan sehingga tidak
merugikan banyak pihak. Para pendamping yang mencoba membantu menyelesaikan
permasalahan yang terbentur oleh aturan administratif perbankan. Kami mencoba
mencari alternatif terbaik agar tidak ada yang dirugikan.
Keluguan, kepolosan dan
kesederhanaan yang terpancar dari wajah para penerima dana bantuan tersebut mengajarkan
banyak hal padaku. Sebagian besar dari mereka sudah berusia lanjut sehingga
menggunakan cap jempol untuk bukti pengambilannya.meski ada beberapa yang tidak
sabar karena menunggu lama, tapi banyak juga yang sabar menunggu.
Inilah potret manusia,
tidak sabar mendapatkan haknya padahal kewajibannya belum dilakukannya.
Rasa iba itu menjalar
ketika melihat mereka duduk di deretan bangku kursi tunggu untuk menerima uang.
Wajah lugu dan sederhana mereka memancarkan sinar kesabaran dan ketulusan. Banyak
yang menunggu sambil bercengkrama dan bercanda dengan teman yang duduk
disebelahnya. Mereka bahagia, terlihat dari pancaran wajah dan senyum mereka.
Terimakasih tulus dan
senyum yang mengembang di bibir mereka setelah menerima uang membuat hatiku
berdesir. Keikhlasan menerima uang yang tak seberapa hasil dari kesabaran
menunggu.
Comments
Post a Comment