Couple Goal Couple Time


Dulu saat masih single memang saya bukan tipe yang suka pacaran atau jalan-jalan menghabiskan waktu dengan pacar. Entah kenapa lebih suka di rumah, ngobrol banyak hal. Itulah yang membuatku selalu suka punya teman dekat yang memiliki wawasan yang luas dan menceritakan banyak hal yang aku tidak tahu. Intinya, punya temen pinter berawawasan luas yang menyenangkan tentunya lebih nyaman untuk diajak ngobrol berlama-lama.

Saat semakin dewasa, ternyata memiliki teman dekat yang bisa diajak berbagi cerita lebih intens itu sangat kubutukan karena pindah ke sebuah tempat yang tidak banyak teman kukenal. Sejak kedua orang tua memutuskan untuk meninggalkan tempat kami besar di Jawa Tengah dan pindah ke Lombok, saya jadi tidak punya banyak teman. Lulus kuliah, tidak punya teman dan belum punya pekerjaan saat itu membuat dunia saya hanya berkutat pada blog dan dunia maya.Untungnya masih ada sahabat dekat yang intens berhubungan lewat media sosial. 

Setelah bekerja, waktu banyak kuhabiskan di kantor. Kantor menjadi tempat bekerja sekaligus bersosialisasi karena memiliki cukup banyak teman. Hingga akhirnya menikah dengan orang yang bekerja di dunia yang sama denganku. Meski berbeda kantor, tapi aku tahu banyak bagaimana sistem kerja di perbankan. Saya pun tidak banyak protes dengan suami yang memang pada dasarnya gila kerja. 

Kami yang tidak pacaran saat itu hanya memiliki waktu sedikit untuk berdua saja. Tanpa pacaran, kami langsung diberikan kesempatan untuk cepat memiliki momongan. Waktu kami berdua bisa dibilang sangat singkat setelah menikah. Sibuk dengan anak dan suami pun menikmati merintis karir dan membangun usaha yang diinginkannya. Saya yang sebenarnya masih ingin melanjutkan pasca sarjana harus menepis mimpi itu. Dua anak yang ingin saya bersamai membuat saya masih harus banyak belajar membersamai mereka. Saya ingin membersamai mereka dengan kegiatan berkualitas.

Waktu berdua kami pun mulai sangat berkurang apalagi tidak ada ART di rumah. Hari rasanya begitu cepat. Terkadang, aku merasa kalau kami tidak cukup punya waktu hanya berdua saja. Rindu ingin bisa punya waktu berdua seperti saat baru menikah dulu, tapi dua buah hati tercinta pun tak bisa kami tinggalkan. Saya adalah tipe orang yang tidak bisa meninggalkan anak-anak saat bepergian, begitu pula dengan suami yang tidak bisa meninggalkan anak meski dititipkan di rumah nenek kakek mereka. 

Saya merasa kalau kami benar-benar sulit menemukan waktu berdua saja karena malam hari pun saya sudah kecapekan. Memilih tidur daripada ngobrol santai dengan suami karena kelelahan. Suami pun sibuk dengan jabatan barunya yang membuatnya juga tak ada waktu ngobrol hanya berdua. Siang hari, kami memilih memanfaatkan waktu bersama anak-anak yang rindu ayahnya sibuk bekerja setelah seminggu. 

Terkadang saya pun rindu ngobrol santai berdua. Ngobrol sambil nonton TV atau sekedar keluar berdua saja sebentar. Pernah saat anak-anak berada di rumah neneknya, saya sengaja mencoba jalan-jalan ke taman dekat kantor suami. Mencoba menghubungi suami yang siapa tahu bisa meluangkan waktu sebentar saja untuk keluar dan menemaniku makan sore itu. Namun, ternyata saya harus kembali diingatkan kalau suami itu memang tipe yang gila kerja. Laki-laki juga tidak bisa membagi fokus. Meski selalu mengangkat telepon dan cepat membalas whatsapp dariku, tapi tidak bisa meluangkan waktu meninggalkan pekerjaan kantor hanya untuk acara yang dianggapnya tidak urgent. Dia pun pernah cerita kalau dulu sering tidak melanjutkan hubungannya dengan seseorang karena terlalu possesif dan tidak mau diduakan dengan pekerjaan.

Saya pun harus sadar kalau dia memiliki tanggung jawab yang lebih setelah prormosi jabatan yang harus didapatkannya. Pernah suati hari saya bilang kalau tidak mau dia naik jabatan lagi karena waktunya akan habis mengurus kantor dan mengesampingkan kami. Biasanya, dia akan memikirkan hal itu baik-baik, tapi saya sadar kalau dia juga memiliki ambisi tentang karirnya.

Saya pun yang sudah setengah jam menunggu di taman akhirnya pulang. Sepertinya dia tak menganggap penting hal-hal seperti ini. Kebersamaan di rumah bersama anak-anak itu sudah cukup penting. Meski kecewa, tapi mencoba untuk mengerti ketidaksadarannya. Harusnya kukatakan sebelumnya atau membuat janji jauh hari sebelumnya agar dia bisa mengatur waktu. Tidak mendadak seperti ini, dia sedang sangat sibuk. Karir yang diinginkannya juga tidak luput dari keinginannya membahagiakan kami dengan caranya.

Dia adalah tipe orang yang tidak romantis, jadi semua yang dilakukannya tanpa basa-basi. Mencintai apa adanya, tak ada perayaan, tak ada kata romantis, hanya mewujudkan dengan tindakan. Ada saat dibutuhkan, mencukupi apapun yang kami inginkan dan perhatian dengan caranya. Buang deh jauh-jauh keinginan untuk diromantisin kalau punya suami begini daripada sakit hati. Kalau memang pengen banget ya harus mengatakannya dengan lugas, jangan dengan mengumpamakan atau menyindir karena takkan berhasil. Kalau perlu, mencontohkan agar dia tahu romantis yang kita inginkan itu seperti apa. 

Jadi Buibu yang punya suami nggak romantis, jangan sedih ya. Kita sama. >.<





Comments