My Baby's Born

Sembilan bulan menunggu kelahiran buah hati pertama kami, akhirnya tanggal 2 November aku pun merasakan kontraksi di kandunganku. Pukul 02.30 pagi, aku merasakan ada kontraksi dibarengi keluar sedikit cairan dari kemaluanku. Segera aku ke kamar mandi untuk mengecek, ternyata ada darah yang keluar. Dokter pernah berpesan padaku kalau ada keluar darah atau cairan yang cukup banyak dari kemaluan segera periksa mungkin saja itu tanda melahirkan.

Segera kubangunkan suami untuk memberitahunya kalau sudah ada tanda aku akan melahirkan meski kontraksinya masih lama jaraknya. Meski sudah mendengar beberapa cerita tentang melahirkan, tapi kami masih bingung dengan keadaan ini. Aku pun menelfon ibuku yang ada di Lombok Timur untuk menanyakan apa yang harus kulakukan. Beliau menyarankanku untuk banyak jalan saja, menunggu pagi untuk ke Rumah Sakit karena jarak kontraksinya masih cukup lama. Beliau menyarankan kalau bisa tidur lebih baik aku tidur dulu dan makan yang bisa kumakan untuk tenaga saat nanti melahirkan. Mengikuti saran ibuku, aku pun mencoba tidur setelah mengepak baju-baju yang akan kubawa ke rumah sakit nantinya. Suami kuminta untuk tidur lagi karena jarak kontraksinya masih 20 menit sekali.

Paginya, aku pun bercerita pada ibu mertua dan beliau pun menyarankan hal yang sama padaku. Memintaku makan dulu baru ke Rumah Sakit. Jam sembilan pagi kami pun ke Rumah Sakit dengan sudah lengkap membawa perlengkapan menginap. Namun, ternyata belum ada bukaan saat diperiksa di ruang bersalin. Bidan yang berjaga menawari kami untuk tinggal atau mau pulang dulu karena belum ada bukaan jalan lahir. Aku memilih pulang dan istirahat dulu di rumah. Bidan yang memeriksaku menyarankan untuk datang lagi ketika kontraksinya lebih cepat jaraknya karena dia pun tidak bisa memastikan kapan terjadi bukaan jalan lahir karena kondisi orang berbeda-beda. Dia juga memintaku segera ke Rumah Sakit kalau air ketuban sudah pecah meski belum kontraksi.

Aku sudah tak bisa tidur di rumah. Kontraksi terasa semakin sering, tapi masih stabil. Suami dan mertua terus menanyaiku kapan mau ke Rumah Sakit. Kami pun berangkat setelah sholat Ashar dan mandi sore. Sampai di Rumah Sakit, sekitar jam 5 sore, ibuku sudah ada di Rumah Sakit pula menunggu kami menemaniku. Ketika diperiksa, baru bukaan satu Aku pun memilih untuk berjalan-jalan dan menunggu bukaan selanjutnya dengan sesekali istirahat di ruang bersalin. Bidan yang berjaga memintaku untuk tidur miring ke kiri dengan kaki kanan ditekuk. Katanya posisi itu akan membuat lebih cepat bukaan. Ketika kontraksi, aku diminta mengelus perut sambil tarik nafas panjang dari hidung dikeluarkan lewat mulut. Ibuku, ibu mertua dan suami menemaniku sambil mengelus pinggangku ketika kontraksi itu datang. Suamiku terus mengingatkanku untuk istighfar sambil tarik nafas ketika melihatku kesakitan.

Rasa sakit itu memang begitu luar biasa, tapi aku tak mau menyerah begitu saja. Aku harus kuat untuk melahirkan bayi kami dan berjuang bersamanya saat persalinan. Jam 9 malam, aku dinyatakan sudah bukaan enam, seperempat jam kemudian cairan banyak sekali keluar dari perutku yang merupakan pecahan air ketuban. Kemudian bidan memeriksa kembali yang ternyata sudah bukaan penuh, aku pun merasa sudah ingin mengejan dan bayi dalam perutku seperti bergerak ingin keluar. Sembari menunggu petugas mempersiapkan untuk persalinan, denyut nadi bayiku terus dipantau dan Alhamdulillah dia sehat.

Puncak rasa sakit yang begitu hebat ketika dia mendesak keluar. Istighfar terus kupanjatkan sambil membaca doa untuk kesehatan kami berdua. Kulihat suamiku membaca doa ketika aku mulai dibantu untuk mengejan setelah diberitahu bagaimana posisi mengejan yang baik dan mengatur pernafasan. Tak ada yang terlintas selain bagaimana caranya dia keluar dari rahimku dengan sehat dan selamat. Tiga kali mengejan dengan motivasi yang luar biasa dari suami dan bidan yang membantu proses persalinanku juga yang nggak kalah penting adalah doa dari orang-orang yang menyayangi kami.

Ketika sakit itu hilang, tangisan keras terdengar dari bayi yang lahir dari rahimku. Lahirlah seorang bayi perempuan dengan pipi chubby berat 3350 gr panjang 52 cm yang langsung ditaruh di dadaku setelah dibersihkan darahnya. Alhamdulillah, syukur tak terhingga kami panjatkan pada Allah SWT atas berkah yang diberikan pada kami. Seorang bayi yang sehat dan lengkap yang kami beri nama
NADA NADIFA ANINDITA
Embun pagi kami yang kuat dan tangguh.

Semua bahagia atas kelahiran putri pertama kami meski sempat terjadi pendarahan padaku karena belum semua darah kotor keluar. Allah SWT memberikan kesehatan kepada kami adalah anugerah yang luar biasa.






Comments