Jalan-Jalan ke Sekolah Pesisi Juang


Memiliki banyak teman dengan visi yang sama merupakan anugerah. Selalu ada rasa optimis menelusup ketika bersama mereka. Mereka yang dengan caranya bermanfaat untuk sekitarnya. Bukan berharap untuk keuntungan diri semata, tapi juga berharap untuk bisa punya andil menjadi agen perubahan di sekitar kita. 

Tidak apa tidak berdampak besar sekarang. Tidak apa hanya bisa ngobrol mendapat insight dari orang hebat sekarang, semoga kelak akan ada generasi berikutnya yang bisa mewujudkan cita kami, harapan dan perubahan menjadi lebih baik. 

Salah satu anugerah yang Allah berikan ketika niat itu perlahan mulai dijalankan adalah dipertemukan dengan banyak teman yang sedang melakukan perjuangan yang sama. Mbak Debi, seorang Ibu yang pengalamannya cukup banyak yang kini berkecimpung di dunia PAUD Pulau Gili Trawangan. 

Beliau mengajak saya bertemu dengan pengelola sebuah sekolah di tengah kampung nelayan daerah Ampenan, Mataram. Setelah beberapa kali membuat janji dan gagal, akhirnya sore itu Allah SWT ridhoi kami untuk bertemu dengan Kak Jo, pengelola sekolah di kampung nelayan tersebut. 







Saya dan Mbak Debi janjian bertemu di depan Pasar Kebon Roek, Ampenan, tempat yang dekat dengan tujuan dan tengah-tengah dari kami yang berbeda arah. Saya mengikuti Mbak Debi yang berjalan melewati samping Kuburan Cina, menyusuri jalan kampung nelayan, masuk ke sebuah gang sempit sampai ke sebuah bangunan rumah sederhana. Rumah sederhana dengan cat tembok yang hampir mengelupas. Seorang pemuda berdiri menyambut kami. Mungkin ini yang dipanggil Kak Jo oleh Mbak Debi. 

Betul dugaan saya, pemuda itu mengenalkan dirinya sebagai Jo. Kami masuk di sebuah rumah sederhana yang sudah dihias khas tempat belajar anak-anak. Terlihat sangat menenangkan berada di dalamnya. Sebuah ruangan yang tidak terlalu luas, tapi juga tidak terlalu sempit itu dihiasi dengan tempelan dinding berwarna-warni bertuliskan Pojok Baca dan beberapa gambar yang membuat ruangan itu menjadi lebih berwarna. Khas tempat belajar anak-anak. Dibuat menyenangkan agar anak-anak pun betah berada di dalamnya. 

Terlihat ada sebuah dapur sederhana di ruang belakang juga ada dua ruangan bersekat yang dimanfatkan untuk perpustakaan dan ruang menaruh barang yang belum disortir. Kak Jo bercerita kalau mereka baru saja pindah dari rumah yang sebelumnya dijadikan untuk sekolah diminta oleh yang punya. 

Benar memang setiap kesulitan pasti Allah sedang siapkan kebaikan yang lain. Ternyata mereka dibelikan sebuah rumah sederhana oleh donatur, tidak lama setelah mereka diminta untuk pindah dari tempat yang ditempati sejak 2020. Tempat yang layak, tempat yang bisa menampung barang-barang mereka sebelumnya. Mereka bisa membuat ruangan khusus untuk perpustakaan dengan buku yang ada. 

Ada selusup bahagia setiap kali bertemu mereka yang peduli akan pendidikan. Peduli akan anak-anak yang tidak diperhatikan pendidikannya oleh orang tuanya yang memiliki banyak keterbatasan. Terbatas pengetahuan dan ekonomi yang membuat mereka tidak menyadari pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. 

Sejak tinggal di Lombok memang banyak hal yang mengganggu pikiran saya. Kegelisahan yang baru sekarang satu per satu bisa saya lihat dengan banyak orang yang peduli. Kegelisahan yang ternyata Allah Maha Baik dengan mengirimkan orang-orang luar biasa yang menggerakkan peradaban di pulau kecil ini. Pulau yang terkenal sebagai tujuan wisata internasional ini ternyata masih cukup banyak pendidikan yang tertinggal. Banyak juga yang masih sulit menerima perubahan. Itulah yang menjadi tantangan para agen perubahan yang sedang berjuang sekarang ini. 

Banyak anak muda yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga menjadi pioneer bagi sekitar. Kadang memang terlihat tidak masuk akal karena memenuhi kebutuhan sendiri pun sulit, masih mau cari kesibukan dengan memikirkan orang lain. 

Apalagi di tengah zaman yang semua serba sulit. Masalah ekonomi menjadi pokok utama. Banyak yang masih berkutat untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Namun, ternyata ini menjadi peluang bagi mereka yang peduli untuk membantu. Membantu meringankan beban mereka, tidak hanya dari sisi yang biasa dilihat orang yaitu memberi bantuan sembako. 

Bahkan, tenaga pendidik pun saya lihat tidak semua memiliki kemampuan dan kesadaran akan aspek-aspek yang menjadi kebutuhan anak. Mereka hanya menjalankan tugas dan melakukan seperti apa yang telah ada tanpa ada kreativitas apalagi untuk berubah mengikuti perkembangan zaman. Bnayak faktor yang membuat mereka tidak bisa melakukannya. Pengetahuan dan kesadaran akan hal itu mungkin banyak yang sudah memiliki, tapi keterbatasan yang membuat mereka tidak bisa bergerak, Paling banyak menjadi hamabatan adalah faktor ekonomi. Pemenuhan kebutuhan ekonomi tenaga pendidik masih sangat rendah, sehingga mereka memilih untuk mencari tambahan penghasilan bagi keluarga daripada berkegiatan tanpa ada imbalan. 

Selain banyaknya keterbatasan bukan hanya tentang mengejar kehidupan ekonomi lebih baik, tapi juga akses memperoleh pengetahuan baru, mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan, menentukan tujuan pembelajaran, tak mudah menerima hal baru, tak mudah belajar hal baru dan juga stigma-stigma di masyarakat yang tak berani mereka patahkan. 

Ini akan sulit memang, semua tindakan kita pasti mau tidak mau melibatkan pemerintah daerah setempat yang terkadang kurang peduli atau keterbatasan kemampuan mereka. Namun, bukan berarti tidak mungkin. Nyatanya, banyak yang bisa mematahkannya untuk bisa bergerak maju dengan cara mereka. Asal niatnya baik, pasti suatu saat akan menemukan jalan baik untuk bisa mencapainya. Meski mungkin tidak sekarang dan mungkin direalisasikan generasi yang akan datang.

Tugas kita saat ini adalah bergerak, tidak menyerah dan tetap berusaha melakukan cara terbaik untuk mencapai tujuan. Cara yang baik juga berpengaruh untuk bisamenggapai tujuan. Meski kadang tidak bisa cepat, tapi hasilnya akan lebih terasa manfaatnya daripada dengan cara yang kurang baik. 

Sekolah Pesisi Juang ini adalah sebuah tempat berproses dan bertumbuh banyak orang. Bukan hanya anak-anak, tapi juga mereka yang mengusahakan dan mereka yang berkotribusi dengan kegiatan-kegiatan ini. 

Ternyata masih banyak yang peduli dengan pendidikan, sebab sejatinya kebutuhan itu bukan hanya tentang kebutuhan pangan saja seperti banyak nya bantuan yang selalu diberikan kepada warga miskin. Meski itu perlu, tapi beberapa orang mengambil sisi lain untuk bisa memenuhi kebutuhan pendidikan mereka yang kelak menjadi penerus peradadaban. Di tangan mereka lah peradaban akan digenggam. Memberi mereka ilmu dan wawasan yang luas untuk menjadi lebih baik bagi masa depan yang kelak akan mereka pilih. 

Mereka pula yang bisa memilih masa depan yang akan mereka jalani. Memberikan mereka semangat untuk berubah dari keadaan yang serba terbatas menjadi keadaan yang bisa menjadi agen perubahan adalah harapan kami. Mereka berhak untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

_Cerita Venti_


Comments