Depo sampah yang ada di depan kompleks perumahan menjadi masalah yang tak pernah tuntas sejak saya pindah ke perumahan ini. Mungkin sejak sebelumnya memang sudah menjadi masalah, tapi saya baru pindah pada tahun 2016.
Tumpukan sampah yang menggunung membuat tidak nyaman bukan hanya warga yang tinggal di sekitar depo sampah tersebut, tapi juga bagi pengguna jalan yang lewat karena tak jarang sampah yang menumpuk luber sampai jalan raya. Bahkan, di hari raya ketika petugas pengangkut sampah sedang libur, depo sampah ini tak henti didatangi sampah dari berbagai penjuru sehingga makin banyak sampai tak tertampung oleh tempat yang ada.
Pernah ketika Hari Raya Idul Fitri, sampah sampai menutupi separuh jalan raya. Truck sampah yang membuang sampah dari depo sampah ke TPA libur, tapi orang tak henti buang sampah di depo tersebut yang menyebabkan terus menumpuk hingga luber sampai menutupi separuh jalan.
Saat itu, kami pernah demo dengan menutup akses jalan depan kompleks yang ramai dilalui kendaraan. Aparat kepolisian turun mengatasi bahkan sampai dimuat di koran lokal. Sejak saat itu, diterikan kebijakan baru jam pembuangan sampah sehingga sampah tidak menumpuk dan langsung diankut oleh truck pengangkut sampah.
Sementara memang terlihat sellau bersih, apalagi diberikan peringatan untuk jam pembuangan sampah. Namun, hal itu berlangsung hanya beberapa bulan. Setelah itu, depo sampah depan kompleks kembali penuh dengan sampah. Bahkan, lebh banyak yang membuang sampah ke depo sampah tersebut. Sampah makin bakin banyak dari sebelumnya dengan jam pembuangan yang tidak teratur sehingga sampah yang biasanya sudah bersih setelah diangkut truk sampah di pagi hari, makin lama makin tak ada waktu untuk bersih.
Kami beruntung memiliki ketua RT yang sangat peduli. Selalu menguasahakan untuk pemindahan depo sampah di depan kompleks yang tak jarang menimbulkan bau tak sedap setiao musim hujan tiba. pak RT dan Bu RT yang selalu memiliki semangat dan peduli yang sangat tinggi pada warganya berusaha untuk lobi kenalan mereka di pemerintahan untuk bisa segera ditindaklanjuti ketidaknyamanan warga atas depo sampah tersebut.
Kali ini pun kami kembali dibuat meradang karena sampah semakin hari semakin tinggi tumpuakannya. Entah darimana saja sampah di depo itu sampai sebanyak itu kini. Bu RT mengusahakan menghubungi semua kenalan yang beliau tahu di pemerintahan sampai mengiyakan ajakan warganya untuk demo menutup jalan depan kompleks karena sampah ini.
Apalagi, kompleks sedang terjadi wabah DBD sejak dua bulan yang lalu. Gang di aura 3 hampir semua rumah terjangkit. Fogging dilakukan sampai 3 kali dalam satu bulan, himbauan dari Dinas Kesehatan pun dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat. Di tengah ketegangan tersebut, hujan yang terjadi terus menerus membuat depo sampah mengeluarkan bau tidak sedap setiap hari. Hal itu yang memicu warga perumahan menjadi sangat geram dengan keberadaan depo sampah di tengah pemukiman padat penduduk tersebut.
Pemerintah Kota Mataram sudah menurunkan petugas dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram untuk meninjau depo sampah tersebut. Anggota Dewan yang dihubungi oleh Bu RT pun datang untuk melihat langsung keadaan yang dilaporkan Bu RT. Hal itu dilakukan untuk bisa menemukan solusi terbaik untuk keadaan tidak nyaman karena adanya depo sampah di depan kompleks kami.
Beberapa petugas yang ada disana memberikan keterangan kalau depo sampah tersebut memang akan dipindahkan. Sekarang masih proses pembebasan lahan. Kami diminta bersabar. Namun, tidak hanya itu, beliau juga memberikan solusi agar tidak terjadi penumpukan sampah lagi. Dua truk disiapkan di depo sampah tersebut, warga setempat diberikan himbauan untuk buang sampah dari malam hingga pagi langsung dimasukkan ke dalam truck yang sudah disediakan, jadi tidak lagi membuang di lantai depo.
Pagi harinya, petugas akan membuang sampah yang ada dalam truk ke TPA yang ada di Kebon Kongok. Akan disediakan truk sampah yang terus ada di depo sampah tersebut. Akan ada petugas yang mengawasi untuk beberapa hari di awal ini, selanjutkan akan dibuat papan himbauan bagi mereka yang mau buang sampah.
Kepala Keluarahan Pagutan Barat juga sudah menindaklanjuti aduan warga tersebut dengan mengirimkan bukti surat yang beliau ajukan ke Kecamatan Mataram. Hal itu sebagai bukti tindak lanjut atas aduan ketidaknyamanan kami.
Kejadian seperti ini seharusnya bisa menjadi pemantik kesadaran untuk melakukan perubahan. Bukan hanya memindahkan depo sampah, tapi juga mengubah perilaku hidup sehari-hari kita untuk mengurangi membuang sampah. Semakin banyak pemukiman penduduk, sampah semakin banyak. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kebon Kongok pun sudah terlihat menggunung bahkan pernah terjadi kebakaran akibat tercampurnya segala jenis sampah.
Hal ini bisa menjadi refleksi bagi warga untuk bisa mengambil bagian mengurangi sampah yang dibuang. Bagaimana caranya?
Ada beberapa langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk mengawalinya
- Memilah sampah
- Konsumsi secukupnya
- Mengurangi kemasan sekali pakai
- Daur Ulang
- Menanam Kembali
- Menggunakan bahan alam untuk sabun dan sejenisnya
Comments
Post a Comment