Berkisah adalah Senjata Ibu dalam Pengasuhan di usia dini. Ibu memiliki motorik bahasa yang lebih bahasa. Otak bahasa sang Ibu bisa menghasilkan generasi Robbani.
Generasi Robbani adalah generasi yang tangguh, cerdas dan akhlaqnya mulia. Hal tersebut bisa dibangun melalui menyampaikan sebuah kisah.
Otak suka story telling atau dongeng sebab ada aktifitas otak dopamin dan oktososin. Anak-anak suka mendongeng karena menyenangkan. Proses belajar mengajar itu sebaiknya isinya menyenangkan agar tertarik terus belajar.
- Berkisah bisa membangun pola pikir untuk menjadi konsep berfikir ketika sudah dewasa. Mendongeng bisa menanamkan nilai baik yang akan bisa menjadi kebiasaan yang kemudian ketika dewasa bisa menjadi karakter yang berpengaruh pada konsep berfikir.
- Berkisah bisa mengaktifasi area otak yang menyeluruh. Bisa memasukan pikiran, perasaan dan perilaku sehingga menimbulkan perilaku. Otak insula membangun keserasian.
- Pengalaman yang dibayangkan di dalam berkisah itu harus memenuhi konsep imajinasi. Otak menangkap imajinasi sebagai sesuatu yang nyata. Apa yang dibayangkan, bagi otakitu nyata adanya. Hal itu bisa membangun ketangghan dan daya juang pada anak.
- Berkisah memiliki peran untuk membangun kenyataan sehingga bisa mengikuti siapa yang diceritakan. Ketika menceritakan kisah yang baik, anak akan mengikuti tokoh tersebut. Hal tersebut membantu membangun ketangguhan dan daya juang.
Anak 0-7 tahun merupakan instrumen otak yang hidup. Ada mirror neuron dengan cara mencontoh. Terkadang, instruksinya tidak dipahami oleh anak karena frontal cortex belum sempurna, tapi bagian otak lain berkembang sangat bagus. Oleh karena itu, sebaiknya memberikan contoh atau teladan lebih didahulukan.
"Mempengaruhi pelepasan Oksitosin dalam darah, yang disebut hormon "empati" yang membantu ikatan orang (hormon cinta). Faktanya hormon yang sama yang dilepas ke aliran darah Ibu menyusui. Paul J. Zack (2014) "
Ternyata salah satu yang menonjol adalah oksitosin atau hormon cinta yang mengikat atau membangun ikatan atau kedekatan dengan yang menceritakan ataupun dengan tokoh yang diceritakan. Hal itu dibutuhkan untuk anak bisa taat (cortical cortex), bukan ketakutan atau ancaman (subcortical region).
Otak bahasa didominasi otak Broca's Area (mevokalkan) dan Wermickes Area (pemahaman). Bagian otak terseut ada diantara bagian otak yang berfungsi membayangkan dan melihat (bisa dalam bentuk imajinasi ataupun mendengar). Area bahasa yang terdapat pada Ibu lebih luas dibandingkan Ayah sehingga Ibu adalah orang yang sangat tepat untuk bisa berkisah dengan anak-anak.
Tidak salah kalau ada istilah Ibu adalah madrasah pertama bagi anak sebab inilah awal dari lagkah sederhana sehingga baik untuk mendidik anak.
Bahasa mencerminkan kecerdasan. Penyampaian informasi melibatkan emosi dan pemahaman kepada orang lain melalui kepiawaian bahasa. Ada orang yang cerdas berbahasa akan tidak terlihat seperti memarahi saat sedang mengingatkan orang yang salah. Bisa menyampaikan pesan sehingga bisa diterima dengan orang lain secara baik dan utuh tanpa adanya amarah.
Berkisah melatih area Brocha dan Wermicke. Usahakan saat bercerita membuat anak bisa ada interaksi. Bisa dengan menceritakan kembali, bergiliran cerita atau menanggapi cerita dengan tanya jawab saat pertengahan cerita.
Anak yang pendengarannya baik maka itu memiliki pengendalian diri yang baik. Saat bercerita, otak insula saat umur 2-3 tahun sudah mulai berkembang untuk bisa menghubungkan satu hal dengan yang lain, hasilnya bisa menyatukan cerita. Karena belum paham, mereka perlu imajinasi atau menggunakan peraga seperti misalnya boneka sebagai alat bantu.
Hebatnya seorang Ibu, untuk berkisah sudah didukung oleh otak bahasa yaitu Brocha dan Wermicke. Melalui kenyataan virtual itu anak bisa memberikan aktifasi di otak. Isi cerita yang diikuti oleh anak itu neuronnya saling terikat satu dengan yang lain. Semakin banyak sambungan neuron, maka anak semakin cerdas.
Tidak ada anak bodoh, sebab semua anak spesial dengan kelebihannya sendiri-sendiri bahkan pada anak disabilitas. Namun, ada yang kurang tepat memberikan stimulus sesuai dengan usianya membuat kecerdasan anak yang unggul tidak maksimal. Berkisah adalah salah satu cara memberikan stimulus pada anak sehingga otak anak tumbuh dan berkembang secara sempurna.
Allah memberikan kesempatan kita mengasuh hanya sampai usia 12 - 14 tahun sehingga mulai usia 15 tahun mereka sudah berbeda cara. Story telling akan berfungsi di usia 0 - 12 tahun.
- Saat senang dikisahkan, ada rangsangan yang membuat dopamin menjadi keluar dengan takaran yang tepat atau terkendali. Anak menjadi semangat belajar.
- Anak cerdas adalah yang sambungan neuronnya banyak dan terus dipraktekkan. Berikan banyak nilai kebaikan di setiap berkisah dengan memunculkan tokoh yang bisa membuat anak memiliki idola yang baik.
- Selain berkisah, orang tua perlu memberikan contoh tentang kebaikan yang diceritakan sehingga anak-anak memiliki banyak sambungan sehingga Neurotransmitternya bekerja sangat baik.
- Otak bagian Insula membangun empati dan membangun sinergi berfikir rasio dan merasakan (emosi).
- Prefrontal cortex untuk moral judgement. Nilai yang baik bisa merangsang preforontal cortex, termasuk aktifitas memilih. Memilih melibatkan subcortical (otak emosi). Sepandai-pandainya orang saat memilih pasti dengan emosi.
- Membangun Imajinasi membuat cortex pariental terangsang. Imajinasi yang dibangun saat berisah usahakan semenarik mungkin bagi anak agar tersentuh sehingga menjadikan dorongan untuk melakukan itu.
Usia diatas 14 tahun akan mengambil nilai dari orang lain menjadi nilai dirinya.
Oleh karena itu berikan banyak nilai baik di usia pengasuhan 0 - 12 tahun dengan memaksimalkan bonding dan pengasuhannya. Ketika terlambat, perlu melakukan perubahan besar dengan membangun bonding yang tidak mudah di usia yang beranjak remaja dibanding usia muda. Bisa jadi saat kecil penurut, ketika remaja akan ada pemberontakan karena pengasuhannya menggunakan ketakutan, bukan kedekatan dan contoh.
AGAR DONGENG TETAP DAHSYAT
- Harus menarik dan menahan perhatian kita (kondisi emosi orang tua yang nyaman harus disiapkan karena akan mempengaruhi kualitas berkisah)
- Harus ada muatan yang bisa membangun kebiasaan baik anak. Diceritakan terus menerus ajak membuat kebiasaan sehingga mejadi karakter. Sehingga dilakukan oleh cerita yang efektif adalah "membawa" kita ke dunia karakter.
- Membawa kondisi menyenangkan. Dibuka dengan menyenangkan, dijalankan menyenangkan dan ditutup dalam kondisi yang menyenangkan. Hal itu agar anak bisa mendapatkan emosi yang menyenangkan sehingga menghasilkan kebahagiaan. Akan berpengaruh pada pola pikir konstruktif saat dewasa ketika saat kecil terus diulang.
_Cerita Belajar Venti_
Comments
Post a Comment