Aku dan SNC Versi Aku

Parents, ada yang pernah mengalami Kegalauan karena merasa tidak produktif dirumah saja???? 

Cerita sedikit ya...Mengalami masa-masa transisi sejak tidak bekerja kemudian menjadi full House Wife rasanya tidak mudah memang. Sejak tidak kerja, saya selalu merasa tidak produktif. Rasanya, hari-hariku membosankan dan monoton. Aku yang kelebihan isi kepala, ingin belajar terus dan membuat diri menjadi lebih bermanfaat. Merasa belum berkontribusi banyak bagi masyarakat sekitar. 

Beberapa tahun setelah resign kemudian menikah, saya seperti berada di fase stag. Selain karena bosan dengan rutinitas yang itu-itu saja, apalagi tinggal di rumah mertua yang memang belum bisa banyak keluar, saya pun merasa seperti orang bodoh tak bermanfaat. Meski setiap hari saya berusaha untuk bisa maksimal dalam mennjadi istri, ibu dan menantu, tapi rasanya selalu ada ruang kosong yang terasa hampa.

Saya pikir awalnya karena mungkin saya tidak bekerja, itulah yang menjadikan saya seperti tidak berguna. Namun, setelah pindah ke rumah sendiri, saya mulai menemukan kenyamanan, mulai melakukan apa yang saya sukai. Awalnya memang saya konsen dengan kegiatan stimulasi motorik untuk si Sulung, tapi kemudian semakin lama saya mulai menemukan kenyamanan saya lagi dalam menulis. Kembali saya menulis blog, belajar tentang tumbuh kembang dan stimulasi anak. 

Sejak saat itu pula, juga saya mencari buku-buku yang bisa saya gunakan untuk belajar bersama anak-anak. Karena saya tidak menemukan buku dengan konten yang sesuai dengan anak saya di daerah tempat tinggal saya, saya pun menemukan di toko online dan menemukan penerbitnya langsung. Saya mulai banyak mengulik tentang perbukuan. 

Saya pun akhirnya terjun ke dunia menjual buku. Berjualan buku adalah jalan saya untuk belajar banyak. Saya pun akhirnya sering menjadi banyak belajar tentang parenting, tumbuh kembang anak, stimulasi anak, watak anak, mengelola emosi dan masih banyak lagi. Bertemu dengan orang-orang dengan tujuan yang sama, bisa bercerita banyak hal yang sama dan nyaman berada di antara mereka meski hanya lewat online. 

Saya pun akhirnya bertemu dengan Komunitas Spirit Nabawiyah Community yang berawal dari melihat status Instagram Mbak Gina Handayani tentang  Buku Pintar Iman dan Islam yang membuat saya tertarik, kemudian saya pun ikut galang dana wakaf bersama Mbak Gina Handayani. Komunitas yang langsung membuat saya jatuh hati ini awalnya dikenalkan oleh Mbak Gina Handayani. Saya sering melihat postingan di Instagramnya tentang buku-buku yang sering dibaca anaknya, kegiatan yang dilakukan anaknya hingga galang dana wakaf buku siroh untuk dikirimkan ke lebih banyak tempat di pelosok negeri. Saya pun kemudian mengikuti salah satu kuliah whatsaap (kulwap) yang Mbak Gina selenggarakan. Sejak itu, saya mulai merasa nyaman dan benar bergabung di SNC (baca : esensi). Tujuan komunitas inilah yang membuatku makin yakin ada disini yaitu mengingatkan dalam kebaikan, menguatkan dalam ukhuwah dan bersama-sama belajar istiqomah untuk meluaskan kebermanfaatan. 

SNC ini memiliki komunitas penjual buku bernama SLC (Sygma Learning Consultant) yang menjual buku terbitan Sygma Daya Insani. Menjual buku memang tidak semudah menjual makanan. Atau bahkan buku yang harganya sama dengan gawai, orang lebih banyak memilih membeli gawai. Mereka belum merasa lebih membutuhkan buku daripada gawai. Gawai membuat banyak orang lebih mudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Oleh karena itu, menjual buku premium memang perlu edukasi kepada calon customer. Mereka yang sudah sadar akan kebutuhan literasi lah yang memang menghadirkan buku di tengah keluarganya meski dengan harga yang tidak murah. 

Sejak bergabung dengan Spirit Nabawiyah Community (SNC ; baca: esensi), sejak itu pula saya seperti menemukan rumah yang nyaman, rasanya seperti terus diingatkan untuk banyak kebaikan, diingatkan untuk meluruskan niat, diingatkan untuk membersamai anak-anak dengan memberikan teladan yang berakhlaq mulia, diingatkan untuk terus belajar menjadi istri, orang tua, ibu dan anak juga bagian dari masyarakat sosial. SNC adalah tempat yang sangat saya butuhkan untuk bertumbuh.

Akhir Desember 2021 adalah saya bergabung dengan SNC dengan project pertama kami waktu itu adalah Wakaf Buku akhir tahun yang masyaaAllah banyak bisa kami sebarkan ke beberapa penjuru negeri salah satunya yang saya usulkan adalah TK milik seorang teman yang berada di Lombok Timur yaitu Belpas Institut. Kami yang awalnya hanya menggalang untuk satu paket buku malah bisa mengirimkan dua paket buku. MasyaaAllah.

Bergabung menjadi SNC saya dipertemukan degan supervisor yang kata-katanya selalu bisa membuat kami bersemangat dan terus di reminder untuk selalu berbuat baik membuatku makin jatuh hati di SNC yaitu Rahma Djati yang lebih suka dipanggil Bukos. Usianya lebih muda dariku, tapi semangat dan kalimat-kalimatnya selalu membuat semangat, positif thinking dan kalimatnya mengingatkan tapi tidak menggurui. Rasanya benar-benar nyaman ada di grup ini. Banyak ilmu baru, banyak diingatkan tentang hal kecil yang kadang terlupa dan sering diajak untuk menebar kebaikan meski dari lingkungan terdekat kita. 


Sebuah program yang aku pun baru tahu dan langsung tertarik adalah Program Rumah Peradaban. Rumah Peradaban merupakan salah satu cara untuk mengenalkan siroh dengan membuat tempat yang diwakafkan buku-buku terbitan Sygma Daya Insani untuk di sampaikan kepada orang-orang di sekitar. 

Siroh bagi saya asing. Mengenal Rosulullah ya hanya sebatas orang tua, paman. kakek, tanggal lahir, sahabatnya, serta sholawat sebanyak-banyaknya. Ketika menjadi bagian dari SNC, saya merasa sangat tidak tahu apa-apa. Apalagi ketika cerita tentang siroh di grup SNC, saya hanya bisa bengong dan istighfar. Setidak tahu itu saya tentang siroh.

Sampai akhirnya mulai nyaman di SNC, mulai banyak menemukan ilmu baru, teman baru yang mengajak kepada kebaikan, kemudian ada pembukaan pengelola rumah peradaban. Rumah peradaban merupakan sebuah program yang dibuat untuk menghidupkan siroh. Banyak orang yang tidak menjadikan membeli buku siroh itu penting karena belum sadar manfaatnya. Namun, ternyata mempelajari siroh memiliki banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil. 

Rumah peradaban juga merupakan impian saya sejak dulu menjadi pengelola perpustakaan. Bukan hanya untuk diri sendiri, saya ingin anak-anak menjadi gemar membaca buku agar tidak terjerumus menjadi generasi yang nyaman dengan sesuatu yang instant. Generasi yang lebih suka mendapatkan sesuatu yang cepat tanpa mau berproses. Apalagi internet dan gadget mempermudah segalanya. Bahkan tuga sekolah pun kini tidak lagi mencari referensi di buku, melainkan di internet. Tinggal mencari di mesin pencarian cepat, maka semua akan mudah didapatkan. 

Rasanya kemudahan ini membuat kita terlena. Membuat banyak orang menjadi tidak terbiasa bersusah payah dan berproses. 

Rumah Peradaban memiliki tujuan untuk membuat gelombang kebaikan terus menjadi lebih besar tanpa terputus. Rasanya selama ini belum banyak yang bisa saya lakukan untuk orang di sekitar saya. Rumah Peradaban bisa menjadi jembatan untuk bergerak dari apa yang bisa saya lakukan bersama anak-anak di sekitar kita. Sekarang ini, memberi lingkungan keluarga yang baik saja tidak cukup untuk bisa membuat anak-anak belajar menjadi lebih baik. Butuh lingkungan yang mendukung untuk anak siap menghadapi tantangan zaman yang begitu dasyat.

Kejenuhan melakukan aktivitas sehari-hari membuatku menjadi merasa tidak berguna. Itulah mengapa mencoba mencari kegiatan yang tentu tetap bisa bersama anak-anak. Sejak dulu, saya selalu suka untuk melakukan kegiatan bersama anak-anak. Eksplore banyak hal bersama mereka, berbagi cerita dan tentu ingin memberikan banyak cerita menarik yang inspiratif kepada mereka. 

Masa anak-anak adalah masa emas, masa dimana mereka ingin tahu banyak hal dan beri tahu mereka banyak hal baik. Ajak mereka untuk mengenali lingkungannya, mengamati lingkungannya dan berharap kelak bisa memberi solusi untuk masalah lingkungannya. Menanamkan mereka nilai dan norma kebaikan yang mulai tergerus dengan banyak kebiasaan menyimpang yang dianggap biasa. Sedih melihat anak-anak bangga menjadi sosok yang tidak menggambarkan ciri sakhlaq seorang muslim. 

Inilah mengapa Ruamah Peradaban disebar di banyak titik di Indonesia. Inilah saatnya membuat mereka cinta dan bangga pada agamanya. Inilah saatnya mereka memiliki tokoh idola yang memang pantas diidolakan memiliki akhlaq dan adab yang sesuai syariat. Berharap mereka memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, tapi tetap memiliki pondasi iman dan Islam yang kokoh menancap di hati dah fikiran mereka sehingga tidak mudah terbawa arus zaman yang begitu mengerikan.

Maka dari itulah, menjadi baik itu tidak bisa sendirian. Tak cukup keluarga kita sendiri yang baik, tapi jadikan lingkungan di sekitarmu untuk baik juga. Jadilah agen perubahan. Tentu tidak mudah, tapi tetaplah bergerak dan berusaha dari apa terdekat yang bisa kita lakukan, sedangkan hasilnya serahkan pada Allah SWT. 

Yang paling saya rasakan adalah anak-anak tertular semangat menularka kebaikan. Anak-anak tertular semangat untuk belajar dan mereka pun semakin pedui kepada lingkungannya. Melatih kepekaan anak-anak itu adalah bonus bagi saya yang mungkin sangat terbatas ilmu. 










Comments