Percaya Diri Jadi Ibu seri Ngopi Manis session 1 di Whatsapp Group berbagi Rasa Berbagi Cerita

Menjadi ibu adalah sosok yang terlihat luar biasa. Padahal, ibu juga punya sisi yang lemah, kadang merasa tak berguna, kadang merasa banyak kekurangan, apalagi kadang membandingkan dirinya dengan orang lain atau ibu lain yang terlihat hebat. 

Rasanya menjadi ibu adalah sebuah situasi yang tidak mudah. Ibu selalu dituntut untuk paling bisa dan paling tahu. Bahkan sering apa yang terjadi pada anak, ibu lah orang yang selalu disalahkan pertama kali. Padahal, ibu juga manusia yang tentu punya salah dan khilaf. Ibu bukan sosok yang sempurna, jadi menjadi ibu tidak perlu minder. Semua punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mungkin orang yang terlihat luar biasa itu karena Allah memperlihatkan banyak kelebihannya yang bisa dicontoh oleh banyak orang. Namun, dia pun punya kekurangan. 

Sebaliknya, Allah tidak ada belum banyak memperlihatkan kelebihan seseorang kepada orang lain mungkin untuk menjaganya dari banyak hal agar tetap terjaga. Namun, yang paling penting adalah kita percaya diri dan menerima diri ini dengan segala kekurangan dan kelebihannya terlebih dahulu.

Bagaimana caranya menjadi Ibu Percaya Diri (Pede)?

Berdasarkan cerita dari Mbak Mutia di Grup Whatsapp Berbagi Rasa Berbagi Cerita

  • Mengenali Kelebihan dan Kekurangan diri

Memahami dan mengenali kelebihan dan kekurangan diri akan membuat kita bisa menerima diri sendiri dengan ikhlas. Sadar kalau setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal itu perlu kita ketahui untuk bisa memaksimalkan kelebihan dan belajar membuat kekurangan tidak merugikan. Ada sebuah istilah meninggikan Meninggikan Gunung dan meratakan lembah.

Maksudnya bagaimana? Meninggikan gunung adalah maksimalkan potensi keunggulanmu,sedangkan meratakan lembah adalah membuat kelemahan kita menjadi sesuatu yang tidak merugikan atau menjadi minimal bisa.

Nah, itulah mengapa hal pertama kita perlu tahu adalah kelebihan dan kelemahan diri. Kelebihan diri bisa dilihat dengan test Talent Maping. Atau mungkin lebih sederhananya, kita mencari tipe kecerdasaan, kemudian hubungkan dengan kelebihan dan kelemahan diri kita. 

Kalau perlu, ditulis apa saja keunggulan diri, kemudiaan ada kelemahan diri. 

Misalhnya, Mba Mutia mencontohkan dirinya unggul dalam berbicara dengan orang lain dan 

  • Penerimaan diri
Menerima kelebihan dan kelemahan diri akan membuat kita menjadi menerima diri sendiri. Menerima dengan ikhlas dan sadar bahwa kita pun memiliki kelebihan juga kekurangan. Saat diri ini sudah bisa menerima, barulah kita bisa memaksimalkan potensii yang ada adalam diri kita.

Mencari kegiatan yang bisa memaksimalkan kelebihan diri dan mengatasi kelemahan untuk bisa memperbaikinya. Paling tidak, kelemahan kita tidak membuat kita bisa kita buat mejadi standar sehingga tidak terllau di bawah. 

Misalnya, ada yang unggul dalam berbicara di depan umum, mungkin dia bisa mencoba banyak kegiatan untuk mengasah kemampuannya bicara di depan umum, atau mencari kelas untuk mengasah kemampuannya. Sekarang ini rasanya banyak kelas gratis maupun berbayar yang menyediakan banyak ilmu yang kita butuhkan. 
Sedangkan apabila misalnya kelemahannya ada pada memasak, bisa mencari cara untuk memasak yang simple dan cepat sehingga anak dan suami tetap bisa makan makanan yang disediakan istri, tapi istri pun tidak repot.

  • Kolaborasi untuk Mencari solusi
Orang tua yang sudah mengenali dirinya dengan baik, mengenali pasangan dengan baik kemudian sudah bisa mengenali anak-anak dengan kekurangan dan kelebihan sehingga muncul penghargaan kemudian bersama-sama menemukan pola yang tepat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam satu keluarga. 

Mereka mendapatkan jalan keluar untuk sama-sama nyaman dan ikhlas dalam mengambil peran dalam rumah tangga. Setiap keluarga membutuhkan fase yang berbeda-beda untuk sampai pada titik ini, tapi ada juga keluarga yang belum sampai pada titik ini bahkan di usia pernikahan yang cukup lama bahkan hinga anak-anak dewasa. Hal itu karena mereka tidak mengenali diri sendiri dan mencoba memahami orang lain


di keluarganya.

Tidak banyak yang menyadari pentingnya hal itu sehingga menjalaninya tanpa penerimaan. Meski nantinya akan menemukan satu titik yang nyaman untuk semuanya, tapi tentu membutuhkan proses yang cukup lama. Bahkan mungkin akan ada di fase yang sangat berat karena merasa tidak cocok satu sama lain. 

  • Merumuskan Visi dan Misi Keluarga
Hal ini kadang tidak banyak keluarga yang membicarakannya. Banyak yang menyerahkan pendidikan anak pada ibunya saja, ayah hanya tanda tangan raport, tidak ikut andil dalam pengambilan keputusan dalam setiap langkah yang anak ambil. Ayah tidak ikut andil dalam memberikan saran dan masukan di setiap kesulitan, atau bahkan kedua orang tuanya menyerahkan sepenuhnya pada sekolah.

Padahal pendidikan yang paling penting adalan di lingkungan keluarga. Saat keluarga memiliki visi dan misi yang jelas sehingga pendidikan di keluarga terus berjalan sesuai dengan tujuannya, makan anak-anak akan memiliki kontrol terhadap lingkungan luar. 


Comments