Menghadapi Si Sanguin





Menjadi ibu memang bukan hal yang mudah. Bukan hanya tentang mengurus dan menyiapkan makannya, tapi menjadi ibu memiliki peran lebih daripada itu. Menjadi ibu adalah sebuah keikhlasan, ketabahan dan kesabaran.

Mendampingi tumbuh kembang anak-anak memang tidak mudah. Setiap saat adalah fase untuk belajar, fase untuk introspeksi, fase untuk mendampingi tumbuh kembangnya dengan kesabaran yang ekstra. Setiaap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tapi orang tua juga harus menjalankan perannya sebagai suami, istri dan anak dari nenek dan kakeknya anak-anak. Tentu tidak mudah, tapi kalau diniatkan untuk ibadah, semua akan terasa lebih nikmat. 

Sama seperti saya yang sedang berada pada fase belajar sifat dan karakter anak-anak untuk bisa menemani tumbuh kembangnya lebih baik. Saya adalah tipe yang teratur dan disiplin. Terutama soal waktu, saya paling tidak suka membuang waktu. Setiap waktu yang saya punya harus produktif, entah itu dari segi ibadah dan menghasilkan kemanfaatan.

Sifat saya cenderung melankolis. Jadi, saya memang lebih suka keteraturan dan kerapian. Berbeda dengan si Sulung yang sepertinya dominan sifat Sanguinnya. Dia adalah anak yang ceria, suka berteman, suka bermain di luar, suka hal baru dan menantang juga suka sesuatu yang spontan. Benar saja, saya membaca beberapa referensi tentang Sanguin, ternaya begini

Anak sanguinis dikenal sebagai pribadi yang ramah, energik, ceria, dan suka berbicara. Anak-anak ini memiliki banyak ide dan senang untuk berbicara menyampaikannya entah itu hal yang serius, atau sekedar mencairkan suasana. Anak sanguinis cenderung memiliki kemampuan sosial yang tinggi.

Sejak kecil memang dia paling suka kalau ada banyak orang ramai dan selalu punya teman baru dimanapun saya ajak. Dia tidak suka berada di dalam rumah terlalu lama, sehingga cepat bosan. Dia lebih suka melakukan banyak hal di luar rumah.

Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, ciri-ciri orang dengan tipe kepribadian sanguinis adalah:

  • Ramah dan terbuka.
  • Senang berbicara dan bercerita.
  • Mudah dan senang bersosialisasi.
  • Optimis.
  • Aktif.
  • Ceria dan ekspresif.
  • Peduli.
  • Kreatif.
  • Cepat bosan.
  • Kurang teratur.
  • Emosi kurang stabil atau moody.
  • Ceroboh.
  • Kurang disiplin.
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Cenderung impulsif.
  • Mudah lupa.

Hampir semua sifat itu ada pada Si Sulung yang baru saja berumur 7 tahun. Namun, jeleknya saya tidak bisa memahami sifat Sanguin ini karena sangat bertolak belakang dengan saya. 

Yang paling mengganggu adalah saat pagi hari. Pagi menjadi waktu yang sangat sibuk bagi semua orang, terutama ibu. Harapan saya memang saat bangun pagi, dia bisa langsung sholat, mandi dan sarapan. Saya sadar, itu tidak bisa terjadi seketika. Namun, paling tidak kalau diingatkan bisa bergerak. Ini bahkan diingatkan pun masih diam dan tak bergerak. 

Mungkin memang tidak bisa sekali, saya harus benar-benar konsisten untuk menerapkan kedisiplinan dan kerapian untuk si Sulung. Saya sadar kalau saya harus lebih banyak belajar cara berkomunikasi efektif dengannya. Saya memang lebih suka menasehati saat sedang berada di jalan, saat sedang makan atau bersantai sambil bercerita, Namun, ada kalanya juga saya tidak tahan dan mengomel yang tentu tidak disukai semua anak. Anak akan cenderung tidak mengerti maksud kita saat kita terus mengomel. 

Selain santainya Sanguin, saya juga masih belum bisa mengendalikan emosi saya saat dia sedang marah. Cara kami mengungkapkan emosi itu berbeda. Saya lebih suka diam dan menjauh saat emosi dan nanti bicara saat sudah tenang. Sedangkan si Sulung lebih suka ngomel, teriak dan memegang saat marah. Dia memang lebih menggebu-gebu saat emosi dan lebih ekspresif. Bagusnya, dia tak pernah menyisakan emosi setelah meluapkannya. Berbeda denganku yang kadang masih tersisa hingga membuatku diam cukup lama tidak ingin menjawab pertanyaan atau menjelaskan apapun dalam waktu yang lebih lama darinya.

Banyaknya perbedaan itu membuatku sadar untuk lebih mengerti tentang kepribadiannya. Mungkin memang saya yang harus lebih banyak belajar. Saya kurang sabar dan kurang bisa mengerti sifat dasarnya dia. Seharusnya saya lebih banyak melihat bagaimana mengembangkan kelebihannya dibanding terus berusaha mengubah kekurangannya dengan cara instant. 

Saya akhirnya menemukan artikel tentang bagaimana menghadapi Si Sanguin ini. Mungkin bagi yang punya anak Sanguin, bisa dipraktekkan nih tips dari psikolog Gracia utnuk para orang tua mengasuk anak berkarakter Sanguin

1. Jadilah Orang Tua Sekaligus Teman

Bangun kedekatan emosional dengan anak sesuai dengan karakteristiknya. Anak dengan tipe sanguinis aktif dan ceria, serta senang mencoba hal baru. 

Oleh karena itu, orang tua dapat menyesuaikan aktivitas bersama anak sesuai hobinya atau kegiatan menyenangkan lainnya.

Lalu, jadilah pendengar yang baik sekaligus teman diskusi yang menyenangkan untuk anak. Dalam berdiskusi, orang tua dapat membantu mengarahkan pola pikir anak dengan tepat.

2. Berikan Dukungan 

Fasilitasi anak untuk menyalurkan energinya dalam kegiatan sosial yang positif. Dengan demikian, ia juga semakin terlatih untuk menyesuaikan dan menempatkan diri di lingkungan dengan tepat.

Bantu anak untuk menyalurkan energinya secara terarah. Misalnya, menyelesaikan apa yang ia mulai hingga tuntas sebelum beralih ke yang lain.


3. Arahkan Anak agar Lebih Disiplin dan Teratur

Sejak dini, biasakan anak untuk mengikuti jadwal dan rutinitas. Berikanlah contoh keteraturan dan kedisiplinan di rumah dan keluarga.

Bantu anak membuat goal setting atau target yang jelas dan memungkinkan untuk dicapai.

4. Dampingi Anak agar Dapat Menyesuaikan Diri

 "Anak dengan tipe sanguinis cenderung ekspresif, banyak bicara, dan dapat membuat orang di sekitarnya kurang nyaman bila ia tidak menempatkan diri dengan tepat," jelas Gracia.

Oleh karena itu, berikan arahan kepada anak untuk terlebih dahulu memahami situasi di mana ia berada. Arahkan bagaimana ia harus bersikap dengan tepat sesuai situasi tersebut.

Lalu, arahkan anak untuk bisa mengambil keputusan dengan penuh pertimbangan. Anak dengan tipe sanguinis cenderung impulsif dan ceroboh. 

Jadi, selalu dampingi sebelum ia membuat keputusan. Ajak anak berdiskusi dan mempertimbangkan pro dan kontra dalam keputusannya, serta alternatif lain yang ada.

Hindari melarang atau mengontrol anak secara berlebihan. Lebih baik, berikan kesempatan dan pendampingan yang tepat bagi anak untuk melatih kemampuan decision making yang bijaksana.

5. Selalu Apresiasi Anak

Berikan penguatan terhadap setiap usaha kecil dan hal positif lainnya yang sudah dilakukan anak, sekali pun belum sempurna.

Sebaliknya, berikan teguran secara tegas dan jelas ketika anak melakukan kesalahan. Tidak perlu memarahi atau mengancam, cukup tunjukkan hal apa dan bagaimana perilaku yang tepat, dibandingkan hanya menyalahkan. 


sumber : https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3645052/ini-cara-didik-anak-dengan-karakter-sanguinis

Comments