Membersamai Mereka

Sejak dulu, sebelum menikah, saya memang selalu bercita-cita untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Membersamai buah hati dan mendampingi suami dimanapun dan kapanpun. Saya selalu ingin mereka sepertiku, mendapatkan ibu mereka kapanpun mereka butuhkan. Tidak diganggu dengan urusan pekerjaan yang membagi fikiran membuat tidak fokus mengurus anak-anak dan mendampingi suami.

Entah pikiran darimana, tapi dulu saat masih sekolah, saya selalu merasa senang pulang ke rumah karena ada Mamak. Sedang teman yang lain, kedua orang tuanya bekerja sehingga bisa bebas main sepulang sekolah. Mereka pun jarang ditanya orang tuanya dimana karena orang tuanya pun tak tahu mereka ada di rumah atau tidak. Pulang ke rumah sudah ada makanan, ada mamak yang menjadi tempat cerita dan keluh kesah sampai dewasa. Rasanya rumah menjadi tempat ternyaman untuk saya.

Bukan hanya itu, belajar dari tinggal bersama orang tua, saya pun merasa kalau itu berpengaruh pada bentuk karakter dan kepribadian. Saya lebih dominan dididik hanya satu arah oleh Bapak dan Mamak, sedangkan kedua adik saya dididik di lingkungan dimana sudah ada Mbah di keluarga kami. Setiap kali Mamak atau Bapak memberikan aturan tegas pada kami, Mbah selalu membela sehingga anak menjadi tidak memiliki pendirian yang kuat. Karakter mereka sangat lemah dan mudah terbawa arus.

Itulah yang mendasari saya ingin mandiri. Membentuk karakter anak-anak sedini mungkin menjadi pribadi yang berkarakter dan teguh pendirian. Tentu tetap mengedepankan aqidah dan akhlaq. Saya terus berusaha untuk belajar dan memperbaiki diri. Menemukan pola berkomunikasi yang efektif pada mereka yang tentu memiliki karakter berbeda. Bukan sukses materi yang saya harapkan dari mereka, tapi pribadi yang santun, berakhlaq mulia, lembut hatinya, terus berpegang pada iman dan islam dan bermanfaat untuk sesama.

Saya tidak ingin egois menempatkan ambisi saya pada mereka. Kepribadian dan penanaman nilai agama yang berusaha saya kejar saat ini. Mengedepankan aqidah dan nilai agama dalam setiap langkah. Tentu tidak mudah, tapi dengan terus belajar, saya yakin mereka mengerti niat baik orang tuanya untuk mereka. Kami disiplin, bukan keras. Aturan yang kami terapkan ada reward dan punishment. Meski terkadang terkendala pembelaan Mbahnya anak-anak, tapi kami berusaha untuk konsisten dan terus belajar.

Menyenangkan ternyata membersamai tumbuh kembang mereka. Saya harus banyak sekali belajar karena ternyata masih sangat sedikit sekali pengetahuan saya menjadi orang tua yang baik. Meski tidak bisa sempurna, tapi setidaknya saya sudah berusaha. Saya ingin membersamai mereka dengan bahagia dan ikhlas agar mereka pun bisa menjadi pribadi yang ikhlas dan bahagia.

Semoga tetap bisa istiqomah membersamai mereka dalam iman dan Islam yang kelak akan kami pertanggungjawabkan di akhirat karena mereka adalah amanah dariNya.



Comments