Market Day Nada, saatnya Mengenal Wirausaha Sejak Dini

Memasukkan puding warna warni ke dalam cup mika 

Bangun jam 4 pagi untuk menuang puding dan susu di cup yang akan dijual




Market Day menjadi kegiatan yang selalu ada di setiap tahun ajaran di semua jenjang Sekolah Dasar di sekolah anak saya. Meski setiap tahun saya selalu mempertanyakan maksud dari kegiatan ini, tapi sampai anak saya di kelas 5 SD, saya tak pernah menemukan jawaban. 

Kelas 4 lalu, saya mulai memberikan kesempatan padanya untuk memberikan beberapa pilihan karena ia mau membuat sendiri jualannya. Ide dan pembuatan masih bersamaan dengan Bunda memikirkan dan mengerjakan. Tentu tahun ini harus berbeda dengan tahun lalu. Saatnya untuk naik kelas level kesulitannya. 


Nada pernah membeli puding saat Car Free Day. Ia terkesan dengan teknik marketingnya dengan memberikan keleluasaan kepada si pembeli untuk memilih rasa dan bentuk puding yang dia sukai. Harganya tentu disesuaikan dengan berapa banyak puding yang dibeli termasuk besar kecil pudingnya. Setelah puding diberikan tempat, mereka lalu menuangkan susu UHT sebagai kuahnya kemudian ditanyakan lagi apakah mau ditambah toping atau tidak. 

Nada menceritakan dengan senang membeli puding itu. Ia ingin kalau market day nanti ingin berjualan seperti itu. Meski tahun lalu juga dia lebih memilih jualan creamy manggoo jelly yang pernah Bundanya buat dan jual saat ada bazar.

Nada memang paling suka puding dan makanan manis, itulah yang membuatnya selalu antusias untuk membuatnya. Puding, susu dan manis yang dia sukai. Semua yang manis dia suka termasuk cake dan puding. Namun, karena keterbatasan alat yang kami miliki, dia baru bisa membuat puding saja. 

Saat dia tahu akan ada market day, matanya berbinar. Ia tahu apa yang akan dijualnya. Hanya saja,  ada beberapa yang harus dipertimbangkan. Ia hanya boleh menjual 10 pcs saja agar tidak terllau banyak barang dagangan yang di display. Selain itu, kalau menggunakan konsep seperti yang dia lihat di CFD, banyak barang yang harus dibawa. Juga resiko mencair karena tidak membawa pendingin. 

Saya diskusi dengan Nada tentang market day kali ini agar lebih efisien. Selain juga cetakan jeli karakter kami belum punya. Senang melihatnya selalu antusias setiap kali market day dengan ide di kepalanya. Bukan hanya puding, tapi dia juga suka berkeasi dengan makanan agar terlihat bagus.

Dia sangat suka banyak hal yang lucu dan unik. Ia bahkan rela mencetak makanan yang akan dia makan terlihat lucu sebelum makan. Anak visual akan lebih mementingkan penampakan memang ya...

Sama seperti market day, dia ingin membuat penampakan yang lucu yang menarik pembeli Nada sudah biasa handle sendiri market day sejak kelas 4. Sekarang, semua murni dari idenya dia, saya hanya memberi saran agar lebih mudah membawa ke sekolah. 

Saya mencoba juga mencari cetakan puding yang dia inginkan, tapi ternyata tiddak sempat karena Mbahnya masuk Rumah sakit jadi Bunda harus bolak-balik urus Mbah. Alhamdulillah anak-anak pengertian. Ia pun mau membuat ide jualannya menjadi lebih sederhana.

Bunda hanya bisa membelikan cetakan bulat. Sudah berusaha ke 2 supermarket mencari cetakan agar-agar karakter, ternyata sedang kosong. Tentu dia kecewa, tapi akhirnya mencoba berdamai dengan keadaan. 

Ia membuat jelly stok dirumah. Ada jelly cincau hitam dan jelly rasa kelapa kopyor. Nada membuat Jelly cincau hitam malam itu ba'da maghrib. Awalnya tidak bisa penuh di cetakan, ia pun memanaskan lagi kemudian mencetak ulang. 

Hari berikutnya, ia membuat 2 silky puding rasa mangga dan rasa strawberry. Menunggu listrik yang sempat padam beberapa saat, Nada telaten membuat dua jelly dengan satu cetakan sehingga harus menunggu kering baru bisa dibuat kembali. Bunda hanya memberi arahan dan membeli bahan. 

Telaten ia mencatat bahan-bahan yang digunakan untuk dihitung harganya. Esok paginya, ia bangun lebih pagi untuk menuangkan susu UHT yang sudah dicampur susu kental manis sedikit sebagai kuah puding. Cereal yang sudah dibungkus dengan plastik klip kecil juga sudah disiapkan. Ada 13 wadah yang bisa terisi penuh. 

Ia lalu menghitung harga bahan yang terpakai untuk menentukan harga jualnya. Bunda beli 1 untuk adik. Setelah menghitung harga bahan, dia bisa menentukan harga jual sebesar Rp 8.000,-/cup. 

Berangkat dengan hati senang, ia membawa dagangannya yang sudah rapi dalam totebag. 

Sepulang sekolah, Nada cerita kalau ada tutup cup yang rusak karena tasnya sempat jatuh sehingga ada yang tidak terjual. Tak apa, itu kecelakaan, bukan kesengajaan. Ia rapi menyimpan hasil jualan, dihitung perolehan jualannya.

Ternyata hasil jualan yang dia dapatkan tidak bisa mencukupi harga beli bahan yang digunakan. Mengapa? Selain karena ada yang rusak sehingga ada 2 cup yang tidak bisa dijual, juga karena pembelian bahan yang terlalu mahal. Nada bisa belajar kalau pembelian bahan dalam jumlah yang banyak akan mendapat harga barang yang lebih murah, itulah penjual makanna membuat dalam jumlah banyak sekaligus. Ada resiko yang harus ditanggung penjual sehingga harus bisa menutup biaya produksi. 

Selain membahas untung rugi, kami juga membahas jualan siapa yang cepat habis. Karena dibagi kelompok, Nada tidak bisa melihat semua jualan temannya, ia hanya bisa membandingkan dengan jualan temannya satu kelompok. Kebetulan ia sama-sama jualan puding kuah, tapi beda konsep. Temannya menggunakan konsep Nada yang pertama yaitu menjual sesuai permintaan pembeli. Ia membawa wadah terpisah untuk beberapa jellly sehingga pembeli dapat memilih apa saja yang mau dibeli, barulah ditentukan harganya termasuk dengan toping apa yang mereka mau. Menurut Nada, jualan dengan cara ini tergolong unik dan menarik, banyak yang penasaran akhirnya membeli. Itulah kelebihannya.

Selain itu, Nada sudah mulai bisa riset pasar. Ia melihat kalau pagi hari banyak yang mencari nasi jadi market day selanjutnya sepertinya ia akan jualan nasi kuning saja akan lebih laku. 

Pembahasan bersamanya menjadi mengalir dan seru. Saya bisa merasakan kesenangan yang dirasakannya. Meski kami sering berdebat karena banyak hal yang tak sejalan, tapi selalu ada pembahasan yang selalu ada pembahasan yang menyenangkan. 

Nada sedang tertarik dengan bisnis kuliner. Beberapa kali kami makan di tempat makan, dia banyak memberi komentar mulai dari tata letak meja kursi makan, fasilitas, kebersihan, varian menu, tempat parkir dan pencahayaan. Anak-anak memang selau memberi kejutan. 

Puding jualan siap



_Cerita Venti_

Comments