Mbak Andin....
Jazakumullah Khoiron Katsiron
Persahabatan kita membuat banyak kenangan indah. Persahabatan kita membawa banyak kebaikan. Persahabatan kita membuatku banyak belajar.
Aku tahu betapa kau adalah wanita yang luar biasa. Menghadapi banyak hal dengan selalu husznudzon pada Allah SWT, bertumbuh pantang menyerah untuk menjadi lebih baik. Kau yang mengajarkanku untuk menghadapi banyak hal dengan gagah berani. Sekarang ataupun nanti, semua pasti harus dihadapi.
Aku banyak belajar tentang kekuatan menghadapi darimu. Meski pahit, hadapi saja. Minta pertolongan dan kekuatan padaNya, pasti ini juga akan terlewati.
Terimakasih sudah terus saling menguatkan dan menjadi tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah. Tak pernah menyalahkan, tapi memahami. Kau tahu, bersahabat denganmu adalah zona nyamanku. Namun, sekarang aku harus siap untuk keluar dari ini. Bukan berarti persahabatan kita akan berakhir, tapi jarak yang membuat kita tak bisa sering bertemu pasti akan membuka ruang rindu yang lebar.
Setiap pertemuan, pasti akan ada perpisahan, baik berpisah jarak maupun berpisah karena maut. Meski usia kita berbeda, tapi kau bisa menjadi teman, adik maupun kakak disaat yang tepat. Persamaan pandangan hidup kita membuat kita bisa nyaman berkeluh kesah. Kau benar-benar bisa menjadi sosok yang selalu ada di setiap fase hidupku.
Masih ingatkah kau ketika pertama kali dekat karena anak kita satu kelas? Aku sungkan dekat karena sepertinya kau lebih banyak memakai masker, seperti sulit didekati. Kita sadar kalau banyak kesamaan yang membuat kita menjadi makin dekat, bersama berburu majelis ilmu hingga berbagi cerita kehidupan kita.
Kita pernah bersama mencoba membantu seseorang hingga kita merasa yang kita lakukan itu tak perlu lagi dilanjutkan. Niat kita sama, membantunya, tetapi ternyata beliau tidak memiliki pandangan yang sama tentang jalan yang kita sarankan. Sampai akhirnya kita menjadi pihak yang paling diam di setiap moment kegiatan sekolah.
Ternyata justru kita dihadapkan pada banyak cerita hidup yang mengejutkan ya, Mbak. Terimakasih sudah mau berbagi cerita. Mendengar keluh kesahku dan selalu menjadi sosok yang bijak dalam menyikapi ketidakwarasanku. Aku bersyukur ada kamu, yang selalu bisa menjadi rem saat aku sedang tidak bisa berpikir baik.
Pembelajaran hidup yang kita alami merupakan proses kita bertumbuh. Kau dengan ujianmu dan aku dengan ujianku. Ujian kita berbeda dan kita pun punya proses tetap berdiri dengan cara yang berbeda. Kau tau apa yang harus kau lakukan sampai akhirnya memutuskan untuk pulang ke kampung halaman karena suami harus mutasi jauh.
Meski sedih karena kebersamaan ini harus terpisah jarak, tapi aku bahagia kamu dekat dengan keluarga. Melihatmu sakit harus membawa tiga anak ke UGD, mengurus semua kebutuhan anak-anak sendiri pontang panting saat anak sakit. Tentu itu juga proses bertumbuhmu dan aku senang bisa menjadi bagian dari itu.
Banyak hal yang kupelajari darimu. Tak pernah takut mengetahui apa yang tidak beres dengan dirimu, sedini mungkin periksa ketika sudah merasa ada yang tidak benar pada tubuhmu. Kau juga berusaha tetap bersikap baik pada orang yang secara terang-terangan sudah menyakiti hatimu. Ah, aku tidak bisa sepertimu. Meski usiamu di bawahku, tapi tindakanmu sungguh dewasa.
Hanya pesanku, jangan terlalu memikirkan orang lain. Tidak semua harus sempurna, Sist. Kalau lelah, istirahat saja. Dirimu juga butuh bahagia, butuh istirahat dan butuh mencapai mimpimu. Heiiii kamu juga bisa menggapai mimpimu. Duniamu bukan hanya tentang orang lain :)
Takkan ada yang berubah dari persahabatan kita meski sekarang jarak memisahkan.
![]() |
Ketemu sebelum mereka berangkat ke Bandara |
Comments
Post a Comment