Usia si sulung sudah 10 tahun. Saatnya kami sebagai orang tua untuk mengenalkan tentang Aqil Baligh. Saat seperti ini, ternyata ada yang membuat sebuah kegiatan yang menyenangkan.
Outbound reflektif aqil baligh yang diselenggarakan oleh Cahaya Bangsa. Sebuah institusi pendidikan yang dididirikan oleh Ustadz Yulhaidir, psikolog anak yang ingin menghadirkan pengalaman menyenangkan pada anak, tapi tetap bermakna sehingga kesan yang tertanam akan terus terngiang lekat dengan makna yang terkandung di dalamnya.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2025 di lingkungan sekolah Cahaya Bangsa yang ada di Lenek, Lombok Timur. Bukan pertama kali, kegiatan seperti ini sering diadakan oleh Cahaya Bangsa sebagai cara untuk menjembatani anak-anak kembali mengenal alam, kembali dekat dengan alam untuk mengembalikan kepekaan pada alam.
Saya dan anak-anak berangkat dengan menggunakan engkel, angkutan umum yang ada di Lombok dari Matara sampai ke Lombok Timur. Sebuah kendaraan mini bus yang berbahan bakar solar ini kini semakin sedikit ada di sini karena penumpang semakin berkurang. Hanya pedagang pasar yang masih menjadi pelanggan setia engkel. Selain orang banyak tidak nyaman karena panas dan berisik, banyak orang yang memilih menggunakan kendaraan pribadi sebab banyak tempat tak terjangkau dengan kendaraan umum bahkan menggunakan ojek akan lebih mahal biayanya.
Letak beberapa daerah yang cukup jauh dari jalan dan tidak ada angkutan umum membuat banyak orang memilih untuk mengusahakan kendaraan pribadi. Apalagi harga BBM naik beberapa waktu lalu sehingga ongkos angkutan umum pun naik, banyak orang memilih mengusahakan kendaraan pribadi meski beli yang bekas.
Tak seperti biasanya kami menaiki engkel dalam keadaan sepi, siang ini engkel cukup padat. Semua tempat duduk terisi penuh, meski kurang nyaman, tapi saya merasa senang karena supir engkel mendapatkan penghasilan yang cukup. Saya harus pangku si bungsu sepanjang perjalanan sambil ia tertidur.
Sampai di Masbagik, kami sudah ditunggu oleh Mbak Kakung dan Mbah Uti anak-anak. Kami sempat mampir untuk makan dan sholat sebelum melanjutkan perjalanan ke Cahaya Bangsa dengan menaiki motor. Cuaca sudah mulai membuat galau, gerimis mengiringi perjalanan menuju Kecamatan Lenek. Menurut peta lokasi Google, lokasi Cahaya Bangsa agak jauh dari jalan raya.
Perjalanan menuju ke Kompleks sekolah itu menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan. Melewati jalan kampung yang masih berlubang dan rusak, menikmati suasana kampung yang tenang. Menyusuri jalanan ditemani gerimis terasa menyejukkan hingga ke relung kalbu. Rasa itu begitu membuat nyaman dan tak ingin melepasnya.
Sapai di Cahaya Bangsa pukul 13.45 WITA.Gerbang sekolah ini terlihat berbeda, tidak ada lapangan paving yang menyambut kedatangan kami. Halaman tanah dengan sedikit rumput ditambah mendung yang menggelayut menambah syahdu suasana. Seorang satpam mengarahkan kami untuk menuju sebuah bangunan yang terlihat memiliki halaman yang luas.
Saya melihat ke sekeliling, anak-anak sedang bermain di lapangan, di samping kanan kiri terdapat bangku dan meja yang ada di bawah pohon menjadi tempat anak-anak perempuan bercengkrama sambil menikmati makaknn kecil. Suasana yang jarang bisa ditemukan ketika tinggal di kota seperti kami.
Nada merasa canggung karena tidak ada teman yang dia kenal. Sengaja saya melakukan ini agar ia bisa mulai beradaptasi dengan lingkungan baru. Nada paling mudah mendapatkan teman dan kegiatan ini bisa menjadi cara untuk memperluas pertemanannya. Selain itu, kegiatan ini memberi ruang untuknya memperluas pandangan dan wawasan bahwa banyak kegiatan menyenangkan yang bisa diikuti di luar sana, bukan hanya sebatas sekolah saja.
Setelah registrasi di depan Aula, Nada masuk ke Aula sedangkan saya memilih menunggu di area sekolah yang luas karena dua jam lagi akan diberikan pembekalan untuk orang tua. Kami diminta untuk kumpul kembali sebelum menjemput anak-anak. Hujan lebat mengalangi langkah saya untuk silaturahim dengan beberapa teman yang ada di dekat tempat itu.
Saya menunggu bersama seorang guru perempuan berumur setengah baya yang juga memilih menunggu karena jarak rumahnya agak jauh. Tidak mungkin untuk meninggalkan kemudian kembali lagi. Suaminya memilih silaturahim ke rumah sahabatnya, tak jauh dari lokasi acara. Ibu ini tidak mau ikut, memilih menunggu saja. Beliau seorang guru SMK yang hanya memiliki satu orang anak laki-laki.
Kami banyak ngobrol tentang pergaulan anak-anak yang ternyata bahkan di kampung pun sudah sangat meresahkan. Belum lagi ketergantungan mereka pada gawai yang membuat banyak orang tua resah karena anak-anak tak lagi mau main akibat gawai lebih menyenangkan. Kegiatan ini menjadi salah satu cara melepaskan ketergantungan anak-anak dari gawai.
Ibu di depan saya terlihat beberapa kali melihat ke dalam ruangan yang pintunya terbuka. Kegiatan anak-anak terdengar seru dengan games yang membuat mereka terus bergerak aktif. Anak beliau pun beberapa kali terlihat keluar kelas, Ibu ini melihatnya dengan khawatir, memastikan putranya nyaman. Berebeda denganku yang sama sekali tak memperlihatkan diri, memberi ruang pada Nada untuk mandiri dalam berkegiatan.
Cukup lama hujan deras mengguyur, Ibu paruh baya itu mencari musholla untuk sholat bersamaan anak-anak diminta untuk melaksanakan sholat Ashar sebelum melanjutkan kegiatan outbound. Musholla putra dan putri terpisah bangunan. Satu di bagian utara, satu lagi dekat Aula di bagian selatan. Bangunan kamar pondok terbuat seperti rumah panggung dengan dinding kayu dan atap ilalang. Suasana kampung asli sasak dihadirkan untuk memberi makna kesederhanaan, tapi tetap kuat.
Saya yang sedang berhalangan memilih untuk membeli kopi di kantin. Karena kantin sudah mau tutup. saya pun memutuskan untuk minum kopi di deretan kursi bawah pohon. Cuaca berubah menjadi terik setelah hujan. Meski matahari semakin menuju ke ufuk barat dan bersiap untuk tenggelam, tapi terik masih begitu terasa. Hanya saja, angin sejuk membuat hati terasa lebih tenang. Me time yang sebenarnya. Aku menikmati sendiri di suasana alam yang begitu membuat tenang. Tak ada bising, tak ada energi negatif, semua hanya tentang kedamaian.
Melihat anak-anak berjalan menuju ke lokasi outbound yang sepertinya ada di dekat asrama pondok, saya menangkan bahagia dari mereka yang bertemu teman baru, berkegiatan bersama dalam sebuah kebaikan. Kegiatan alam seperti ini sudah jarang dilakukan karena keterbatasan waktu, tempat dan biaya. Anak-anak yang tinggal di kota seperti kami kesulitan menemukan tempat eksplore alam, kalaupun ada ya seperti ini. terlalu jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Saya sedang mencoba membangun kepercayaan diri Nada yang sebenarnya punya potensi, tapi malu untuk menunjukkan. Memiliki banyak teman baru seperti ini saya harap bisa membuka wawasan baru baginya, membuatnya lebih banyak melihat sekitarnya yang ternyata kelebihan itu banyak sekali.
Sembari menunggu anak-anak selesai outbound, orang tua dikumpulkan untuk diberikan arahan dari Ustadz Yulhaidir. Beliau memberikan penjelasan kepada kami tentang maksud dan tujuan kegiatan ini. Kegiatan yang belum ada di Lombok selain disini. Beliau berharap anak-anak memiliki banyak teman dari berbagai daerah dan menjadi anak yang kuat untuk tumbuh dewasa menjadi generasi penerus yang tangguh dalam iman yang kuat.
Lingkungan yang sudah banyak dipengaruhi oleh globalisasi dan membuat kita terlena harus bisa dikendalikan dan bersama membuat lingkungan yang lebih baik untuk tumbuh kembang pendidikan anak-anak kita semua. Mendekatkan kembali anak-anak pada fitrah mereka, mengembalikan kesenangan mereka bermain bersama teman di luar rumah meninggalkan gadget dan dapat tumbuh di bumi Allah dengan memanfaatkan dan melestarikan alam yang sudah Allah sediakan.
Kegiatan selesai tepat saat adzan maghrib. Langit mulai gelap, kami bergegas meninggalkan lokasi untuk bisa segera sampai di rumah.
Motor dan mobil beriringan menyusuri jalan dengan hawa dingin yang mulai menelusup. Sudah lama tidak menikmati segarnya udara Lombok Timur yang seperti ini sejak tinggal di Mataram. Teringat saat nenek masih ada, kami tinggal di sekelilingnya masih sawah dan harus berjalan jauh untuk sampai jalan raya menemukan angkutan. Jalanan yang rusak karena terlalu sering dilalui kendaraan membuat kami tak bisa melaju dengan cepat.
Berkendara berdua bersama si Sulung menyusuri malam di Lotim ternyata cukup membuat bahagia. Motor lama Bapak menjadi teman kami menyusuri jalan raya yang tidak seterang di Mataram. Lampu motor yang redup membuat kami harus berjalan di pinggir dan tidak berani terlalu laju.
Rasanya kegiatan seperti ini perlu lebih banyak dan lebih luas diinformasikan. Selain outbound, ada kemah untuk menyambut dan mempersiapkan Ramadhan, kemah Ramadhan dan kemah saat liburan sekolah. Tempat yang luas dan nyaman membuat tempat ini menjadi sangat nyaman untuk berkegiatan dengan udara yang segar dan hawa yang sejuk.
_Cerita Venti_
Comments
Post a Comment