Beberapa waktu terakhir ini saya kembali membaca novel untuk diri saya sendiri. Membaca novel memang selalu menyenangkan. Sama seperti membaca siroh, membaca buku fiksi selalu melibatkan imajinasi dan rasa yang tak membuat tak ingin berhenti membaca.
Setiap novel yang saya baca, selalu meninggalkan rasa. Sama seperti novel ini yang meninggalkan banyak rasa. Ada rasa bahagia, sedih juga kecewa yang terasa selama membacanya. Ada banyak hal yang saya bisa dapatkan dari membacanya.
Berikut Beberapa hal yang menurut saya menarik dari dari Novel "Rindu"
Berimajinasi berlayar ke Mekkah
Bersabar menaiki kapal dari Pelabuhan Tanah Air hingga Pelabuhan Jeddah ketika itu membutuhkan waktu hingga puluhan hari. Setting waktu tahun 1938 belum ada pesawat yang beroperasi sehingga mereka yang hendak berangkat Haji harus pergi dengan menggunakan kapal laut jauh hari sebelum musim haji tiba.
Perjalanan yang tak sebentar tentu membutuhkan persiapan yang matang. Kapal yang digunakan dilengkapi dengan tempat ibadah, musholla untuk penumpang dan gereja untuk kelasi, ada tempat makan (kantin) yang tiga kali dalam sehari menyajikan makanan untuk penumpang, ada tempat perawatan lengkap dengan tenaga medis, bahkan ada penjara di bagian bawah.
Perjalanan panjang tentu tidak mudah sehingga segala sesuatu harus lengkap ada di kapal. Seperti sebuah kota yang dipindahkan ke kapal. Penumpang dari berbagai daerah saling kenal dan berkumpul menjalin silaturohim. Berbagai suku, berbagai latar belakang menambah saudara.
Sosok Gurutta, Ahmad Karaeng
Dalam perjalanan panjang, ada sosok yang selalu menjadi panutan dan pemimpin di kapal tersebut. Gurutta, begitu panggilan ulama yang memiliki nama asli Ahmad Karaeng. Beliau membentuk majelis ilmu selama perjalanan kapal berlangsung. Sekolah untuk anak-anak, mengaji untuk anak-anak dan juga majelis ilmu untuk orang tua. Beliau menjadi sosok yang paling disegani karena kemasyurannya sebagai ulama dan pembawaan beliau yang bijak dan rendah hati.
Sosok pemimpin dambaan yang bisa menjadi sosok ayah, teman dan sahabat disaat yang dibutuhkan. Beliau bisa menjadi pendengar yang baik juga bisa mengajarkan untuk melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang. Tidak mudah mengambil kesimpulan.
Pengalaman hidup membuat beliau lebih tenang dan bijak menghadapi setiap masalah. Tidak mudah bereaksi dan berfikir baik buruk sebeum mengambil keputusan. Ilmu agamanya tak menjadikannya merasa lebih, tapi ia selalu bisa menjadikan orang di sekitarnya nyaman dengan keberadaan beliau. Beliau bisa menjadi orang yang dihormati dengan tidak jumawa.
Sosok ini benar-benar membuat saya kagum.
Daeng Andipati
Sosok yang digambarkan terlihat sempurna dengan keluarga yang bahagia ini ternyata menyimpan luka yang sangat dalam. Sosok peadagang kaya, ayah yang hangat, suami yang penyagang, berwibawa dan handal dalam bernegosiasi itu sungguh menyimpan luka masa kecil yang sangat dalam. Luka yang menjerumuskannya pada dendam kepada orang tuanya sendiri. Sosok yang membuatnya tak ingin menjadi seperti beliau. Sosok yang harusnya menajadi teladan untuknya, tapi justru menjadi orang yang paling dibenci karena perlakuannya pada keluarganya dan pada orang sekitarnya yang tidak baik.
Daeng Andipati yang terlihat seperti anak yang beruntung, dibesarkan dalam keluarga pedagang kaya raya sampai bisa sekolah di Bepanda. Nyatanya, itu tak seperti yang mereka kira. Daeng ke Belanda justru kabur dari ayahnya dan mencari penghidupan sendiri sampai pulang ke tanah air dan menjadi pedagang yang tak kalah sukses dari ayahnya. Namun, ia tak ingin menggunakan cara yang tidak baik. Ia berbisnis dengan cara yang baik dan berusaha memperlakukan orang di sekitarnya dengan baik.
Meski terlambat untuk berdamai dengan masa lalu, tapi Daeng Andipati tidak malu untuk mengakui. Ia sadar kalau dendam itu akan merusak dirinya sendiri. Ia sadar rasa itu harus segera dibuang untuk bisa menjalani ibadah lebih baik lagi.
Ambo Uleng
Sosok ini adalah seorang pelaut yang banyak pengalaman. Niatnya menaiki kapal itu hanya untuk bisa lari dari masalah. Namun, Allah SWT mempertemukannya dengan banyak orang bijak dan baik. Ia yang diam, terlihat kuat dan tegar sedang menyimpan beban dan luka yang begitu dalam. Semakin ia menutupinya, semakin ia tersiksa. Berkali ditempa dengan cobaan kehidupan yang tidak mudah termasuk diremehkan karena dianggap tidak sepadan untuk bisa bersanding dengan sosok yang diharapkan bisa bersama menjalani kehidupan.
Patah hati membawanya pada takdir untuk menjadi salah satu bagian dari kapal yang membawa jamaah haji ke Mekkah itu. Bertemu dengan orang-orang yang peduli dan meluluhkan hatinya hingga belajar Islam lebih mendalam. Bertemu orang-orang yang tak memandangnya karena materi dan fisik, tapi memandangnya dari ketulusan hatinya.
Ia memiliki kelebihan yang tak pernah diduga karena pengalamannya berada di laut sepanjang hidupnya. Menyelamatkan kapal besar dengan memberi ilmu pada pelaut tersebut
Kali ini, ia membuktikan kalau pengalaman menghadapi lautan meski hanya menggunakan kapal kecil, tapi ternyata bisa diaplikasikan pada kapal besar karena keadaan darurat. Ia membuktikan kalau setiap orang memiliki kelebihan yang kadang belum terlihat. Dalam keadaan tertentu, seseorang akan muncul kekuatannya. Ia bisa menjadi tokoh penting pada dua masalah yang sangat genting di kapal tersebut. Saat mesin mati dan saat dikepung perompak di tengah laut.
Ambo Uleng menjadi tokoh penting pada penyelamatan dua kejadian tersebut. Ia yang selama ini hanya dianggap sebagai pegawai rendahan. Ia membuka banyak mata kalau tak ada orang tanpa kelebihan. Setiap orang memiliki kelebihan dan memiliki perannya sendiri untuk sekitarnya.
Tanpa disadari, ia sedang memantaskan diri bertemu jodohnya. Ia berusaha mendekatkan diri dengan Allah SWT dengan belajar beribadah dengan baik dan mengaji selama di kapal hingga akhirnya menunaikan ibadah haji bersama penumpang kapal Blitar Holland.
Banyak tokoh pada cerita ini yang menginspirasi. Banyak yang memiliki kelebihan dan mengambil peran untuk bisa bermanfaat. Guru ngaji, Bonda Upe, Pak Mangunkusumo dan Pak Soerjaningrat yang juga mengajar Pengetahuan Alam, Pengetahuan Sosial juga Bahasa Belanda.
Perjalanan panjang tak sia-sia. Banyak manfaat yang didapatkan selama perjalanan. Berbagi ilmu, bertambah saudara, meneladani Mbah Kakung dan Mbah Putri yang sangat romantis hingga akhir hayat di tengah laut hingga dimakamkan dengan cara ditenggelamkan.
Membaca novel ini seperti sedang melakukan perjalanan waktu di tahun 1938. Berimajinasi degan situasi dan kondisi masa itu yang masih berjuang untuk merdeka. Banyak pertempuran terjadi, bahkan Gurutta dimata-matai ketat oleh serdadu Belanda yang ikut di kapal tersebut untuk tidak menjadi provokator. Mereka mengkhawatirkan negara jajahan mereka akan merdeka.
Banyak tokoh yang menjadi penyokong Kemerdekaan RI ketika itu selain pahlawan nasional yang kita kenal. Banyak dari daerah-daerah yang mengambil peran penting menjadi penggerak kemerdekaan seperti Gurutta Ahmad Karaeng. Tokoh agana menjadi tokoh penting karena panutan masyarakat.
Perdagangan
Rempah-rempah merupakan komoditi perdagangan utama ketika itu. Bahan perbincangan di kapal saat jam makan tak jauh dari harga komoditi rempah di beberapa daerah. Kapal-kapal pedagang lah yang membawa negeri kita menjadi tujuan utama.
Selalu ada rasa di setiap akhir baca novel.
_Cerita baca buku Venti_
Comments
Post a Comment