Lima belas tahun menggeluti usaha ini, tidak mematahkan semangat Papuq Nikmah untuk terus memproduksinya. Meski tidak banyak peningkatan keuntungan karena produksinya pun tidak bisa banyak, tapi ia merasa senang bisa mengumpulkan teman-teman seusianya untuk bisa tetap bertemu di rumahnya membuat rengginang bersama.
Produksi rengginang ini bukan hanya sebagai ajang mencari uang, tapi juga membuat mereka tetap sehat dengan kegiatan yang ada disini.
Rengginang yang erat dengan simbol persatuan karena merupakan butiran ketan yang menyatu menjadi makanan yang gurih dan renyah ini benar mendekatkan mereka. Bertemu untuk membuat rengginang, bekerjasama dan berbagi tugas agar semua bisa selesai tepat waktu.
Papuq Nikmah bisa membantu teman seusianya untuk tetap bisa mendapatkan penghasilan meski tidak seberapa. Tidak jarang mereka saling bertukar makanan meski Papuq Nikmah sering menyediakan sarapan, kopi dan sekedar camilan kerupuk selama mereka bekerja.
Rata-rata setiap hari masing-masing mereka mendapat upah Rp 15.000/orang bekerja mulai pukul 06.00 pagi hingga sekitar pukul 12.00 WITA. Pembagian kerja dibagi secara umum dalam 3 pekerjaan yaitu pembuatan rengginang, menjemur dan menggoreng lalu mengemas. Tenaga kerja paling banyak tentu saja saat pembuatan rengginang yang dimulai dari mencuci ketan, mengadon dan mencetak sampai ke kelabang (tempat menjemur rengginang terbuat dari anyaman bambu). Tugas menjemur hanya dilakukan oleh 2 orang sebab Papuq Nikmah sendiri yang juga menjemur. Mereka saling bantu untuk menggeser kelabang agar terkena sinar matahari yang semakin sore semakin bergerser. Diusahakan semua bisa kering hari itu juga kalau panas seharian.
Esok harinya, rengginang yang sudah kering kemudian digoreng lalu dikemas dalam kemasan plastik. Biasanya satu plastik dijual seharga Rp 5.000,-/bungkus. Kalau rengginang belum kering di hari sebelumnya, hari itu tidak bisa menggoreng sehingga produksi yang baru pun harus ditunda. Pengeringan alami terkendala cuaca ketika musim penghujan.
Pekerjaan ini tidak terlalu sulit, hanya butuh kesabaran dan ketekunan. Gajinya yang hanya berkisar Rp 15.000/ orang karena sistem upah diberikan secara borongan. Hitungan upah diberikan dengan menghitung berapa kilo beras ketan yang digunakan. Satu kilo ketan yang diolah diupah Rp 5.000,-. Biasanya dalam sehari bisa membuat rengginang dari sekitar 30 kg ketan.
Sistem upah ini sudah mengalami banyak perubahan seiring perkembangan zaman dan inflasi. Namun, sistem pengupahan masih sama, hanya nominalnya terus berubah seiring berjalannya waktu.
Kampung Berseri Astra Selagalas memfasilitasi dalam hal peningkatan pemasaran dengan memberikan pelatihan untuk pengemasan yang bisa meningkatkan daya jual produk. Ini tidak mudah karena sebagain besar mereka berusia lanjut dan tidak mengenal media sosial, Pihak KBA membantu dengan membuatkan sosial media sebagai ajang iklan produk. Tim dari KBA Selagalas yang sepenuhnya mengurus iklan.
Selain itu, mereka memberikan pelatiha pengemasan produk, menyediakan stiker untuk ditempel di kemasan plastik. Selain itu, KBA juga memberikan bantuan kemasan kotak yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Iklan yang cukup masif ternyata tidak sebanding dengan produksinya. Ketika permintaan bertambah banyak, produksi tak bisa mencukupinya karena keterbatasan tenaga kerja dan modal produksi. KBA Selagalas pernah mengusahakan untuk menambah pegawai yang berusia lebih muda, tapi tidak ada yang bersedia. Anak muda lebih memilih bekerja karena selain gengsi, gaji yang diberikan juga lebih tinggi.
Membuka usaha sendiri memang tidak seperti bekerja di sebuah perusahaan yang langsung menerima gaji. Membuka usaha memiliki lebih banyak konsekuensi. Selain juga harus memiliki modal, ketrampilan dan mental baja menghadapi banyak konsekuensi.
Papuq Nikmah yang awalnya hanya mengisi waktu luang saat mulai menggeluti usaha ini, nyatanya bisa bertahan sampai 15 tahun. Menekuni usaha yang bisa memberi manfaat bagi banyak orang di sekitarnya, terutama bagi perempuan agar lebih berdaya.
Sama seperti ketan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan rengginang yang disatukan menjadi makanan yang enak dan diminati banyak orang, usaha ini menjadi salah satu cara untuk mengikat silaturahim dan menjadikan perempuan lebih berdaya.
Bertahan di tengah gempuran banyaknya usaha kuliner kreatif dan inovatif memberikan pelajaran pada kita bahwa kalau saat menjalani suatu hal dengan konsisten akan lebih bertahan lama. Usaha itu tidak melulu hanya tentang keuntungan yang terus bertambah, tapi bisa bertahan dan memberi manfaat untuk sekitar, memberi ruang untuk berdaya dan silaturohim.
_Cerita Venti_
Comments
Post a Comment