Rumah Peradaban ke Sekolah Dulu

Berawal dari cerita lewat whatsapp dengan seorang tetangga yang sangat mendukung kegiatan Rumah Peradaban, sebuah cerita baru kembali dimulai.



Jum'at 23 Agusutus 2024 lalu, saya diminta bertemu pengelola SDIT Abu Hurairah Mataram untuk menceritakan tentang maksud kegiatan kami yaitu membacakan buku kepada anak-anak. Kami memperkenalkan diri sebagai pengelola Rumah Peradaban, di bawah naungan komunitas Spirit Nabawiyah Community yang bergerak dalam bidang literasi Islam. 

Buku wakaf yang dititipkan ke kami melalui amanah wakiif harus kami sampaikan. Salah satu caranya adalah dengan membuat kegiatan yang lebih luas sehingga buku bisa dikenal, dibaca, dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.

Salah satu program meningkatkan minat baca anak adalah dengan membacakan buku. Membacakan buku untuk memantik ketertarikan anak, melatih anak berfikir kritis dan banyak lagi manfaat yang bisa didapatkan.

Diskusi singkat kami menghasilkan kesepakatan kegiatan membacakan nyaring untuk anak-anak. 

Kegiatan membaca nyaring akan diadakan satu minggu dengan berbagai jenjang kelas untuk mengetahui teknik yang bisa digunakan dalam setiap jenjang. Kesempatan pertama diberikan kepada kami pada kelas 2. Kami diberikan kesempatan untuk bisa membacakan kepada anak kelas 2c kelas Ibu Vienta saat jam olahraga di Kamis pukul 08.30 WITA.

Kami datang membawa 2 buku untuk dibacakan yaitu "Aku Bisa Amanah" karya Abah Ihsan terbitan Sygma Daya Insani dan sebuah buku terbitan Kemdikbudristek berjudul "Ayo Lari, Kino".





Kegiatan dimulai tepat pukuk 08.30 WITA di Masjid dekat SDIT Putri Abu Hurairah. Lantai dasar Masjid yang sejuk dan terbuka membuat suasana sejuk terasa begitu nyaman. Sebelum memulai membaca, kami membuat kesepakatan dengan anak-anak untuk dapat tertib sampai selesai kegiatan membacakan buku dan belajar menghargai orang yang sedang bicara. Saat akan mengajukan pertanyaan boleh mengangkat tangan terlebih dahulu, baru dipersilakan. 

Anak-anak sudah siap dibacakan. Awalnya, kami mau membagi menjadi 2 kelompok, tapi karena anak-anak terlihat kondusif, kami pun akhirnya membacakan buku bergiliran saja tanpa membagi kelompok. Suara kami juga jelas terdengar oleh 28 anak yang hadir hari itu.

Buku pertama berjudul Aku Bisa Amanah saya bacakan. Antusias anak-anak saat mendengar dan dialog sepanjang membacakan buku membuat energi rasanya makin penuh. Selalu ada rasa seperti ini setiap kali berkegiatan bersama mereka. Buku menjadi sarana kami berkomunikasi, mendekatkan yang tak kenal sebelumnya. Buku menjadi cara untuk transfer ilmu tanpa terkesan menggurui.

Pada buku yang saya bacakan kali ini, banyak sekali nilai moral yang bisa disampaikan. Selain menekankan anak-anak untuk amanah, juga menceritakan bagaimana Abah yang sabar menghadapi ketidakamanahan putranya. Meski marah, tapi ekspresi marah tidak ditunjukkan dengan berkata keras, berwajah menyeramkan ataupun bertindak tidak baik.

Membaca buku ini bisa menjadi pengingat juga untuk orang tua berlaku lebih sabar membersamai anak-anak. Sejatinya, bukan hanya anak-anak yang sedang belajar, tapi orang tua pun juga sedang berproses.

Butuh waktu hanya sekitar 20 menit sampai buku selesai dibacakan. Dilanjutkan buku Ayo Lari, Kino yang dibacakan oleh Kak Winda. 



Buku ini mengenalkan anak-anak dengan hewan asli Kalimantan yang sudah hampir punah. Memberi pengetahuan kepada anak-anak tentang bahaya menggunduli hutan yang menyebabkan banyak hewan kehilangan sumber makanannya. Selain itu, memnatik pengetahuan anak-anak untuk mengetahui pulau terbesar di Indonesia itu. 

Alhamudulillah anak-anak fokus sampai akhir cerita dibacakan tanpa huru-hara. Bahkan, mereka ingin dibacakan lagi. 







Cerita sederhana bisa membuka banyak ilmu, wawasan dan pesan kebaikan. Mengalirkan energi positif dan tentu harapan kami adalah mengalirkan gelombang kebaikan menjadi lebih besar tanpa putus. 

Selesai membacakan dua buku, anak-anak kami bebaskan membaca mandiri dengan sedikit buku yang kami bawa. Meski awalnya sempat terjadi perdebatan karena buku yang dibawa sedikit sedangkan mereka semua ingin baca, tapi akhirnya mereka menemukan solusi membaca berkelompok. Belajar menyelesaikan masalah sendiri, tanpa banyak campur tangan dari orang dewasa.

Sebagian lagi tetap minta dibacakan buku karena memang dibacakan buku terasa lebih menyenangkan. 

Satu jam bersama kelas 2c SDIT Putri Abu Hurairah rasanya sangat singkat. Energi baru kembali terisi. Alhamdulillah...

Jazakumullah Khoiron Katsiron semuanya....
Semoga ini bisa menjadi penyambung gelombang kebaikan menjadi lebih besar dan lebih luas tanpa putus :)
_Cerita_Venti

Comments