Berjuang Bersama Membersamai Ibu Melawan Kanker

Survival Cancer

Kanker menjadi sebuah kata yang mengerikan. Kanker dianggap sebagai penyakit yang mematikan, padahl tak sedikit yang sembuh. Semua tergantung pada keikhlasan dan kesabaran. Bukan hanya ikhtiar, tapi juga yakin akan ketetapanNya. 

Sama seperti Ibu mertua yang Allah berikan cobaan penyakit yang banyak orang takuti ini. Manusiawi ketika takut itu menggelayut, khawatir menghampiri, tapi tak boleh dibiarkan menguasai. Kembali padaNya. Pasrahkan dengan doa, ikhtiar sekuatnya. InsyaaAllah jadi jalan berkah.






25 Agustus 2023 lalu, Ibu mertua menjalani biopsi pengangkatan tumor yang ada di payudaranya setelah sebelumnya meras pegal karena terkena benturan kursi roda. Ibu mengira kalau pegal yang terasa itu karena benturan itu saja, tapi ternyata setelah bebeapa lama dipijat dan dioles tak kunjung membaik, beliau pun memberanikan diri periksa. 

Ternyata itu bukan memar, tapi memang ada benjolan yang disebut tumor. Setelah diperiksa dokter bedah, beliau langsung ambil tindakan untuk diambil tumor tersebut. 

Hasilnya, tumor tersebut menjurus ke ganas atau disebut kanker. Hasilnya daging tumbuh di tubuh Ibu ada di Grade 3.  Ibu pun dirujuk ke Rumah Sakit Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan Rumah Sakit terbesar di Lombok. Disana, pemeriksaan kembali dilanjutkan.Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara kiri. Semua payudara kiri harus diangkat untuk mengatasi adanya akar dari tumor yang diameternya sudah cukup besar. 

September menjadi bulan yang cukup sibuk bolak-balik Rumah Sakit. Ditambah drama Asisten Rumah Tangga pun berhenti tanpa sebab jelas. Kami terus memberikan ibu semangat untuk sembuh dan ikhlas menjalani ini. Niatkan sebagai penggugur dosa agar bisa menjadi jalan kebaikan. 

Setiap kali Ibu ke Rumah Sakit, saya yang menemani Bapak di rumah. Kakak yang menemani ibu di Rumah Sakit. Dari kami berempat, saya yang lebih banyak bolak-balik karena saya tidak bekerja. Saat inilah saya memutuskan untuk menyekolahkan si bungsu karena saya sudah tidak lagi konsentrasi untuk menemaninya bermain. Pikiran saya tersita dengan banyak isi. 

25 September 2025

Setelah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan di Rumah Sakit Provinsi NTB, Ibu memilih mengikuti saran dokter untuk langkah selanjutnya. Meski awalnya Ibu sempat ragu untuk melanjutkan pengangkatan payudara, tapi akhirnya beliau menguatkan tekad karena ingin sembuh.

Selama kontrol dan pemeriksaan berlangsung bolak balik rumah sakit, beliau bertemu dengan banyak orang yang memiliki ujian penyakit yang sama dengan beliau. Beliau tidak sendiri, banyak yang mengalaminya dan semangat sembuh. Bahkan, sudah banyak yang sembuh dan bisa beraktifitas kembali seperti sedia kala meski mungkin bagian tubuhnya tak lagi lengkap. 

Allah SWT Maha Meguatkan. Selalu ada cara untuk menguatkan setiap hambaNya. Diberikan jalan penggugur dosa dari jalan ikhlas dan sabar menerima takdir sakit yang tidak sepele ini. Meski demikian, beliau pun tetap harus memikirkan Bapak yang juga tidak sehat. Merawat dirinya, merawat suami dan tetap ikhlas.

Hampir dua bulan penuh harus bolak-balik rumah sakit untuk kontrol, pemeriksaan dan konsultasi dokter. Ibu menjalaninya dengan ikhlas, berusaha kuat untuk orang-orang yang disayanginya. Semua sedang berusaha untuk membersamai beliau, beliau pun tak ingin terlihat putus asa. 

Meski tidak mudah, beliau berusaha untuk bersemangat. Menepis segala pikiran buruk dengan terus berserah dalam doa dan sujud. Ibu berusaha untuk tidak larut dalam pesimis, meski terkadang memang sedih menggelayut, khawatir menghampiri, ada ketakutan yang mencoba menelusup relung. Beliau terdiam, terperangkap dalam pesimis yang mencoba memeluk erat. 

Batuk bapak membuat beliau tersadar kalau beliau harus semangat. Ada yang harus diurus, ada yang harus diperhatikan, ada yang harus didampingi. Bukan tentang sekedar mengurus, tapi tentang bersama hingga akhir hayat, bersama menjalani hidup menunggu ketetapanNya. 

Bolak balik rumah sakit menjadi rutinitas yang harus dijalani dengan ikhlas dan sabar. Bapak pun kini harus mengerti keadaan istrinya yang tak lagi seperti dulu bisa merawatnya dengan sepenuh tenaga. 

Kami yang tidak bisa maksimal mengurus beliau memilih untuk meminta bantuan orang lain. Ada dua orang yang kami minta bantuan membantu ibu dan bapak. Satu perempuan paruh baya untuk menyelesaikan urusan rumah tangga. Satu lagi laki-laki muda yang berusia 20 tahunan diminta oleh kakak ipar mengurus segala yang berhubungan dengan Bapak karena beliau menggunakan kursi roda sehingga Ibu untuk sementara tidak boleh mendorong kursi roda sampai betul pulih. 

Rumah itu lantai dibuat berbeda ketinggian untuk memisahkan ruangan sehingga akan sulit untuk Ibu yang pasca operasi. Apalagi Ibu masih harus bolak-balik Rumah Sakit untuk kontrol kesehatan secara intensif dan mencari penyebaran kanker di tubuhnya secara fisik. 

Sepulang operasi, Ibu masih harus membawa selang yang berisi pengeluaran darah selama sepuluh hari dan beberapa kali tetap harus kontrol. Sampai akhirnya selang dilepas, terlihat perbedaan di tubuh yang mungkin tak terlihat. Namun, pasti ada rasa yang membuat beliau sesekali sedih dengan keadaan dirinya. 

Tubuhnya tak sempurna sekarang, ada yang diambil olehNya sebagai penggugur dosa. Menjalani ketetapanNya dengan ikhlas dan sabar lah yang bisa beliau lakukan sekarang. Sadara apa yang sedang beliau alami dan terus berusaha berfikir positif. Berusaha untuk terus semangat menjalani serangkain pengobatan yang panjang ini untuk semangat hidup dan mengurus suaminya yang juga tidak sehat.

Diambil sedikit demi sedikit kenikmatan dalam dirinya, mengingatkan beliau juga kami yang ada di sekitarnya tentang kematian yang merupakan kepastian. Semua orang akan menemuinya entah dengan jalan apapun.

Hasil IHC belum keluar tentang seberapa penyebaran di tubuh yang dilihat dari keadaan sel darah dan ukuran benjolan yang sudah diangkat. Pemeriksaan penyebaran secara fisik dilakukan dengan USG di bagian perut. Alhamdulillah tidak ada penyebaran berusaha bentuk fisik di area tersebut. Tingga menunggu hasil IHC yang masih dikirim ke Lab di Surabaya untuk diteliti. Butuh waktu lebih dari sebulan untuk tahu hasilnya. 

Sembari menunggu, dokter mulai melakukan tahap awal mmenghambat pertumbuhan akar di area payudara dengan menawarkan pada Ibu kemoterapi. Kemo paket pertama akan dilakukan 6x setiap 3 minggu sekali. Kemo yang dilakukan bukan kemo yang menginap. Ibu menyetuhui, beliau semangat ingin sembuh meski sudah tahu efek kemo yang akan beliau terima. Beliau kuatkan hati dan siapkan diri untuk kemungkinan yang akan terjadi. 

Rambut rontok, kulit menghitam, mual, tidak nafsu makan dan sebagainya. Beliau menguatkan karena akan terjadi selama beberapa bulan. 

Ibu menerimanya, membulatkan tekad untuk tetap menjalani saran dari dokter. Sebelum kemotherapi, beliau harus menjalani satu prosedur operasi lagi yaitu pasang kemopot. Alat yang akan digunakan untuk memasukkan obat saat kemotherapi berlangsung.

Kembali operasi untuk ketiga kalinya harus dijalani pada 23 Oktober 2023. Kami memberikan doa dan semangat untuk Ibu. Seperti biasa, Kakak yang menunggu di Rumah Sakit, saya menunggu bapak di rumah bersama Bibi dan Dika. Kini, saya lebih ringan karena mereka membantu. Saya tidak perlu kebut-kebutan di jalan setiap mengantar dan menjemput sekolah. 

Kami bisa membagi fokus dengan lebih nyaman. Bukan untuk memindahkan tanggung jawab, tapi kami punya keterbatasan yang membuat kami harus minta bantuan orang lain. Saya tetap menuggu bapak selama ibu kontrol ataupun tindakan. Kakak ipar tetap meneamani ibu selama ke Rumah Sakit. Kami menjalankan peran kami seperti biasa, hanya kami sekarang dibantu oleh beberapa orang.

Selesai pasang kemopot, Ibu masih harus menjalani rangkain pemeriksaan jantung untuk menuju jadwal kemoterapi. Ibu mendapatkan cerita tentang betapa menyakitkan rasanya saat kemotherapi dan efeknya bagi tubuh. Meski awalnya tegar, sesekali beliau pun bergetar. Ada ketakutan dan kekhawatiran yang menjalar. Namun, beliau berusaha kuat. 

Beliau ingin memperlihatkan pada kami kalau beliau pun mau berjuang bersama kami mengalahkan penyakit ini. Beliau harus memenangkan melawan kekhawatiran dan ketakutan dalam dirinya. Bukan untuk orang lain, tapi untuk kesembuhannya demi bisa beribadah di dunia lebih lama dan bersama orang-orang yang beliau sayangi. Bersama orang yang sampai saat ini masih berada di sisinya meski juga dalam keadaan tak sehat. 

Ibu harus kuat karena masih diberi waktu di dunia. Ibu masih diberi kesempatan untuk menambah amal dengan penyakit yang beliau kini sedang hadapi. Beliau harus kuat untuk suaminya, untuk Bapak yang selalu ingin bersama. 

Ya Allah... kuatkan mereka. Kuatkan Ibu dan Bapak untuk bisa berjuang bersama menghadapi ini semua. Mampukan dan kuatkan kami yang ada di sekitarnya untuk membersamai mereka. 

_Cerita Venti_

Comments