BUmbangku, Cottege dan Resto yang Tenang dan Menyendiri

 






Membuat cerita di setiap perjalanan bersama anak-anak, memberi cerita agar mereka melihat lebih banyak dan menemukan hikmah di setiap perjalanan. Tak Selamanya perjalanan ini sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tak selamanya apa yang kita mau akan menjadi kenyataan meski usaha dan doa itu sudah maksimal kita panjatkan. Setiap langkah, setiap peristiwa tak ada yang luput dari ketetapanNya. 

Kemarin, kami diajak untuk mengantar saudara dari Jawa yang datang berkunjung menyambung tali silaturohim. Mereka ingin menikmati suasana di daerah Kuta Mandalika. Pantai dengan pasir putih yang memanjakan mata dan hamparan pantai yang biru menyilaukan. Perpaduan bukit dan karang yang menambah indah kawasan tersebut. Selain itu juga Sirkuit Mandalika yang sudah menjadi sorotan dunia menjelma menjadi pusat daya tarik Lombok. 

Namun, kami memilih tempat yang lebih tenang, nyaman dan privasi. Meski pantainya tak seindah di area Kuta Mandalika, tapi disana akan lebih nyaman karena kami membawa saudara dengan usia yang tidak muda lagi. Saudara dari Ibu Mertua yang datang untuk menikmati suasana pantai. 

Ayahnya anak-anak sedang tidak bisa ikut karena kendaraan kami disewa mendadak. Saya dan anak-anak menumpang di mobil kakak ipar. Terasa berbeda karena kami harus agak berdesakan. Biasanya saat perjalanan jauh, kami memberikan ruang yang nyaman untuk anak-anak bisa istirahat selama perjalanan. Namun, perjalanan kali ini berbeda karena kami harus memaksimalkan seat yang ada. 

Kami menyusuri jalan dari Mataram melewati ByPass Bandara Internasional Lombok kemudian melewati ByPass menuju arah persimpangan Circuit Mandalika. Jalan menuju Sirkuit Mandalika ternyata sudah ada yang rusak meski belum lama dibuat. Ada pergeseran tanah, aspal rusak, jalannya seperti melengkung. 

Tentu saja ini mengurangi kenyamanan pengunjung apalagi Sirkuit Mandalika sudah menjadi pusat perhatian dunia. 

Sampai di persimpangan Sirkuit Mandalika, terlihat banyak kendaraan yang parkir untuk bisa mengabadikan moment berfoto disana. Namun, banyaknya yang berjualan di sekitar aera tersebut membuat  tidak nyaman dan foto yang dihasilkan pun menjadi kurang maksimal. Apalagi beberapa pedangang disana terkenal memaksa kalau berjualan. 

Kuta Mandalika sudah ada sejak dahulu dengan pedagang keliling yang cukup memaksa. Anak-anak berjualan gelang berkeliling ke setiap pengunjung dengan memelas meminta dibeli karena belum laku. Kalau sudah ada yang dibeli, dia menceritakan kepada teman yang lain kemudian teman-teman pedagang kecil yang lain akan datang untuk memaksa dagangannya pun dibeli. 

Kami yangs sudah terbiasa dengan hal itu kadang sengaja memberi receh untuk bisa dibagikan kepada teman-temannya, tapi tidak membeli dagangan mereka. 

Wilayah Lombok Tengah bagian selatan ini memang terkenal rawan dengan tindak kriminal sehingga sering disarankan untuk tidak berkendara di waktu yang gelap. Namun, semakin berkembagnya pariwsata di daerah ini, masyarakat pun mau tidak mau harus mulai berbenah menjadi lebih baik. Meski mungkin tidak bisa intant, tapi pemerintah pun sudah mencoba untuk menanggulangi hal tersebut dengan mempekerjakan masyarakat sekitar agar mereka tak lagi menjadi pengangguran. 

Sumber Daya Manusia yang masih sangat rendah membuat mereka tidak mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang tinggi. Meski demikian, perekonomian penduduk pun terbantu dengan meningkatnya pariwisata di daerah ini. 

Kemarin kami menuju ke Bumbangku Cottage and Resto melewati perkampungan penduduk dan perkebunan. Daerah ini memang masih sepi. Perkampungan penduduk mengumpul di satu tempat dipisahkan dengan ladang gersang.

Kami berjalan menuju Desa Mertak kemudian berbelok ke arah Taman Wisata Alam Gunung Tunak. Taman Wisata tersebut dikembangkan sebagai konservasi hutan alami kerjasama dengan pemerintah Korea. 

Namun, kami tidak sampai disana. Di Bumbangku kami berbelok untuk membawa keluarga nyaman disini. Sebuah tempat yang didominasi bangunan bambu dan kayu. Cottage sederhana yang disewakan sekitar seratus ribuan dengan fasilitas yang terbatas. 

Tempat ini cocok untuk menikmati pantai dengan kenyamanan. Ada berugak, bean bag dan beberapa kursi yang disediakan untuk santai disini. Menikmati suara ombak dan angin pantai yang membuat tenang siapa saja yang menikmatinya. 

Kami memilih duduk di sofa di bawah pohon rindang depan resto. Santai dan intimate. Anak-anak pun aman bermain air bersama ombak yang landai. Menikmati menu olahan seafood yang memanjakan lidah ditemani minuman segar yang tentu makin membuat waktu berjalan begitu cepat. 




 

Comments