Sudut Pandang Bapak

 Pandemi mengubah banyak hal, termasuk rencana-rencana manusia yang tentunya lebih baik karena ketetapanNya. Qodarullah, Kakung yang rencana cuti hanya 2 minggu ternyata terhambat PPKM. Tiket pesawatnya 3 kali dibatalkan karena tidak ada penerbangan. Kakung jadi lebih lama di Lombok bersama anak cucunya. 

Tentu saja kami ingin beliau bisa mencari rezeki selamanya disini, tapi Allah masih memberikan jalan untuk beliau bisa bekerja di tempat yang jauh untuk melihat betapa luasnya bumi Allah SWT. Beliau yang di usia yang tak muda masih semangat bekerja, masih bisa melihat bumi Allah SWT di bagian lain dan mencari bekal mendapat ridhoNya dari jalan mencari nafkah ikhlas dan halal untuk keluarga.

Sempat mempertimbangkan berhenti menjadi Konsultan jalan tol dan mencoba usaha di rumah saja, tapi merasa tidak ada keahlian yang bisa dikerjakan selain pekerjaanya sekarang. Itulah yang membuatnya belum yakin untuk berhenti dari proyek yang membawa beliau bertugas jauh dari keluarga. Usia yang sudah tak muda dan ijazah STM membuatnya tak bisa mendapatkan banyak proyek di Pulau Jawa.

Tentu gaji pun tak seperti mereka dengan ijazah sarjana. Namun, syukur menjadi satu-satunya yang beliau lakukan karena di usia yang sudah 60an beliau masih diberikan nikmat sehat untuk bekerja dan melihat belahan bumi Allah SWT di bagian lain. 

Nyatanya masih banyak yang seperti Bapak yang tidak memiliki keahlian selain yang beliau kerjakan sekarang. Beliau menikmati pekerjaan beliau sehingga beliau terlihat lebih sehat dan segar meski tidak muda lagi. 

Kuncinya adalah bersyukur. Kami benar-benar merasakan sekali ketika luar biasanya syukur bagi hidup kami. Terutama, untuk fikiran yang terus beruaha untuk berfikir positif. Fikiran yang positif tentu akan sangat berpengaruh pada kesehatan yang akan mempengaruhi kehidupan.

Tidak mudah memang, terkadang keluh dan kesah itu menghinggapi. Namun, bukan berarti itu bisa menguasai diri hingga lupa akan nikmat yang sungguh luar biasa yang diberikan pada kita. Itulah yang selalu Bapak ajarkan pada kami. Kami yang terkadang merasa sedang kurang bersyukur, kami yang terkadang terlalu khawatir dan kami yang terkadang kecewa dengan apa yang tak berjalan sesuai rencana.

Beliau terus mengingatkan kami untuk sabar menjalani cobaan, ikhlas menjalani ketetapanNya dan bersyukur atas banyaknya nikmat yang kadang tak kita sadari. Bijaksana bahkan disaat kami pernah memiliki masalah yang sangat besar saat itu. Mungkin kalau orang lain yang merasakannya, mereka bisa saja menyalahkan pasangannya, tapi beliau terus berusaha untuk mengintrospeksi diri terlebih dahulu dan terus membersamai untuk mencari solusi. Tak mudah menghadapi masalah itu, tapi hati yang luar biasa itu berhasil memenangkannya. 

Bapak selalu menjadi penasehat terbaik disamping ibu sebagai pendengar terbaik. Saat sudah berumah tangga, memang tak harus menceritakan segala keadaan rumah tangga, tapi tetap boleh meminta pedapat sekiranya ada yang bisa dimintai pendapat tanpa harus menceritakan masalah rumah tangga.

Mereka pun orang yang sangat menghormati rumah tangga anak-anaknya. Tak pernah ingin menghakimi dan  berusaha untuk menghargai keputusan setiap rumah tangga. Tak pernah menghakimi, tak pernah menyalahkan, tapi sebaliknya selalu ada untuk memberi support dan solusi. 

Saya selalu ingin bisa seperti beliau. Bisa melihat segala hal dari banyak sudut pandang dan mengambil kesimpulan yang bijaksana. Bukan menghakimi, tapi membantu dan memberi solusi. Namun, tentu tidak memaksakan kehendak. Menghormati keputusan orang lain tanpa harus mengambil kesimpulan sendiri.




Comments