Mbok Emban Kos, Pak RT dan Anak Kos

Menjadi ibu kos, punya banyak cerita. Takkan ada habisnya cerita kos tentang anak kos, saya ataupun lingkungan. Meski biasanya kehidupan kos berwarna karena tingkah polah anak kos, berbeda dengan kos yang kami miliki. Warna warni kos juga dihiasi oleh lingkungan sekitar kos, terutama Pak Rt yang tinggal di samping kos berbatasan langsung dengan tembok.

Beberapa kali anak kos komplain karena beliau yang menegur dengan cara yang keras dan kadang malah menuduh yang tidak benar. Sebagai ibu kos yang tidak tinggal di kos, saya pun menerima laporan dari beliau dengan versi beliau yang menjaga ketertiban kos. Tentu saya pun tidak langsung percaya saja. Saya selalu mencoba tabayyun dengan bertanya dengan anak kos lain bagaimana kejadiannya sebelum bertanya pada yang bersangkutan. Hal itu untuk menghindari fitnah dan mencoba untuk mengedukasi mereka menjadi lebih baik dengan cara yang baik pula.

Malam itu, tumben seorang anak kos chat saya bukan untuk membahas tentang keadaan kos seperti melaporkan kerusakan kos ataupun mengabarkan kalau listrik sedang limit. Dia meminta waktuku untuk menceritakan hal yang mengganjal. Aku pun mempersilahkannya menceritakan padaku. Sudah biasa menjadi tempat curhat anak kos, saya berusaha untuk menjadi ibu kos yang bijaksana, tapi tetap tegas. Bukan takut kehilangan anak kos, tapi saya pun pernah menjadi anak kos dan mendapatkan ibu kos yang baik dan friendly.

Bedanya, saat itu saya tinggal serumah dengan ibu kos yang memang masih muda. Sekarang, saya tidak tinggal satu tempat dengan anak kos dan kebanyakan dari mereka pun sudah bekerja. Jadi, tidak seperti anak kuliah atau sekolah yang masih banyak yang harus diurus atau terus diingatkan.

Sejak awal memang kos yang dibangun suami saat masih belum menikah itu terdapat di tempat yang cukup ketat tentang aturan. Kami pun senang karena dengan aturan yang ketat, tentu akan membuat lingkungan menjadi lebih nyaman dan kami berharap kos kami menjadi lebih berkah. 

Namun, ternyata kerikil dalam mengelola kos-kosan itu sejak awal tidak pernah berubah. Seorang yang dianggap dtuakan disanalah yang justru menjadi salah satu kerikil dalam mengelola kos. Saat akan membangun kos, suami pernah bercerita kalau beliau sempat mempersulit prizinan. Ternyata beliau juga akan membangun kos seperti suami yang sudah lebih dulu memulainya. Kebetulan tanah yang akan dibangun kos bersebelahan dengan tanah di sebelah rumah beliau yang juga akan beliau bangun kos.

Sebagai Ketua RT, beliau memang mengayomi dan menertibkan lingkungan sekitar kos agar tidak menjadi kos bebas yang tanpa aturan seperti bebeapa kos lain. Sudah menjadi rahasia umum, kos bebas yang bisa membawa pasangan ataupun tidak ada aturan mengikat justru menjadi incaran orang jahat jahat yang berniat mencuri dan menggasak barang yang ada dalam kamar anak kos. 

Kami yang tidak tinggal disana memang terbantu dengan Pak RT yang memantau kos-kosan sehingga menjadi aman dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti membawa pacar dan teman lawan jenis apalagi sampai menginap seperti kumpul kebo. Beberapa kali memang beliau mengamankan dan menegur mereka yang bertindak tidak baik. Namun, terkadang caranya juga membuat banyak orang menjadi marah karena menuduh tanpa bukti.

Beliau memiliki CCTV yang bisa melihat sebagian kos saya sehingga terkadang apa yang dilakukan anak kos tertangkap CCTV beliau. Sering beliau masuk untuk mengingatkan, tapi tak jarang beliau asal menuduh dari hasil dugaan dan persangkaan beliau setelah mengamati beberapa waktu. Saya pun sebagai ibu kos sering diberikan laporan oleh beliau, tapi saya selalu berusaha untuk tabayyun sebelum memberikan teguran bagi anak kos saya. Bukan saya takut kehilangan anak kos, tapi akan lebih baik kalau mengetahui perkaranya yang sebenarnya, kemudian menegur dengan benar atau kalau perlu mengeluarkan anak kos yang bertindak tidak baik.

Sejak awal akan kos, saya selalu menekankan aturan kos dan aturan lingkungan setempat. Meski memang tidak perlu dijelaskan, seharusnya mereka mengerti norma yang berlaku di masyarakat dan norma agama yang mereka jadikan pegangan dimanapun dan kapanpun. Sedikit miris memang saat ada yang mencari kos dan menanyakan "Aturannya bagaimana Bu?" atau "Boleh bawa pacar menginap, Bu?"

Pertanyaan yang selalu membuat saya sedih. Kemanakah rasa malu mereka? Kemanakah budi luhur mereka? Yang membuat makin shock, justru kebanyakan yang menanyakan hal ini justru anak yang masih kuliah. Saya yang memang lebih selektif menerima anak kuliah karena kurang bisa kontrol langsung menegaskan kalau semua ada aturannya. Hidup selalu ada aturannya selama ada agama. Berharap mereka sadar, tapi nyatanya memang sulit menyadarkan mereka yang niat untuk kos memang untuk bebas. 

Memang semakin bebas pergaulan zaman sekarang, membuat orang tua menjadi cukup khawatir mengizinkan anak-anak untuk kos. Banyak orang tua yang menanyakan apakah kos bebas atau ada pengawasan yang kemudian tidak jadi kos karena tidak ada pengawasan dari pemilik kos. Saya sangat menghargai kekhawatiran semua orang tua karena saya merasakan sendiri bagaimana banyak anak yang mencari kos bebas tanpa aturan. Sedih rasanya karena semakin hari pertanyaan ini menjadi lebih sering ditanyakan dibanding dulu saat pertama kali memegang kos.

Keadaan ini pula yang membuat kepala lingkungan setempat lebih ketat memantau kos-kosan agar tidak dijadikan tempat kumpul kebo . Seperti yang dilakukan oleh seseorang yang menjabat sebagai ketua RT setempat. Beliau memang sejak awal menghimbau kami untuk selektf menerima anak kos. Apalagi anak zaman sekarang maunya bebas. Beliau bilang mau ikut menjaga kos agar lebih tertib. Namun, ternyata beliau terkadang cara mengingatkan anak-anak terlalu keras sehingga mereka tersinggung. Bahkan, tak jarang menuduh atas persangkaan beliau karena apa yang beliau lihat kemudian beliau simpulkan sendiri. 

Ternyata beliau juga memasang CCTV yang sengaja diarahkan ke kos dan juga sering mengamati kos dari atas atap kos milik beliau. Beberapa kali memang menghubungi saya untuk mengingatkan kalau ada yang bawa banyak teman karena katanya takut jadi tidak aman kalau terlalu banyak orang bekeliaran. Meski sebenarnya ini bukan urusan beliau, saya tetap berterimakasih karena telah memberi informasi. Beliau juga mengingatkan untuk tidak membawa pacar masuk ataupun menginap karena bisa digrebeg. Kalau untuk urusan inisaya menyerahkan sepenuhnya pada beliau karena kalau mereka sampai ketahuan, saya langsung meminta mereka meninggalkan kos.

Sebelum kos saya selalu menegaskan aturan kos, norma agama dan norma masyarakat yang berlaku. Bila melanggar, saya dengan mudah meminta mereka mengosongkan kos tana pengembalian uang kos. Mudah saja bagi saya. Namun, seperti ini pun masih ada saja yang mencoba untuk mengelabuhi dengan mengatakan kalau itu saudaranya. 

Niat ketua RT yang juga pemilik kos sebelah untuk ikut mengawasi kos karena beliau merupakan tokoh masyarakat memang baik. Namun, kadang beliau justru memberikan informasi yang bertentangan dengan keterangan teman-teman di kos. Beliau bahkan sering bermuka dua di depan anak kos dan di depan saya. Entah apa maksud beliau mengatakan pada anak kos saya tidak mau bersih-bersih kos sedangkan dengan saya mengatakan kalau anak kos tidak ada yang mau bersih-bersih kos. 

Ditambah beliau menyuruh orang yang saya suruh merapikan pohon untuk menebang seluruh pohon di kos yang saya maksudkan untuk meneduhi kamar kos yang setiap pagi terkena sengatan sinar matahari. Beliau selalu mencoba mencari keasalahan, saya dan anak kos sampai ada anak kos yang berani adu mulut dengan beliau karena beliau menuduh tanpa bukti. Beliau bahkan memberi label pada anak kos semau beliau sampai anak itu akhirnya memutuskan untuk berhenti kos karena tidak tahan dengan beliau. 

Saya pun harus ikhlas dengan keadaan seperti ini. Beliau bahkan bilang ke saya kalau tidak perlu takut tidak ada yang mau kos, yang penting kosnya berkah dan tidak digunakan untuk tempat maksiat. Beliau selalu menegaskan kalau kos milik beliau memang agak sepi karena beliau selektif memilih anak kos agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Mungkin beliau juga iri dengan kos yang selalu penuh dan cepat terisi setiap kali ada yan behenti kos. Jelas itu tidak bisa dibandingkan karena kos yan beliau tawarkan adalah kos elite. Kos yang harga satu kamar saja mencapai Rp 1.500.000,-/bulan karena ada AC dan TV di dalamnya mirip homestay. Beliau juga menyewakan untuk homestay. Jelas tidak bisa dibandingkan dengan kos setengah juta dengan fasilitas standart. 

Punya kos tak seperti yang dibayangkan ya, Dear. Banyak drama bahkan dari orang-orang yang tak disangka. Itulah yang disebut warna-warni kehidupan. Tak semua seperti yang kita inginkan, Tak semua seperti yang kita harapkan. Namun, menjalaninya dengan ikhlas dan tetap berusaha berbuat baik adalah keputusan bijaksana. Satu hal yang saya bisa petik hikmah dari adanya sosok seperti tetangga kos itu adalah berniat baik saja tidak cukup, tapi caranya juga harus baik. Mengingatkan anak muda tidak bisa dengan hentakan atau teriakan, tapi dengan pendekatan emosional dan pengertian sehingga pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti dengan baik. Bukan justru sebaliknya, menuduh dan mencibir membuat mereka justru semakin meradang dan melawan.



Comments