Weekend, Quality Time

 Entah sudah berapa weekend kami lewati tanpa keluar rumah. Alasan utamanya bukan karena pandemi, tapi karena qodarullah diberikan izin membeli sebuah lahan di Lombok Timur dekat kantor suami untuk nanti kami bangun kecil-kecilan agar bisa menjadi tempat istirahat suami saat pulang kantor tanpa kos dan tempat kami bisa ikut ke Lombok Timur. 

Seperti de Javu, dulu saat baru masih punya anak pertama, kami pernah membangun sebuah rumah di Lombk Timur dari mengumpulkan insentif suami yang saat itu setiap bulan bisa ada kelebihan yang lumayan. Namun, Qodarullah saat baru selesai pondasi dan membuat pilar, suami mendapatkan promosi jabatan, tapi harus ujicoba setahun terlebih dahulu. Jadilah, kami harus menunda pembangunan karena saat itu insentif terhenti dan uang sudah habis juga masih ada hutang biaya tukang pada Mbah. Jadilah kami memutuskan berhenti membangun, melunasi biaya tukang dan kembali menabung membeli bahan untuk melanjutkan pembangunan.

Bayangan punya rumah saat itu pupus seketika dan kami pun akhirnya membeli rumah di kota Mataram. Mencari tempat strategis karena kantor cabang utama ada di kota ini. Pasti akan ada masa dipindahkan ke kota meski mungkin kali ini akan lama di Lombok Timur. 

Untungnya anak-anak masih bisa ikut ke rumah Utinya, ibu saya yang tinggal di Lombok Timur sehingga masih bisa terhibur dengan  bermain bersama saudara sebaya karena orang tua saya tinggal bersebelahan dengan saudara-saudaranya. Rengekan anak-anak pada Ayahnya yang super sibuk sedikit terlupakan dengan bermain bersama tanpa gadget dan tanpa lupa sholat. 

Tibalah Ayahnya libur, kami kembali ke Mataram setelah seminggu ikut ke Lombok Timur. Awalnya Sabtu pagi kami akan ke pantai. Setelah sholat Subuh berangkat dan pulang di jam 7 - 8 pagi seperti dulu. Namun, ternyata si Ayah ada janji dengan beberapa teman yang sedang OJT memberi pembekalan sebelum mereka evaluasi. Kami diajak ikut karena kebetulan berada di lokasi yang ada tempat berenang anak-anak. Namun, pagi itu Emak sibuk dengan paketan yang datang. Anak-anak mendapatkan jatah mainan mereka hasil jualan Emak yang artinya nggak jadi dapet untung. Untungnya kebahagiaan duo krucil yang membuat Emak pun bahagia.

Kami pun akhirnya merealisasikan quality time pada hari Minggu. Biasanya hari Minggu kami ke rumah Mbahnya, orang tua suami yang berada di satu kota. Namun, minggu ini kami ingin quality time dan lebih banyak dirumah karena sudah seminggu tidak di rumah. Kami pun akhirnya memutuskan untuk berenang di kolam saja. Si Ayah trauma berenang di pantai karena kulit gelapnya akan lama pulih kembali. Ya memang pada dasarnya sudah sedikit gelap, kalau mandi di pantai, akan lebih gelap dan sulit memudar. 

Syukurnya kami tinggal di Pulau kecil dengan keindahan alam luar biasa. Wisata dekat dan murah sangat banyak. Kami pun akhirnya berbelok ke sebuah Hotel di kawasan Senggigi. Killa Sengigi Beach menjadi pilihan kami untuk sekedar berenang sambil menikmati udara pantai. Hotel yang terletak di pingir pantai itu tidak terlalu ramai. Memang belum banyak wisatawan yang berani datang dan menginap meski banyak hotel sudah banting harga untuk bisa tetap berjalan. Namun, pandemi membuat banyak sektor usaha harus berjuang untuk bangkit, daya beli menurun, ada pula yang memang belum berani keluar. 

Kami pun membayar Rp 75.000,- / orang yang berenang saja. Karena saya tidak berenang, kami hanya membayar untuk dua orang. Ayahnya dan si Sulung. Si bungsu yang masih 2 tahun tidak dihitung karena tiket berenang include voucher yang bisa ditukarkan dengan minuman dan kentang goreng. Untugnya tidak terlalu ramai, kami bisa bebas berenang dan anak-anak pun senang. 

Emak bisa me time untuk sekedar baca buku yang tak pernah bisa dilakukan di rumah karena segudang kesibukan rumah dan jualan online. 









Comments