Dua Bulan Tak Tahu Kenapa

Pandemi mempunyai banyak cerita di sekeliling kami. Ada saudara yang kehilangan pekerjaan, ada yang saudara dagangannya sepi, ada saudara yang turun omset, tapi ada juga yang justru banjir orderan maker. Pandemi memberi kesan tersendiri di masing-masing orang. Ada satu orang teman yang memiliki cerita panjang. Cerita yang tidak mudah.

Saat pandemi kembali membuat banyak orang terjangkit di cluster perkantoran, banyak teman kantor suami yang terjangkit. Ada dua teman dekat yang terjangkit. Satu orang cukup sehat, hanya beberapa hari sudah keluar hasil swab negatif sedangkan yang satu lagi sepertinya daya tahan tubuhnya kurang baik. Dipulangkan saat masih hasil swabnya positif. Anak dan istrinya pun hasil rapidnya positif.

Mereka memiliki sebuah toko baju anak, syukurnya tidak diminta untuk ditutup. Ketua RT nya pun baik, beliau hanya meminta untuk isolasi mandiri karena merasa cukup pengetahuan untuk hal ini. Hanya suaminya saja yang sempat isolasi di tempat yang sudah disiapkan oleh kantor. Ternyata setelah sembuh dengan mengantongi hasil swab negatif, masih belum membuatnya benar-benar sembuh.

Dia yang memang sudah memiliki riwayat sesak nafas. Badannya sering lemas dan hatinya gelisah. Ada yang tidak tenang, ada yang membuatnya tidak nyaman hingga beberapa kali dilarikan ke UGD karena sesak nafas. Setelah mendapatkan penangangan dengan nebulizer, dia pun diperbolehkan keluar. Lemas, seperti akan pingsan, gelisah, tidak bisa beraktifitas dengan leluasa karena sering merasa sesak nafas.

Mencoba ikhtiar  dari sisi medis, seorang dokter menganalisa ada penyumbatan di bagian hidung. Ada tulang yang melintang membuat lubang untuk bernafas menjadi lebih sempit. Dokter tesebut memberi solusi untuk melakukan operasi dengan metode laser dengan memotong tulang yang melintang membuat lebih besar lubang pernafasan di hidung. Mereka mengiyakan tanpa berfikir panjang, ikhtiar untuk kesembuhan.

Memiliki dua anak berumur 6 tahun dan 2 tahun tanpa ART dan orang tua jauh sambil mengurus toko membuat mereka harus benar-benar mandiri mengurus diri mereka. Si istri yang tertekan pun harus sempat dilarikan ke UGD karena Gerd. Tekanan dan kecapekan membuatnya sempat stress dan asam lambungnya meningkat. Namun, mereka benar-benar harus tetap kuat dan bertahan, semua cara dilakukan sambil terus berdoa mohon kesembuhan.

Situasi pandemi tidak mudah bagi mereka. Perkiraan biaya yang katanya hanya 7-8 juta ternyata harus membengkak 4 kali lipat lebih karena prosedur yang cukup merepotkan. Karena ada riwayat positif covid, harus di swab lagi, hanya boleh satu orang yang menunggu dan tidak boleh keluar rumah sakit. Penunggu pun harus dilakukan rapid test saat masuk dan keluar rumah sakit nanti bersamaan dengan pasien. Saat operasi, biaya membengkak karena ternyata biaya bau hazmat tim medis harus dibayar sekitar 4 juta dan membayar banyak biaya tambahan yang berhubungan dengan pandemi. Belum lagi biaya kamar yang tidak murah.

Biaya operasi mencapai 30 juta dan plafond asuransi sudah mulai habis. Itu pun ternyata belum membuatnya kembali sehat, kembali bisa beraktifitas. Masih lemas, tidak bisa melihat sinar matahari dan lebih banyak rebahan. Sering merasa seperti akan pingsan, seluruh tubuhnya lemas dan tidak bisa digerakkan. Beberapa kali masih harus dibawa ke UGD

Ikhtiar medis lain terus dilakukan. MRI, CT Scan, rontgen, foto thorax dan mencoba konsultasi dengan dokter syaraf yang berbeda agar mendapatkan penjelasan yang lebih detail.  Semua bagus, bahkan paru-parunya pun bersih meski sudah pernah terjangkit Covid 19. Tidak ada penyakit serius dari semua langkah medis termasuk uji lab lengkapnya. Namun, tubuhnya masih belum bisa kembali segar seperti sedia kala. Lemas, seperti mau pingsan masih terus dirasakan. Kamar menjadi tempat yang paling banyak menjadi tempatnya sekarang.

Mereka mencoba ikhtiar dengan jalan lain. Mencoba rukyah, mencoba ke Kyai, mencoba mencari alternatid lain yang katanya semua mengatakan ada gangguan jin. Ada 3 Kyai yang dia datangi. Ada yang mencoba dengan rukyah, ada yang memberi amalan setelah sholat dan ada yang bilang kalau ada gangguan jin di rumah yang ditinggalinya. Ada seorang Kyai yang datang ke rumahnya, katanya memang benar ada sejenis jin yang mengganggunya di kamar mandi dan di dalam mobil. Beliau mengatakan sudah dibawa semua yang mengganggu dan mereka tidak jahat.

Dua bulan tidak masuk kerja, syukurnya masih terus digaji. Namun, kesehatan memang nikmat yang luar biasa. Sebanyak apapun materi yang didapatkan, tak akan sebanding dengan nikmat sehat. Nikmat untuk tetap bisa beribahan dan bermanfaat untuk banyak orang. Dari segala ikhitar itu, belum ada yang menunjukkan hasil signifikan. Beberapa kali masih kumat seperti akan pingsan dan lemas di dekat dzuhur dan maghrib. Entah apa masih membuat mereka bingung. 

Semoga segera diberi kesembuhan, doa banyak teman dan keluarga akan terus mengalir pada mereka karena kebaikan mereka. Semoga Allah segera mengangkat penyakitnya, memberikan berkah bagi keluarga kecil ini. Sedih rasanya melihat mereka harus mengalami cobaan yang berat ini. Namun, yakin akan ada bahagia nantinya, kami terus mendoakan.


Semoga bisa kembali sehat dan bersama menjelajah Lombok, Mas Sam.

Comments