Menyikapi dan Bersikap

Sejak masih single, saya adalah tipe orang yang tidak terlalu suka terlalu berkumpul dengan banyak orang. Berteman memang banyak, tapi yang cukup dekat hanya beberapa orang. Berteman pun saya tidak cukup dekat untuk menceritakan banyak hal. Hanya sekedarnya dan seperlunya. Bagi saya, terlalu banyak berkumpul untuk kegiatan yang tidak jelas akan membuang banyak waktu. Saya lebih suka berkumpul untuk membuat sebuah kegiatan yang bermanfaat atau berinovasi.

Apalagi sekarang, setelah sudah memiliki dua buah hati ditambah mengurus kos-kosan membuatku tidak banyak waktu untuk sekedar ngerumpi atau berkumpul bersama teman. Mencoba banyak belajar tentang parenting islami, banyak membaca untuk menambah pengetahuan tentang mendidik anak, berkomunikasi dengan anak dan mengarahkan anak agar memiliki landasan yang kuat untuk mereka bawa kelak hingga ke masa depan.

Membuat anak mengerti nilai dasar dan dapat membedakan yang baik dan yang tidak baik itu tidak mudah. Harus konsisten dan ekstra kesabaran. Kesalahan anak adalah cerminan dari orang tua, dari mereka lah saya belajar mengoreksi diri untuk bisa menjadi lebih baik. Saya lebih banyak memilih diam dan menjauh daripada harus marah dan memukul.  Setiap anak memiliki ciri khasnya masing-masing yang membuat orang tua harus pandai untuk mengetahui cara yang tepat untuk menangani anaknya.

Nah, yang terkadang membuat setress justru lingkungan sekitar yang kurang mendukung dan kurang mengerti pilihan sikap orang tua pada anaknya. Mungkin saya tidak terlalu terpengaruh karena memang sudah sejak dulu saya adalah tipe yang diajarkan untuk mengambil keputusan sendiri dan menerima konsekuensinya. Saya tidak terlalu mendengarkan apa yang orang katakan kalau itu hanya untuk menjatuhkan. Namun, tentu itu tidak mudah saat baru menjadi ibu. Kata orang sangat mempengaruhi psikis yang membuatku menjadi lenih emosional.

Sekarang setelah memiliki putri kedua, aku menjadi banyak belajar dari pengalaman anak pertama dan berusaha untuk lebih tenang. Suami juga menjadi lebih tenang dan tidak terlalu bingung. Selain juga kami sudah mandiri dengan rumah sendiri, sehingga dapat membahas tentang anak menjadi lebih leluasa. Kami pun belajar menjadi lebih dewasa dalam menghadapi setiap permasalahan.

Salah satu yang membuat saya terganggu sebenarnya adalah omongan tetangga mertua yang selalu menyalahkan kami yang memutuskan untuk mandiri. Suami yang merupakan anak bungsu dianggap harus berada di rumah orang tua untuk menjaga dan merawat mereka. Ada seorang tetangga mertua yang sejak awal mengatakan kalau saya tidak selevel dengan keluarga suami terus saja sering mengomentari keputusan kami memutuskan untuk mandiri. Saat itu kami merasa Bapak dan Ibu masih kuat untuk bisa hidup berdua dan kami juga ingin belajar mandiri. Kami tetap sering ke rumah mereka untuk menemani mereka agar tidak kesepian.

Hingga suatu ketika, beliau si tetangga itu bertemu dengan saya di sebuah toko kue.

"Mbak, Ibu sekarang kurus ya?" katanya padaku.

"Oiya, Budhe. Kepikiran Bapak. Ibu kan kalau Bapak kenapa sedikit langsung nggak bisa tidur,"jawabku datar. Tidak menunjukkan tampang manis seperti biasanya.
Saya adalah tipe orang yang tidak bisa bermuka masam di depan orang lain meski orang itu tidak saya sukai. Namun, kali ini saya sudah sangat kesal dan saya tahu kemana arah pembicaraannya.

"Makanya saya bilang nggak usah terlalu dipikirkan. Lagian Mbak kenapa pindah juga!"

Kalimat beliau seperti menyalahkan saya yang membuat Ibu kurus karena pindah rumah dan tidak mau mengurus mertua. Seketika saya kesal.

Dengan tampang ketus saya jawab, "Mau sih kita mandiri, Budhe. Lagian saya sering kok ke sini. Naik motor juga bisa saya ke sini."

Seperti sudah di ubun-ubun, saya sudah sering disepelekan oleh ibu satu ini. Berasal dari keluarga sederhana bukan berarti dia bisa mengejudge saya seenaknya. Tidak semua urusan orang bisa dicampurinya seenaknya. Tidak seharusnya juga mengejudge orang lain semaunya. Kali ini saya benar-benar sudah membuatnya menjadi terlihat malu.

Jangan pernah meremehkan orang yang terlihat lembut dan kalem di luarnya. Mereka juga hak untuk tetap bahagia dan menyingkirkan hal-hal yang mengganggu kejiwaannya.




Comments