SYAWAL 1435

Bertemu dengan Hari Raya dengan keadaan dan susasana yang baru. Berada di tengah keluarga baru yang kini menjadi bagian dari hidupku. Menjadi seorang istri dan menantu di sebuah keluarga baru, memiliki tugas dan tanggung jawab baru. Kehidupan selalu berubah dan terus menuntut kita untuk beradaptasi dan menjadi lebih baik. Tak selamanya akan sama terasa dan kita harus siap menjalaninya.

Bahagia itu dari bagaimana kita mensyukuri apa yang kita miliki. Bahagia menjadi bagian dari keluarga baru meski tak bisa sholat ied bersama keluargaku. Bahagia menjadi istri dan bagian dari kewajiban baru. Bertemu dengan keluarga yang lebih besar, bertemu dengan orang yang lebih banyak juga belajar bersyukur atas apa yang kualami.

Setelah Sholat Iedul Fitri di Lapangan Polda dekat rumah mertua bersama kakak ipar dan keluarganya, kami makan di rumah mertua tempatku tinggal. Menunya sama persis dengan menu yang ada di rumah Ambarawa dulu. Opor ayam, sambal goreng kentang dan hati juga sayur kulit sapi dengan kuah santan berwarna kemerahan. Sudah lama tak makan santapan seperti ini sejak kami lebaran di Lombok tiga tahun yang lalu karena mamak biasanya memasak kaki sapi dengan bumbu khas sasak.

Keluarga suami berdatangan karena bapak mertua adalah anak tertua sedangkan orang tuanya sudah tidak ada. Aku mulai mengenal banyak keluarga disini karena ketika menikah dulu baru beberapa yang melekat di otakku karena saking banyaknya yang harus kukenali dari keluarga suamiku. Aku mulai menghafal satu persatu keluarga batu ini dan mencoba menyesauikan diri dengan keluarga baruku. Meski masih bingung, tapi aku mencoba untuk bersikap ramah pada mereka.

Kami bergegas ke rumah kakak tertua yang ada di Lombok dari ibu mertua. Katanya biasanya disanalah mereka berkumpul dan aku sudah tak asing dengan kelaurga ini karena beberapa kali aku sudah diajak ibu mertua datang kesini. Tak terlalu sulit untuk masuk ke lingkungan keluarga baru suamiku entah karena budaya kami yang sama atau apa, tapi aku merasa nyaman di keluarga ini.Kami bergegas ke Lombok Timur ke untuk melanjutkan silaturahim di keluargaku. Bapak dan adikku yang datang dari Jawa sangat ingin kutemui.

Meski tak bisa menghabiskan banyak waktu bersama keluarga yang sejak kecil telah mendidik dan membesarkanku, tapi aku bahagia atas karuniaNya. Senyum bahagia bapak melihatku hamil yang sebentar lagi akan menjadi cucunya membuatku semakin bersyukur atas limpahan rahmat dan hidayahNya pada kami sampai hari ini. Suami dan keluarga yang sempurna bagiku meski mungkin untuk orang lain belum tentu seperti itu. Sempurna itu ketika kita bisa bersyukur atas apa yang kita miliki dan bahagia atas apa yang ada di depan mata kita. Alhamdulillah masih diberikan kesempatan berkumpul dengan keadaan iman dan Islam. Rasanya semua terasa lebih lengkap.


Bapak sudah semakin kurus, usianya pun sudah semakin tua tapi bijaksana dan tanggung jawabnya tak memudarkan kewibawaan dan kesahajaannya. Sedangkan adik laki-lakiku masih tak jauh berbeda dengan dulu sepertinya, masih cuek dan jadi bahan omelan kami semua.

Si bungsu yang masih manja pada kami semua dan ibuku yang selalu menjadi motivator untuk kami menjadi lebih baik.
Daan...kami adalah pasangan yang sedang menunggu kelahiran buah cinta kami yang akan menambah cinta dan kasih sayang kami. Buah hati yang dinantikan oleh kedua keluarga kami.

Comments