Cerita seorang Sahabat

Cerita ini sudah berlangsung sejak dua tahun yang lalu. Seorang sahabat di pulau kecil ini ternyata sama-sama berasal dari Jawa. Osi, panggilan untuk cewek tomboi yang manis sahabatku itu. Kami dulu sama-sama bernaung di BRI, tapi dia resign setahun sebelum aku juga resign tahun lalu. Saat masih sama-sama bertugas di BRI Cabang Mataram, kami ditempatkan di unit yang berbeda, tapi pernah beberapa kali aku bertemu dengannya yang mampir ke kantorku di Gunungsari karena selalu melewati kantorku. Kami justru dekat saat aku sudah dipindah ke kantor cabang lain di Lombok Timur. Dia sering menelfon ke kantorku untuk berbicara dengan seorang teman kantorku yang dulu pernah sekantor dengannya. Belakangan setelah aku akrab dengannya, baru aku tahu kalau ternyata mereka pacaran.

Entah darimana kemana, aku akhirnya dekat dengan cewek ini karena tahu kalau kami punya bahasa daerah yang hampir sama, bahasa Jawa. Dia pun bertanya padaku tentang pacarnya yang sekantor denganku, tapi aku diminta tak memberitahu teman sekantorku ini. Osi mengatakan kalau pacarnya marah kalau banyak orang yang tahu hubungan mereka. Meski agak bingung karena setahuku cowok itu sudah punya pacar, tapi aku berusaha untuk tidak mencampuri hubungan mereka. Kalau bingung aku menyebutnya 'cowok itu', kita beri saja dia nama 'Anto'. Anto ini ternyata memang punya lebih dari satu pacar meski dia mengaku ada seorang cewek yang benar-benar diseriusinya yang masih saudara dengannya. Hubungan mereka sudah berlangsung cukup lama dan selama itu Anto tak pernah punya satu pacar.

"Cowok itu walaupun pacarnya banyak, tapi hatinya tetep cuma buat satu orang," katanya padaku saat bangga menceritakan beberapa wanita yang dekat dengannya.

"Jahat," jawabku sekenanya.

"Loh, kita kan sama-sama seneng. Lagian cewek-cewek itu tahu kok aku punya pacar dan mereka mau sama aku. Malah mereka yang cari aku, apa aku salah?"

"Tetep aja salah, udah PHP in orang. Nggak ada asap kalo nggak ada api,"

Dia masih tetap pada pendiriannya kalau cewek-cewek itu yang mencarinya, bukan dia yang memaksa mereka. Sama seperti kasus Osi yang membuatku serba salah. Disatu sisi aku nggak enak sama Osi setiap kali dia menanyakan kabar Anto sedangkan di sisi lain aku nggak tahu siapa orang yang sebenernya ada di hatinya Anto meski dia selalu bilang kalau pacarnya yang sudah lama itu lah yang menjadi pilihan hatinya. Aku tak ingin mencampuri urusan mereka karena berada di posisi yang serba salah. Anto cerita semua padaku, begitu pula Osi yang cerita betapa ia sangat mengharapkan Anto.

Sampai akhirnya Anto mencoba mundur dari kehidupan Osi karena tak ingin memberi harapan yang terlalu besar pada Osi. Namun, Osi masih saja mengharapkan Anto yang jelas-jelas tak ingin semakin banyak orang tahu tentang hubungan mereka. Osi yang beberapa kali upload foto mereka berdua pun diminta Anto untuk menghapusnya. Osi masih saja belum mengerti kalau Anto takut pacarnya tahu tentang hubunganya dengan orang lain.

"Anto pernah bilang ke aku kalau dia nggak pernah yakin mau nikah sama pacarnya, makanya aku berani berharap sama dia,"

Pernyataan yang sangat berlawanan dengan Anto yang menceritakan padaku kalau dia benar-benar yakin dengan gadis yang sudah lama dipacarinya itu dengan melewati berbagai pertentangan keluarga hingga akhirnya disetujui. Gadis itu pula satu-satunya yang diketahui keluarganya dan mereka berencana akan menikah dalam dua tahun ini setelah adik laki-laki Anto lulus kuliah.

Sepertinya menjadi pengamat hubungan mereka lebih baik dan sesekali membantu Osi bertemu Anto beberapa kali dan menyampaikan pesan Osi untuk Anto. Menjawab pertanyaan Osi tentang kabar Anto tanpa banyak mencampuri hubungan mereka. Berusaha bersikap netral pada hubungan mereka karena hanya mereka yang tahu apa yang sebenarnya ada di hati mereka. Biarkan waktu yang akan menjawab kemana hubungan mereka dan KuasaNya menjadi penentu yang terbaik untuk mereka.

Hingga sahabat mereka ikut campur tangan atas hubungan mereka. Sahabat Osi kenal baik dengan Anto karena memang sudah sejak kuliah mereka akrab. Saat tahu hubungan Osi dengan Anto, sahabat Osi marah pada mereka berdua. Menuduh Osi sebagai perusak hubungan orang sedangkan Anto dituduh hanya mempermainkan Osi.

Beberapa orang mencoba masuk di kehidupan Osi dari lingkungan sahabatnya sendiri. Lag-lagi orang-orang yang sudah lama berada di sampingnya. Sahabatnya yang lain memberikan perhatian lebih membuat Osi mencoba untuk melupakan Anto meski sulit.

"Jangan menutup pintu, siapa tahu itu pintu yang bener," saranku ketika ia menceritakan tentang perhatian sahabatnya sendiri yang mulai tak biasa.

Win, sahabatnya yang lain memberi perhatian yang dianggap tak biasa oleh Osi. Win tahu persis sakit hati Osi pada Anto dan menemaninya disaat terpuruk. Win mencoba mengenalkan Osi dengan seorang temannya bernama Iqbal. Namun, ekspresi Win selalu berbeda setiap kali Iqbal memberi perhatian lebih pada Osi yang sepertinya mulai nyaman bersama Osi. Hubungan yang rumit meski belum ada yang memberikan kepastian. Disaat yang sama pula, Rian, sahabatnya yang juga sahabat Anto, menyiratkan kalimat yang membuat Osi berharap.

"Kalau sampai tahun depan belum ada yang nikah sama Osi, Rian aja yang jadi suami Osi,"

Saat Osi masih bimbang pada Win dan Iqbal, dia semakin bingung dengan kalimat-kalimat Rian yang membuatnya serba salah. Namun, dia sadar kalau dia mulai ada rasa pada Win. Mencoba menjelaskan pada Iqbal kalau dia tak ada rasa apapun, Osi mencoba untuk menikmati perasaannya pada Win dan menikmati perhatian Win padanya. Namun, semua berubah begitu cepat ketika Win memilih menjauh dari Osi. Dia memilih untuk mundur dan menjalin hubungan serius dengan gadis lain. Osi terpukul dalam diam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Tak tahu kalau harapannya ternyata hanya semu dan Win dengan jelas menyatakan kalau dia tak ingin kehilangan sahabat sebaik Osi kalau dia tetap mengikuti perasaannya. Alasan yang membuat Osi terdiam begitu saja.

Perasaannya pada Anto kembali muncul. Kerinduan yang membuncah pada sosok yang masih saja ada di hatinya tak tertahan lagi. Beberapa kali mereka ngobrol lewat telfon dan membuatnya selalu merasa lebih nyaman setelahnya. Meski beberapa kali sms dan telfonnya tak diangkat, Anto tetap menjadi yang terdepan di hati dan otaknya. Mungkin itu yang disebut cinta buta atau apalah. jelas dan nyata dicuekin tapi masih saja berharap. Kemunculan Anto yang tiba-tiba perhatian sesaat  dan menghilang kembali menjadi alasan Osi untuk tetap bertahan.

Sadar kalau harapannya sepertinya tak bisa sepenuhnya terwujud, Rian datang memberikan harapan lain. Ia mencoba untuk membuka hati dan mulai nyaman dengan perhatiannya. Namun, lagi-lagi dia mundur karena Anto. Persahabatan mereka dan perasaaan Osi menjadi alasan Rian untuk berhenti melangkah maju dan Osi kecewa atas semuanya.

Sahabat, yakinlah sakit hati itu untuk sebuah bahagia yang lebih besar. Aku yakin kau akan mendapatkan laki-laki yang jauh lebih baik dari mereka yang menyayangimu dengan tulus. Laki-laki terbaik pilihan Allah yang akan menjadi imam dunia akhiratmu dan melindungi hatimu dari segala kesedihan.

Comments