Aku yang Sekarang

Pindah ke Cabang selalu dianggap sebuah kemajuan pesat. Berada di pusat kepemimpinan, berada ditengah orang-orang pengambil keputusan tertinggi dianggap suatu perkembangan yang pesat. Dilihat-lihat nggak banyak perubahan sebenernya. Hanya pindah tempat, tapi banyak orang menganggap sebuah kemajuan. Jadi sebenernya, kemajuan atau nggak cuma kita yang tahu. Kemajuan itu ketika kita bisa lebih menikmati apa yang menjadi pekerjaan kita.

Memang awalnya bukan jadi keinginanku jadi pegawai bank seperti sekarang. Bahkan sampai detik penerimaan sempat berniat melepaskannya. Bukan suatu hal yang membuatku excited ketika itu. Sudah terbayang duduk yang membosankan dengan basa-basi busuk di hadapan banyak orang. Yah sebenernya nggak pake busuk sih, tapi berbicara di depan orang adalah sesuatu yang tak terlalu kusukai. Aku lebih menyukai berada di depan komputer mengutak-atik angka.

Analisis dan riset adalah impianku, tapi keadaan yang membuatku harus menerima pekerjaan ini. Hidup di pulau kecil ini tak mudah mencari pekerjaan sesuai keinginan kita karena memang tak banyak lapangan pekerjaan yang ditawarkan. Bahkan hampir nggak ada kerjaan seperti yang kuinginkan. 

Hanya demi orang tua yang masih menginginkan aku berada di pulau ini dan daripada nganggur juga kuputuskan untuk menerima pekerjaan dala status outsorcing. Berada di bawah naungan vendor membuat kami pada outsorce jadi kurang rasa memiliki perusahaan tempat kami dipekerjakan. Potongan upah dan lembur kami harus masuk ke vendor. Apa-apa harus lewat vendor, jadi ngerasa nggak terllau diakui.

Tapi inilah kehidupan, terkadang kita nggak bisa memilih untuk tetap idealis ketika realita memperlihatkan sisi yang berbeda. Harus pandai menyikapi keadaan, harus pandai menyikapi keadaan. Harus bijak membuat keputusan karna waktu takkan berputar ulang untuk mengulang kesalahan yang pernah kita lakukan.

Mungkin memang harus lewat jalan ini dulu untuk mendapatkan jalan lain. 

Comments