Refleksi Hati

Relationship adalah sebuah hubungan abstrak yang bahkan sampai sekarang aku pun tidak tahu persis bagaimana aturan mainnya. Kapan dikatakan 'in a relationship' dan kapan dikatakan 'just friend'. Banyak persepsi tentang hubungan itu. Bahkan sampai sekarang aku pun masih belum mengerti, apakah ini efek dari lama nggak pacaran? atau terlalu polos untuk menganalisis keadaan? atau memang sebenarnya hubungan itu hanya persepsi saja?
Setahun yang lalu, kami bertemu, setahun lalu kami berkenalan dan menjalani hubungan pertemananan yang aneh. Kadang dekat, kadang jauh, kadang intens, kadang lost contact, tapi selalu ada kata rindu yang muncul dari pembicaraan kami. Jarak menjadi penghambat komunikasi kami.
Pertemuan kami dimulai dari candaan dan keisengan nggak jelas di hari pernikahan Paman kesayanganku. Aku yang masih di Solo, nggak bisa menghadiri pernikahan paman yang paling dekat denganku, hanya bisa mendengar kabar dari telephone. Setiap hari kutelpon Ibu Suri untuk sekedar mendengar hiruk pikuk di pulau sebrang dan seperti biasa, muncullah candaan tentang sosok pemuda yang sering kuminta untuk dijodohkan.
"Carikan calon suami untuk ananda ya, ya Ibu Suri" kataku yang ternyata disampaikan ke Paman Romzi, pamanku yang akan menikah.
"Ini nduk, ada. Namanya Erwin. Dua tahun lebih tua dari Paman"
"Om-om dong" kataku yang disambut tawa dari unjung telfon itu.
Mungkin mereka fikir aku bercanda, tapi mungkin aku serius dengan semua itu. Entah karena trauma sakit hati atau malas untuk sakit hati lagi.
Sakit hati tak pernah lebih menyakitkan ketika saling menyayangi, tapi tak bisa saling memiliki. Itulah yang pernah kurasakan dan sampai hari ini masih terasa sisanya. Bukan karena harta ataupun fisically, tapi semakin dewasa, semakin banyak pertimbangan untuk menjalin hubungan. Sebuah hubungan bukan lagi tentang kesenangan diri sendiri dan pasangan, tapi hubungan dalam usia yang sudah mulai beranjak dewasa adalah tentang kenyamanan, kebahagiaan dan masa depan.
Meski kami saling menyayangi, tapi perbedaan visi dan misi membuat kami tak bisa bersama dan tak yakin untuk bersama. Sayang saja ternyata tidak cukup untuk membangun sebuah keyakinan. Saling mencintai bukanlah jaminan untuk bisa bahagia bersama. Sekarang aku tahu kenapa ada yang memutuskan menikah dengan orang yang tidak dicintainya dan memilih belajar mencintai pasangannya, mengapa banyak hubungan yang sudah berjalan lama justru putus dan memilih untuk menikah dengan orang yang baru kenal, juga mengapa pernikahan terjadi dengan sangat tak terduga.
Jodoh memang unik dan manis sekali datangnya. Semua terlihat mudah dari pandangan mata walaupun sebenarnya tak semudah kelihatannya. Keyakinan yang membuat semua terasa mudah dan indah. Jalani saja apa adanya, ikuti kata hati dan berdoa...yah, apapun keadaan, ketika kau merasa nyaman, cobalah untuk menjalani dan buktikan apakah itu yang sebenarnya kau butuhkan? atau hanya egoisme sesaat?

Comments