Cinta itu Bukan untuk Hati ini


Mencintai adalah sebuah rasa yang selalu beriringan dengan harapan dan ingin memiliki. Cinta kan selalu membuat tak bisa menyadari kapan dia hadir dan kapan dia harus pergi. Kadang cinta membuat kita terpuruk, tapi kadang cinta juga membuat kuat.
Cinta mengajarkan banyak hal tentang bahagia dan sakit hati.
Cinta datang untuk menawarkan harapan dan kebahagiaan pada hati ini. Meski hati ini tak mempedulikannya, tapi cinta tak kenal lelah untuk mengenalkan kebahagiaan dan harapan indah untuk hati. Pengorbanan dan ketulusan diberikan agar hati mau melihatnya, meski tak mengizinkan cinta untuk memasukinya. Memberinya harapan dan bahagia itu. Namun, tanpa disadari oleh hati ini, cinta telah berhasil masuk dan melekat di hati ini.
Hati ini masih belum menyadarinya.
Hingga akhirnya cinta berpindah ke lain hati dan meninggalkan luka. Sakit rasanya, meski masih ada yang tertinggal di sana. Hati ini tak rela ditinggalkan oleh cinta itu. Ada luka di hati ini. Ketika hati ini berusaha untuk menyembuhkan luka, cinta itu datang lagi dan hati ini tak mampu untuk menolaknya. Hati ini masih mengharap cinta itu dapat menyembuhkan lukanya. Namun, cinta itu tak utuh lagi. Cinta itu telah terbelah, menjadi semakin kecil karena harus membagi dirinya. Cinta itu tak lagi seperti dulu, hati ini kecewa. Namun, hati ini masih berharap cinta itu bisa seperti dulu lagi meski hati ini tahu tak akan mudah.
Ketika hati ini mulai sembuh kembali, mulai ceria kembali, kembali cinta itu meninggalkannya. Cinta itu datang dan pergi tanpa tahu kalau ia telah menorehkan luka di hati ini, luka yang sangat dalam. Luka yang sampai sekarang bahkan masih terasa sakit. Terkadang, luka itu terasa begitu menusuk, menyayat hati ini hingga mengeluarkan banyak air mata.
Cinta yang lain yang berusaha menggantikannya pun tak bisa menyembuhkan luka yang sudah terlalu dalam. Cinta yang lain tak mampu menggantikan cinta yang telah hilang itu. Luka itu terkadang masih terasa sakit, cinta itu terkadang datang untuk menyapa hati ini. Yah, hanya menyapa. Tak lebih. Tiap kali cinta itu menyapa, ada semburat harap yang menyeruak, tapi ketika cinta itu pergi, rasa sakit yang dirasakan hati ini lebih perih dari sebelumnya. Semakin sering cinta menyapa, semakin dalam luka yang ditinggalkannya.
Namun, tak ada yang bisa dilakukan hati ini. Meski sakit, hati ini tak ingin cinta itu tahu. Yang bisa dilakukan hati ini hanya berharap ada yang bisa menyembuhkan luka. Ada cinta yang lain yang dapat menggantikan cinta itu. Hati ini menyediakan ruang yang lebih luas untuk cinta yang bersedia melekat selamanya dan membantu menyembuhkan luka untuk selamanya.
Dalam diam, hati ini masih mencoba membersihkan luka. Semoga cinta itu tak membuatnya makin sulit untuk disembuhkan. Cinta itu tak pernah tahu seberapa dalam luka yang dibuatnya. Cinta itu tak pernah tahu kalau dia telah membuat hati ini sulit untuk menemukan penggatinya. Cinta itu tak pernah tahu kalau hati ini pernah berharap cinta itu akan datang lagi dan menyembuhkan luka itu, menggantinya dengan keindahan dan kebahagiaan. Cinta itu tak pernah tahu kalau hati ini sudah lelah menanti. Cinta itu tak pernah tahu kalau hati ini sempat menutup rapat pintunya untuk cinta yang lain. Cinta itu tak pernah tahu betapa hati ini sangat merindukannya.
Walaupun menyesal telah menyesal membiarkan cinta itu memilih hati yang lain, tapi hati ini harus menerimanya. Meski menyesal pernah menyia-nyiakan cinta itu, tapi waktu tak pernah bisa diputar kembali.
Memang mungkin lebih baik seperti ini. Menunggu cinta yang lain yang mau menemani hati ini selamanya. Menikmati sakitnya karena memang itulah konsekuensi mau menerima cinta, harus siap merasakan sakit ditinggalkan cinta. Menyisakan ruang hampa di hati, menunggu cinta yang lain mengisinya.

Comments