Mengikuti Kegiatan di Dharma Setya Sukarara, bagian dari Wanita Berdaya

Menjadi manusia dewasa bukan hal yang mudah. Menikah, memiliki anak dan tinggal di lingkungan masyarakat sebagai pengambil keputusan itu tentu memiliki konsekuensi. Ada kalanya sesuai dengan persangkaan dan harapan. tapi tidak jarang semua tak seperti yang kita harapkan. 

Menjadi manusia yang sadar posisi adalah kunci dari kewarasan. Sebagai Ibu, tentu berbeda dengan saat masig gadis. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan ketika menjadi ibu. Tidak mudah memang, tapi itulah kodrat dan naluri wanita. Ketika sudah menjadi Ibu, banyak hal harus rela berubah. 

Tingkat kebahagiaan pun berubah. Tidak banyak yang mudah beradaptasi dengan situasi ini. Kesiapan menikah itu bukan hanya fisik, tapi juga mental. Menikah berarti siap dengan banyak perubahan yang akan terjadi baik sudah disiapkan maupun tak terduga. Bahkan, banyak yang tak terduga yang berubah bahkan mungkin sering mengejutkan. 

Salah satu cara untuk tetap bisa berdaya adalah dengan mengikuti beberapa organisasi. Kali ini, saya terlibat di salah satu kegiatan ikatan istri pegawai di kantor suami. Kami menjadi panitia pelaksana kegiatan Ikatan Wanita Bank, kumpulan istri pegawai Bank di Lombok. Pertemuan rutin sekaligus arisan kali ini menjadi pengalaman pertama bagi saya.

Persiapan lokasi kegiatan kami lakukan beberapa hari sebelum acara berlangsung. Mengunjungi Sentra Tenun yang juga merupakan Binaan BNI, kami datang untuk memastikan teknis kegiatan yang akan dilakukan. 























Kami mengusung tema Terampil dan Kreatif Mendukung UMKM Lombok dengan mengajak peserta pertemuan mengunjungi tempat kerajinan tenun di Sukarara, Lombok Tengah. Tempat ini sekaligus menjual kain dan kerajinan yang berbau kain tenun. UMKM ini ada di bawah binaan BNI sehingga kami bermaksud mendukungnya dengan mengenalkan dan memberikan kesempatan Ibu-Ibu untuk membeli kerajinan yang ada di sini.

Dharma Setya Sukarara adalah sebuah lokasi pusat kerajinan tenun yang cukup luas. Terdapat gallery dan ruang serba guna yang sering digunakan untuk menerima tamu dengan jumlah yang banyak untuk berbelanja ataupun untuk belajar tentang tenun khas Lombok. Parkir yang luas membuat banyak pengunjung bisa datang dengan lebih nyaman. 

Berangkat dari kantor Bank Indonesia sebagai titik kumpul, peserta berangkat menuju ke Desa Sukarara, Lombok Tengah. Sekitar 10 mobil berangkat bersamaan menuju lokasi. 

Disambut oleh pemilik art gallery dan pegawainya, peserta diberikan  pengetahuan tentang tenun oleh fasilitator. Setelah itu, semua dipersilahkan menenun bagi yang ingin mencoba. Pemilik art gallery sudah menyediakan 5 tempat menenum dengan penenun asli Lombok. Selain itu, disediakan juga baju lambung khas suku Sasak yang bisa digunakan untuk berfoto sambil berbelanja.

Dari sini kami paham kenapa harga kain tenun itu mahal. Selain memang prosesnya yang panjang mulai dari memintal benang, proses menenun juga butuh waktu yang lama. Dalam sehari, mereka hanya bisa mendapatkan 15 cm untuk 8 jam pengerjaan. Mereka tidak bisa mengandalkan menjadi penenun sebagai mata pencaharian. Wanita sasak harus membantu ekonomi keluarganya dengan pekerjaan sampingan yang lain seperti di sawah sebagai buruh tani atau berjualan di pasar. 

Jadi, masih bisa mengatakan harga kain tenun itu mahal? Tentu karena prosesnya pun panjang dan melelahkan. 

Foto bersama selesai materi sosialisasi di Art Gallery

Foto bersama di halaman Dharma Setya Sukarara




Panitia dibagi menjadi 2 kelompok yaitu panitia di Sukarara dan Panitia yang stay di Rumah Makan Sukma Rasa di Labuapi. Selesai dari Sukarara, peserta akan diarahkan ke Rumah Makan di Labuapi Lombok Barat. Ada meeting room yang bisa dijadikan sebagai lokasi acara resmi baru kemudian makan prasmanan di area resto. 

Saya mendapat kesempatan untuk siap di Rumah Makan karena sebagai pembaca doa. Kami menyiapkan dan memastikan ruangan siap untuk peserta yang datang. Sambutan juga laporan seksi-seksi menjadi kegiatan acara yang singkat, tapi padat materi. Tak banyak acara yang tidak penting, semua acara disingkat agar bisa segera makan siang. Line dance bersama seluruh peserta mengakhiri acara siang hari itu. 

Makanan sudah terhidang, semua puas, semua senang dengan kegiatan 









Tidak semua kegiatan Ibu-Ibu ikatan istri pegawai Bank itu sosialita. Nyatanya, disini saya justru melihat begitu besar toleransi. Arisan diadakan dua tipe yaitu arisan besar dan arisan kecil. Jadi, semua bisa bergabung meski ikut arisan kecil. Tidak ada yang dibedakan, semua berbaur dan mendapatkan perlakuan dan fasilitas yang sama.

Banyak kegiatan bermafaat di kegiatan ini misalnya adanya olahraga rutin, donasi dan juga kegiatan pengajian juga arisan yang menghadirkan narasumber untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru. Arisan tidak hanya dijadikan sebagai ajang kumpul, tapi juga menambah wawasan, mempererat persaudaraan dan juga menambah kepercayaan diri perempuan. Bertemu dengan banyak orang baru dari berbagai latar belakang tentu menjadi pengalaman tersendiri untuk belajar banyak dari mereka. 

Comments