Sekolah, Keresahan Orang tua, Ambisi dan Gengsi

 Sekolah untuk anak-anak selalu menjadi topik yang tak pernah berhenti dibahas. Setiap orang tua tentu ingin memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anaknya, tanpa terkecuali. Namun, kadang mereka lupa untuk mempertimbangkan perasaan anak-anak dan kesukaan mereka.

Banyak orang tua yang memilih sekolah karena gengsi, memilih sekolah favorit meski mungkin sebenarnya nilai dan zona anak itu tidak memenuhi syarat untuk bisa masuk disana. Mereka ingin menunjukkan kalau anak-anaknya adalah anak hebat dengan masuk di sekolah tersebut. Meski pada kenyataannya memang ada yang masuk tanpa kriteria yang benar.

Meski sudah menggunakan web atau apapun, tapi masih banyak yang menggunakan jalur 'orang dalam' agar anak atau kerabatnya bisa masuk di sekolah tersebut. Berbagai alasan diungkapkan, tentu semua itu ada imbal baliknya. Inilah yang merusak kejujuran sistem pendidikan. 

Bahkan, bukan hanya orang awam saja yang melakukannya. Bahkan orang yang berpendidikan tinggi, pejabat pemerintahan yang katanya peduli dengan sistem pendidikan yang melakukannya. 

Miris sebenarnya melihat fenomena seperti ini dianggap biasa di masyarakat.

Berikut beberapa dampak yang tidak baik pada anak dengan titipan masuk sekolah

- Memberi contoh tidak sportif

- Menurunkan tingkat kegigihan berjuang pada anak karena anak memiliki zona nyaman. Meski dia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan, akan ada bantuan dari orang lain yang akan membuatnya bisa mendapatkannya. 

- Anak-anak bermental manja. Mereka cenderung meminta bantuan kepada orang di sekitarnya kalau merasa kesulitan. 

- Anak menjadi kurang tahan bterhadap tekanan karena terbiasa dibantu dan tidak pernah merasakannya. Kegagalannya akan dibantu orang lain untuk bisa mewujudkannya.

- Anak menjadi tidak memiliki pengalaman perasaan sedih, kecewa yang sekaligus tidak akan tahu bagaimana cara menangguanginya. Kelak, ketika dewasa, dia akan sulit meregulasi emosinya sendiri, apalagi membersamai anak keturunannya untuk meregulasi emosi.

-  Anak menjadi generasi yang tidak tangguh karena terbiasa dibantu.

- Tertanam sifat yang menganggap hal tidak sportif itu biasa, menjadikan korupsi dan nepotisme menjadi hal yang biasa.

- Nilai kejujuran menjadi bias. Hal yang diluar kebiasaan bahkan di luar nilai kebaikan dijadikan biasa akan membuat nilai kebaikan menjadi bias dan tidak lagi seperti yang seharusnya. 

Jadi jangan heran kalau anak muda menjadi generasi penerus akan menjadi generasi yang manja dan mudah menyerah. Tidak mau kesulitan bahkan tidak tahan terhadap tekanan. Generasi seperti ini yang akan mudah melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Mereka akan hanya berorientasi materialistis karena sudah tertanam kalau masalah bisa diselesaikan dengan uang. 

Jadi Parents, berhati-hatilah dalam bertindak meski itu dengan dalih untuk kebahagiaan anak-anak. 

Bukankan itu fatal? Tapi nyatanya masih banyak yang menyepelekannya. Mengedepankan kesenangan sesaat untuk memenuhi gengsi dan ambisi. Melupakan tujuan pendidikan sebenarnya untuk memberikan pengalaman dan rasa yang berbagai macam untuk anak-anak bisa menghadapi dunia dengan lebih tangguh dan bijaksana. 



_Cerita Venti_

Comments