Bincang Santai tentang Kurikulum Merdeka dan Edukasi Tangkal Hoaks di Rumah Peradaban Pagutan Mataram


Alhamdulilla.... Rumah Peradaban kembali bisa mengadakan kegiatan untuk bisa meluaskan kebermanfaatan seperti tujuan Rumah Peradaban. Rumah Peradaban yang banyak diamanahkan buku wakaf ingin menjadi wadah yang menyenangkan bagi banyak orang untuk bisa bertumbuh dan membuat gelombang kebaikan terus merambat lebih besar tanpa putus. 

Kali ini, kami mengadakan Bincang Santai tentang issue yang ada di dunia pendidikan. Mengapa bukan tentang Islam? Ya karena selama hidup kita adalah pembelajar, takkan pernah berhenti belajar dan dunia pendidikan adalah dunia yang sangat erat kaitannya dengan anak-anak. Dunia pendidikan nasional yang sering tidak dimengerti oleh banyak orang tua karena menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan kepada sekolah, mulai berubah sejak pandemi covid 19.

Orang tua dipaksa untuk membimbing dan mendidik anak dari rumah dengan arahan guru melalui pembelajaran online membuat banyak hal berubah. Orang tua menjadi harus mengajari anak lebih banyak tentang pendidikan di sekolah dan membuat lebih banyak orang tua menjadi lebih tahu dengan yang anak pelajari di sekolah. Meski tidak sedikit orang tua yang memang sebenarnya sudah peduli dan paham akan hal itu. Namun, kebanyakan masyarakat di pedesaan kurang memahami hal ini sehingga merasa kesulitan. 

Hal itu terbukti dengan terjadinya learning loss (kehilangan pembelajaran) yaitu kehilangan sebagian sebuah kondisi hilangnya sebagian kecil atau sebagian besar pengetahuan dan keterampilan dalam perkembangan akademis yang biasanya diakibatkan oleh terhentinya proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Banyak anak yang ketika masuk sekolah menjadi lupa pada pembelajaran sehingga harus mengulangi.  Pemerintah menyiasati keadaan tersebut denagn menerapkan beberapa strategi dengan memberikan sekolah kebebebasan memilih kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan sekolah tersebut. 

Kurikulum Merdeka menjadi salah satu pilihan untuk bisa memenuhi kebutuhan sekolah tersebut mencapai tujuan pembelajaran bagi siswanya. Namun, pemerintah tidak memaksakan untuk menggunakan kurikulum merdeka untuk tidak memberatkan sekolah yang dirasa belum mampu sebab dengan menerapkan kurikulum baru pasti harus memiliki kompetensi tertentu yang harus dimiliki dengan pelatihan. Oleh karena itu pemerintah memberikan kebebasan memilih untuk setiap sekolah mengaplikasikan sesuai kebutuhan dan situasi kondisi yang dialami dengan memilih tetap menggunakan Kurikulum K13, kurikulum darurat atau Kurikulum Merdeka. 

Sadar kalau pendidikan anak tidak lepas dari peran ibu, Mas Menteri Nadiem Makarim membuat sebuah wadah untuk para ibu melek dunia pendidikan dan mengambil bagian dalam mencapai tujuan mendidik anak. Dibuatlah sebuah wadah bernama Ibu Penggerak dimana kegiatan ini merupakan kerjasama Sidina Community dengan Kemendikbudristek untuk membuat Ibu berdaya dan melek pendidikan. 

Ada pelatihan online selama 5 hari via zoom yang memaparkan tentang Kurikulum Merdeka untuk Ibu Penggerak. Setelah pelatihan, yang memenuhi syarat bisa mendapatkan sertifikat dan kaos Merdeka Belajar. Selanjutnya, bagi Ibu Penggerak yang mau dan memenuhi syarat bisa mendaftar menjadi Fasilitator Ibu Penggerak seperti Mbak Kurnia Wijiastuti yang sudah mendapatkan pendidikan lanjutan lebih mendalam tentang Kurikulum Merdeka di Jakarta yang kemudian bisa dibagian kepada Ibu yang lain seperti yang dilakukan di Rumah Peradaban ini. 

Mengapa mengambil tema ini, ini kan bukan tema kajian muslim, sedangkan Rumah Peradaban kan semua buku mulim? karena hal ini sejalan dengan titik berat Kurikulum Merdeka yaitu salah satunya adalah literasi. Hal ini sama dengan tujuan dari Rumah Peradaban untuk meningkatkan literasi anak dan mengajak anak membaca untuk bisa meningkatkan minat baca anak. Dengan meningkatnya minat baca dan tingkat literasi anak semakin baik, pesan dari buku yang dibaca akan tersampaikan. Itulah mengapa Rumah Peradaban bekerjasama dengan Sidina Community bercerita kepada Ibu-Ibu tentang Kurikulum Merdeka. 

Alhamdulillah ada sekitar 20 peserta ikut untuk menyimak materi kali ini. Mbak Andy smepat menghubungi saya bberapa hari sebelum acara berlangsung kalau sampai 20 peserta izin memberikan materi tambahan hanya 15 menit.  Materi yang disampaikan terkait Edukasi penangkal hoaks. Diawali dengan acara berkenalan semua peserta yang sangat menyenangkan kemudian games cerita menjadi kegiatan penutup yang menyegarkan. Untuk menangkal hoaks yang banyak beredar, kita bisa kita cek mandiri melalui website s. id/cekhoaks

Jazakumullah khoiron katsiron atas semua bantuannya juga silaturohimnya Buibu. Barokallohu fiikum











_cerita Venti_

Comments