Memaknai Qodarullah

Tak selamanya kehidupan akan berjalan seperti apa yang kita inginkan. Akan selalu ada yang membuat kita harus berjuang untuk bisa memaknainya. Selalu ada yang membuat kita bersyukur dengan nikmat kecil yang kadang tak kita sadari. 
Tak ada seorang manusia pun yang luput dari masalah. Semuanya punya masalah dan tentu dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Ada yang diberikan cobaan dari suaminya, anaknya, orang tuanya, mertuanya, bahkan keluarga dan temannya.

Tak ada yang tahu akan diuji dari sisi mana. Tak ada yang dapat mengira. Bahkan, melihat beberapa kejadian di sekitar, orang terbaik yang pernah saya kenal pun mendapatkan ujian cukup berat dalam hidupnya. Namun, satu hal yang selalu terlihat dari mereka yang beriman ketika mendapatkan ujian adalah tenang dan tetap semangat. 

Selalu ada ketenangan di raut wajah yang selalu yakin padaNya dan mendekatkan diri padaNya. 
Dia megambil makna dari setiap permasalahan yang terjadi pada dirinya. Tak ada satu manusia pun yang luput dari permasalahan selama masih hidup. Hanya bagaimana kita bisa menjalani prosesnya dengan bijak dan terus mendekatkan diri pada Allah SWT.


Seorang sahabat bercerita tentang ujian berat yang pernah dialaminya. Dia bilang, "Aku mikirnya cuma mungkin kemarin aku kurang dekat sama Allah, aku terlalu jauh dan ibadah seperlunya. Saat masalahku mentok dan gabisa apa-apa lagi, padaNya lah aku kembali dan berharap. PadaNya lah aku meminta dan berdoa. Kutumpahkan semua waktu sujud, kutumpahkan semua rasaku sampai akhirnya satu per satu permasalahanku terbuka jalan untuk melangkah."

Mungkin memang sabar dan ikhlas adalah kunci ketika kita benar-benar sedang dalam keadaan tak berdaya. Mungkin Allah sedang mengingatkan kita bahwa berharap pada manusia itu hanya akan membuat kecewa. Berharap pada Allah SWT adalah harapan terbaik yang harus kita yakini. Keyakinan adalah kunci. Yakin akan menimbulkan sugesti yang mempengaruhi seluruh tubuh. 

Saat seperti ini, buku menjadi pelarian saya untuk mencari ketenangan. Sebuah buku berjudul Ayah Bunda Bantu Aku Mengimani Qada dan Qadar  menjadi salah satu buku yang saya ulang membaca. Paket Buku Pintar Iman dan Islam terbitan Sygma Daya Insani ini buku anak yang dibutuhkan setiap orang tua. Bahkan, disaat sedang menghadapi ketetapan Allah SWT, buku ini bisa menjadi pedoman untuk tetap berada di jalan istiqomah.

Ketetapan takdir Allah SWT ada lima tahapan penetapan takdir yaitu
  • Takdir Azali. Takdir ini ditetapkan Allah SWT sebelum penciptaan langit dan Bumi yaitu ketika Allah SWt menciptakan qolam (pena). Rosulullah SAW bersadba bahwa :Allah SWT menulisknan takdir semua makhluk 50 ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan Bumi" (HR Muslim)
  • Takdir Kitaabah. Allah SWt mengambil persaksian semua manusia untuk mengesahkanNya. Melalui takdir ini, Allah SWT memstikan bahwa semua manusia memiliki fitrah ketauhidan yang suci. 
  • Takdir 'Umri (seumur hidup). Allah SWT menetapkannya ketika pencitpaan nutfah (air mani). Nutfah adalah zat pembawa keturunan. Saat nutfah membuahi sel telur dalam rahim, terjadilah proses kehamilan. Ketika itu, semua manusia ditentukan jenis kelaminnya, ajal, amal susah-senangnya dan rezekinya. 
  • Takdir hauli (tahunan). Takdir ini Allah SWT tetapkan saat Lailatul Qadar. pada malam itu, Allah SWT menetapkan berbagai kejadian dalam satu tahun, yaitu kematian, kehidupan rezeki hingga orang-orang yang berhak pergi haji. 
  • Takdir Yaumi (harian). Pada tahao ini ditetapkan terjadinya takdir sesuai dengan ketentuan sebelumnya. Takdir harian ini perincian dari takdir tahunan.

Saat kita beriman pada Allah SWT, beriman pada Qada dan Qadar Nya, saat itulah cobaan dan ujian ataupun musibah yang terjadi menjadi lebih ikhlas menerimanya. Seberat apapun kalau yakin akan ketetapanNya dan pasti juga Allah SWT akan menunjukkan jalan keluar, akan terasa lebih tenang. 

Seorang sahabat pernah bercerita tentang pengalamannya mendapatkan ujian berat dalam hidupnya. Kebaikan dan ketulusannya dirasakan semua orang di sekelilingnya, tapi orang terdekatnya bahkan tega mengabaikannya. Bertahun-tahun terjadi sampai akhirnya orang tuanya mengetahui dan membawanya ke tempat kelahirannya bersama anak-anaknya. Cobaan ini tidak mudah, dia pun sudah berusaha sekuat yang ia bisa untuk bertahan karena yakin akan pertolonganNya. 

Perjuangan masih belum berakhir, tapi ketika yakin akan ketetapanNya adalah sesuatu yang selalu ada hikmahnya, tak pernah ada rasa tak terima akan ketetapanNya. Tenang, rasa itulah yang dirasakan ketika masalah besar menimpa, tapi belum menemukan jalan keluar. Berserah dan berusaha tanpa henti, memohon ada jalan keluar yang terbaik. InsyaaAllah...

Berharap ridhoNya adalah cara untuk tetap tenang. Pasti akan ada pertolongan Allah SWT. Mungkin sakit dan perih ini bisa menjadi penggugur dosa, bisa menjadi jalan taubat kita. Semoga ini bisa menjadi jalan untuk mendapatkan lebih banyak nikmat di akhirat kelak. Allah SWT Maha Tahu apa yang terbaik untuk hambaNya. 

Apalagi membaca perjuangan Rosulullah saw dan sahabat yang tak pernah menikmati kesenangan yang sangat lama di dunia kemudian syahid untuk membela agama Allah SWT dan keluarganya pun ikhlas menerima ketetapanNya. Membaca siroh membuat saya menjadi mempunya sudut pandang yang lebih luas. Mereka tak pernah mau bersenang-senang di dunia, mereka ingin mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Mereka mengharap ridhoNya, membela agama Allah SWT. 

Bahkan sahabat Abdurrahman bin Auf sampai menangis ketika dihidangkan sebuah hidangan buka puasa yang nikmat oleh pelayannya. Dia ingat sahabatnya yang lebih baik darinya hidupnya sengsara, syahid saat perang dan menderita di dunia. Dia tak ingin nikmatnya di akhirat kelak diambil saat di dunia. Padahal beliau adalah saudagar kaya raya. 





_Cerita Venti_

Comments