Parental Burn Out????

Beberapa waktu lalu,saya mengikuti kuliah whatsapp tentang Parental Burn Out. Secara gampangnya, kondisi ini adalah kondisi yang tidak nyaman yang dirasakan orang tua karena banyak faktor. Biasanya yang banyak mengalami adalah kaum ibu.

Saya pun kadang tidak menyadari, apakah sedang mengalami PBO atau hanya sedang swing mood karena perubahan hormon ketika akan haid. 

sumber: sehatQ.com



Kuliah whatsapp disampaikan oleh Widie Esti Trixie, S. Psi.

Parental Burn Out (PBO) biasanya terjadi karena kurang informasi dan bimbingan parenting tepat dan terpercaya. Hal itu menyebabkan kelelahan dan mengabaikan kebutuhan diri. 

Hal ini banyak terjadi pada ibu rumah tangga tanpa disadari. Mementingkan orang lain, terutama suami dan anak-anak. Seringkali ibu mengabaikan kebutuhan sendiri untuk sekedar istirahat. 

Menurut Prof. Mikolajczak dari Universitas Catholique de Louvain Belgia, Parental Burn Out merupakan kondisi yang timbuh karena stress dan kelelahan jangka panjang yang berujung pada perasasan berat mengasuh anak, bahkan merasa jauh secara emosional dari anak. 

PBO lebih buruk dari job burn out sebab kalau pekerjaan bisa berhenti sedangkan menjadi orang tua tak bisa berhenti. PBO harus ditangani dan diselesaikan, bukan dikesampingkan. 

Menurut American Psychological Association (APA), Parental Burn Out merupakan kondisi kelelahan saat mengasuh anak. 

Berikut 4 Tahap Kondisi Kelelahan yaitu
1. Lelah menjadi peran orang tua
2. Beda kondisi orang tua saat ini dengan dulu
3. Muak jadi orang tua
4. Menjaga jarak emosional dengan anak

Biasanya PBO rentan terjadi karena multitasking atau melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan. Orang tua yang terlalu menuntut pada anak juga rentan terjadi PBO. 

Berikut beberapa pemicu orang tua rentan PBO
- Perfeksionis
- kurang mampu kelola emosi
- kurang pengetahuan pola asuh
- kurang dukungan keluarga
- menanggung beban pengasuhan sendiri, tidak ada dukungan dari pasangan

Tingkatan PBO bisa terjadi bertahap, dari mulai stress sampai depresi apabila tidak segera disadari dan ditangani. 
Apa beda stress dengan depresi?
Stress masih bisa membayangkan dan bisa mengendalikannya sedangkan PBO biasanya melibatkan perasaan kosong secara mental, tanpa motivasi bahkan tidak peduli pada sekitar. 

Apa saja biasanya tanda Parental Burn Out?
1. Kelelahan (biasanya sudah tak mampu berfikir jernih dan fisik yang lelah tak bisa reda)
2. Hilang motivasi mengasuh
3. Nyaman saat jauh dari Anak
4. Menarik diri dari orang lain

Dampak untuk kesehatan fisik adalah mudah lupa, kebingungan, tempramental, stress meningkat, merasa sendiri/terisolasi, tidur buruk, depresi, perasaan kosong, mudah marah dan biasanya akan berpengaruh pada hubungan dengan pasangan. Kehidupan rumah tangga akan menjadi kurang harmonis karena komunikasi yang buruk disebabkan PBO ini. Mental yang tidak sehat membuat emosi tidak stabil yang menyebabkan sering terjadi perbedaan pendapat yang memicu perdebatan yang bisa berujung pada kebencian. 

Contoh kasus seperti itu banyak saya dapatkan di kampung tempat Ibu saya tinggal dan ternyata banyak terjadi di beberapa daerah di Lombok yang memiliki tingkat pernikahan usia dini yang tinggi. Belum genap 20 tahun sudah memiliki anak, mereka belum siap secara mental dan finansial tapi sudah harus memikul tanggung jawab yang besar. Belum lagi lingkungan sekitarnya tidak memberikan support yang baik untuk kesehatan mentalnya yang menyebabkan banyak kasus perceraian di usia pernikahan yang masih muda. 

Setelah tahu apa itu Parental Burn Out dan bagaimana akibatnya, lalu bagaimana cara mengatasinya?
1. Sampaikan yang dirasakan 
    Misal butuh bantuan, butuh me time atau cerita ke orang terdekat yang bisa dipercaya menemukan solusi dan jangan beranggapan kalau kita adalah orang tua yang buruk ketika meminta bantuan. 
2. Jaga makan dan minum
3. Olah raga
4. Meminta bantuan proffesional  ketika sudah tidak menemukan solusi.

Setiap diri penting untuk mengenali dan menyadari emosi diri untuk bisa mencegah parental burn out.
Beberapa tips yang bisa dipraktekkan adalah
- Meminta bantuan orang lain dan tidak memaksakan diri kalau kewalahan
- mempraktikkan self care dengan aktifitas yang disenangi
- mengatur espektasi diri sendiri dengan kemampuan anak

Apakah PBO akan berdampak pada anak? Tentu saja. Namun, dampaknya tidak terasa seketika. Anak akan merekam kejadian yang dialaminya di masa kecil kemudian tersimpan di otak bawah sadarnya yang menjadi luka masa kecil (luka inner child) yang akan bisa muncul kelak ketika saat tertekan sehingga melakukan tindakan yang menyakiti orang lain yang kemudian menyesal telah melakukannya. 

Biasanya PBO ini juga bisa dipicu oleh kecemasan yang berlebihan sehingga PBO biasanya terjadi 80% diakibatkan oleh pikiran sedangkan 20% disebabkan oleh makanan. 

Menjadi orang tua harus memiliki tangki cinta yang penuh untuk bisa berbagi dengan orang-orang di sekitarnya. Saat cinta tidak penuh, berbagi akan sulit karena diri sendiri pun belum cukup. Iutlah mengapa perlu mengenali diri sendiri, kebutuhan dan apa yang dirasakan yang kemudian bisa mencari solusi untuk bisa mengisi tangki cinta dan bahagia sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Menyampaikan apa yang dirasakan itu perlu dan bukan berarti kita lemah, tapi dengan menyadari sejak dini akan membuat kita bisa mengisi tangki cinta kita untuk bisa dibagi ke sekitar. 

Perlu dipahami juga, meminta bantuan professional itu bukan aib. Justru itu akan lebih baik karena menemukan solusi dan terpercaya. Prifasi terjaga, kita pun dibantu menemukan solusi dari masalah tanpa harus menjadi bahan pergunjingan orang lain. Diri adalah sepenuhnya tanggung jawab pribadi. Kalau bukan kita yang mengenali, siapa lagi?

Yuk Bunda... kenali diri sendiri dan isi tangki cinta kita :)

_catatanbelajarventi_

Comments