Taman Mekasari Naramada, Wisata Murah, Edukatif dan Instagramable

 Liburan sekolah tinggal seminggu lagi. Rasanya waktu berjalan sangat cepat, tapi alhamdulillah liburan kali ini meski tidak rekreasi karena cuaca yang tidak memungkinkan, banyak kegiatan yang bisa kami lakukan. Meski ada beberapa rencana yang tidak berjalan seperti semula, tapi ternyata ada kegiatan baru yang tak kalah bermanfaat.

Minggu kedua liburan, si Gendhuk mengikuti les singkat Bahasa Inggris di Kampung Pare selama 5 hari. Dengan membayar hanya Rp 50.000,- bisa mengikuti kegiatan bersama teman-teman baru dengan lebih menyenangkan. 

Setiap pulang les dia selalu merasa senang meski masih sering lupa kosakata yang diajarakan. Namun, point pentingnya adalah dia bahagia sebab Nada memang tipe anak yang senang bertemu banyak orang dan selalu bisa bertemu orang baru. Paling tidak, liburannya tetap bermanfaat.

Sebagai reward karena sudah tertib dengan aturan yang dibuatnya sendiri dan bisa memilih kegiatan bermanfaat untuk liburannya, kami mengajaknya melihat sebuah Taman di daerah Narmada yang katanya ada tempat untuk belajar memanah dengan harga yang terjangkau. 

Kami pun menyusuri jalan dari Pagutan menuju Narmada yang hanya butuh waktu sekitar 30 menit dengan menggunakan mobil dengan kecepatan sedang. Berbelok di sebuah pertigaan menuju Puskesmas Narmada, letak Taman Mekarsari ini tidak jauh dari Puskesmas tersebut. Jalannya bagus, tapi tidak terlalu lebar.

Tidak sulit menemukan Taman Mekarsari, Narmada. Kami menggunakan Map untuk bisa sampai disana. Tempat parkirnya luas. Ada lebih dari 10 sepeda motor yang parkir di sana dan beberapa kendaraan roda 4. Mungkin karena masih ada libur sekolah, tempat ini cukup ramai di hari kerja. Namun, ini pun tidak padat karena tamannya cukup luas dan menyejukkan.

Saya mengira tiket masuknya akan minimal Rp 5.000,-/ orang karena tamannya cukup luas. Ternyata tiket masuknya hanya Rp 1.000,- setiap orang. Namun, kalau mau berenang, melakukan kegiatan memanah, ataupun mau ayunan ekstreem yang diberi nama "Giyong Gambek" harus bayar lagi Rp 5.000,- setiap wahana. 

Jalan masuk dibuat sangat sejuk dengan tanaman anggur yang merambat di sepanjang jalan masuk. Sepanjang jalan masih tanah dengan tanaman yang beraneka ragam. Benar-benar taman rakyat yang sangat menyenangkan dan ramah anak.

Ada banyak bangku panjang untuk duduk dan ayunan juga. Ada jembatan di atas sawah, miniatur kincir angin Belanda,  juga tiruan balon udara terbuat dari bersi yang instagramable untuk digunakan sebagai spot foto. Bahkan, semua tempat bisa digunakan sebagai spot foto karena tanamannya pun terlihat rapi dan indah. Sungguh memanjakan mata. Ada 4 toilet umum dan sebuah musholla kecil untuk sholat. 

Taman ini dibagi menjadi beberapa spot yang masing-masing dikelola oleh orang yang berbeda-beda. Bahkan, kalau tanaman melon yang ada di samping Taman ini tumbuh subur, pengunjung pun bisa melakukan wisata panen melon. Sayangnya, musim penghujan yang dibarengi angin kencang membuat tanaman melon yang tidak dalam green house tersebut gagal panen. Rusak dan tidak membesar. Pemilik lahan pun mengganti tanaman melon menjadi tanaman kacang panjang.

Saat kami berkunjung, ada beberapa tenda yang berderet di tengah banyak berugak berbentuk letter L yang merupakan kemah santri. Tempatnya memang sejuk dan mendukung sekali untuk kemah dan mungkin sambil mereka mencari suasana baru menghafal Al Qur'an. Dekat dengan sawah, tenang dan bersih. Dekat tempat olah raga yang disunnahkan Rosulullah juga jauh dari hiruk pikuk. 

Bagaimana dengan makanan? Tentu saja sama dengan kesederhanaan  yang dihadirkan. Makanan yang dijual pun makanan rakyat dengan harga yang sangat terjangkau. Mie ayam, bakso, soto, pecel, plecing dan jajanan ringan dengan harga yang sama dengan di warung rumah. Biasanya makanan di tempat wisata akan berbeda dengan di rumah, tapi taman ini menyajikan jualan yang sama dengan harga yang ada di rumah. 








_cerita perjalanan Venti_


Comments