Cerita Penonton di Tanah Tuan Rumah Gp Mandalika

 Event bersakal Internasional yang diselenggarakan di Mandalika, Lombok tentu membuat bangga, tak hanya Lombok, tapi juga Indonesia. Lombok menjadi pusat perhatian seluruh mata dunia. Semua mata tertuju pada sebuah sirkuit baru yang menjadi perbincangan banyak orang. 

Semua pendatang ingin melihat sirkuit baru di negeri yang sudah 25 tahun vakum menyelenggarakan balapan yang terakhir diadakan di Sirkuit Sentul. Kali ini banyak yang terpesona karena keindahan alam Mandalika yang sungguh memikat. Pantai dan Bukit yang menjadi ciri khas Lombok. 

Hamparan pasir putih di tepi laut biru dapat dilihat di atas Bukit-bukit di sekitar pantai. Tak heran kalau Sirkuit Mandalika dinyatakan sebagai salah satu sirkuit tercantik karena berada di pinggir pantai yang indah. Meski panas menjadi salah satu keluhan bagi beberapa rider, tapi tentu tidak mengalahkan antusias kami sebagai tuan rumah event besar ini.

Saya memang tidak berniat menonton karena ada kedua anak saya yang tidak bisa dititip. Namun, banyak cerita yang saya dapatkan karena suami juga mendapatkan tiket dari kantor. Meski sebenarnya saya pun bisa mendapatkan tiket tanpa bayar, tapi saya tidak bisa meninggalkan si kecil terlalu lama.

Event MOTO GP tentu memiliki euforia yang berbeda. WSBK tahun lalu merupakan pembuka bagi Sirkuit Mandalika mengadakan event besar. Banyak pelajaran yang kemudian dilakukan pembenahan. Meski masyarakat tidak terlalu tahu rider saat WSBK, tapi mereka antusias karena baru dibuka sirkuit di Lombok. Merasakan menyaksikan balap motor secara langsung tentu menjadi kesenangan tersendiri bagi masyarakat sekitar. 

Kali ini, tentu antusiasnya sangat berbeda. Mata dunia benar-benar tertuju pada Mandalika. Rider yang bertanding pun lebih banyak diketahui dan diidolai. Euforianya benar-benar terasa. Lombok seketika menjadi sangat ramai. Suara pesawat yang melintas diatas langit Lombok terlihat hilir mudik, terutama di tiga hari Balapan diselenggarakan. Banyak sekali orang berdatangan dari berbagai daerah dan bahkan dari luar negeri.

Jalanan mulai ramai, penginapan banyak dipesan bahkan homestay dan kos dengan fasilitas lengkap pun tak luput dari pemesanan untuk menonton GP. Tidak hanya daerah Lombok Tengah, daerah Mataram dan Senggigi pun turut ramai oleh pengunjung. Mereka ingin menonton sekaligus menikmati keindahan Lombok yang masih natural dan tak kalah dengan Bali. 

Kali ini, Lombok memperlihatkan keindahannya. Lombok memperlihatkan wajahnya pada dunia. Meski tentu masih harus banyak perbaikan terutama tentang kesadaran masyarakat akan pendatang dan wisatawan, Lombok masih harus berbenah tentang transportasi. Menyambut MOTO GP, Lombok memang sudah mulai sejak lama berbenah. Adanya Damri yang sekarang membuat banyak rute menuju tempat-tempat wisata di Lombok yang sebelumnya tidak ada transportasi umum. Tentu, menuju sirkuit pun ditempuh dari beberapa jalur seperti Pelabunan Kayangan, Pelabuhan Lembar, Mataram dan juga Senggigi. Tempat-tempat tersebut adalah tempat yang paling ramai orang.

Berbeda dengan saat WSBK yang tidak diperkenankan ada kendaraan pribadi yang masuk melewati bypass menuju ke area sirkuit, kali ini diperbolehkan membawa kendaraan pribadi sampai di parkir yangd ditentukan. Parkir Barat dan Parkir Timur. Penonton bisa menggunakan kendaaraan pribadi sampai ke tempat parkir sebelum berpindah ke Shuttle Bus menuju sirkuit. 


Tiket menonton mulai dijual sejak babak kualifikasi hari Jum'at tanggal 18 Maret 2022 sampai Mingu, 20 Maret 2022.

Saya tidak tahu kondisi babak kualifikasi hari Jum'at. Hari kedua, Sabtu tanggal 19 Maret 2022, Saya sempat mengikuti suami menukar tiket ke area pameran di Mandalika. Kami menggunakan mobil pribadi dari Mataram. Banyak penjagaan dilakukan di beberapa titik, terutama persimpangan seperti di Jalan Lingkar daerah Lombok Barat yang merupakan persimpangan dari Mataram menuju ke arah Sirkuit. Persimpangan yang terdapat ikon menara dengan kerang mutiara diatasnya ini menjadi salah satu persimpangan yang paling ramai.

Setelah melewati tembolak warna warni, kami menuju persimpangan patung kuda yang merupakan persimpangan yang menghubungkan Bandara Internasional Mataram (BIL), Kota Mataram dan Pelabunan Lembar. Di area ini juga banyak penjagaan oleh Kepolisian. Namun, jalanan masih ramai lancar seperti biasa sat weekend. Sampai di depan Bundaran Bandara, kendaraan terlihat semakin banyak. Ada penyekatan untuk mengetahui tujuan kendaraan tersebut karena ada jalan bypass langsung ke sirkuit dan ada jalan menuju Pantai Kuta Mandalika. 

Kami menunjukkan amplop berisi surat yang akan kami tukar dengan tiket nonton untuk hari Minggu. Polisi tersebut memberikan stiker lalu mempersilahkan kami kembali melaju. Tidak terlalu macet, ramai tapi masih lancar. Perjalanan sepanjang bypass memang luar biasa indah. Hamparan bukit, bebatuan tebing, kebun jagung dan jalan yang naik turun memanjakan mata. Saya tak pernah bosan dengan keindahan Lombok sejak tinggal disini. 



Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, bahkan kurang dengan jalanan yang lancar, kami sudah sampai di Kuta Mandalika. kami diarahkan ke parkir timur untuk lebih dekat menuju penukaran tiket. Ada parkir barat yang full kendaraan roda dua dan roda empat yang jaraknya lebih jauh dari stand penukaran tiket yang juga merupakan tempat naik Shuttle Bus menuju ke Sirkuit. Kendaraan cukup padat merayap, semua sedang mencari area parkir. Namun, masih terbilang lancar. 

Anak-anak tidur, jadi suami turun sendiri untuk menukar tiket. Saya yang awalnya penasaran dengan stand disana pun harus mengurungkan niat, mencari tempat teduh menunggu anak-anak terbangun. Setelah terbangun, ditemani angin sepoi-sepoi, kami pun makan bekal yang ada di mobil sambil menunggu Ayah menukar tiket sekitar 45 menit. 

Jalanan menuju tempat parkir dekat dengan parkir barat ada yang tergenang dan becek. Terlihat kumuh untuk menyambut event besar seperti ini. Parkir timur pun sebagian besar daerahnya becek karena baru saja hujan. Memang lebih nyaman menggunakan bus dari Mataram sehingga tidak perlu parkir di tempat becek setelah hujan dan pasti kalau panas akan sangat berdebu. Ini pasti ke depannya akan terus diadakan perbaikan.



Ada teman bercerita kalau menukar tiket sebelumnya bahkan sampai 2 jam mengantri, tapi suami justru tidak lama. Yang lama menunggu petugas mengambil tiket yang habis di stand. Banyak penjaja makanan di sekitar sana. Terik di dearah Mandalika karena memang pesisir pantai tak membuat semangat meramaikan gelaran MOTO GP surut.

Keesokan harinya, seperti yang sudah kami perkirakan. Kendaraan sangat luar biasa banyak. Macet yang awalnya hanya di kawasan Mandalika semakin siang semakin panjang sampai Bundaran depan Bandara, bahkan sampai persimpangan pertemuan kendaraan dari Lombok Barat dan Lombok Tengah juga Lombok Timur. Perjalanan kendaraan yang berangkat jam 9 dari Mataram bisa memakan waktu sampai 4 jam dan semakin siang semakin parah macetnya.

Euforianya begitu terasa. Antusias penonton membuat Lombok terlihat tidak biasa. Baru kali ini di Lombok macet. Beberapa orang memang mengeluh, tapi beberapa orang justru sangat menikmatinya. Menandakan kalau ada sebuah event besar yang sedang berlangsung dan mereka adalah bagian dari event tersebut. 









Kendaraan pribadi dan bus saling berdesakan untuk bisa masuk, tapi kendaraan roda dua cukup bisa mencari celah agar bisa segera sampai ke tempat parkir. Tak seperti hari sebelumnya, hari Minggu pagi cuaca cukup cerah. Meski demikian, awan pekat juga sudah terlihat sehingga mendung dan panas pun silih berganti. 

Mulai menuju sore hari, gerimis mulai mengguyur. Race MOTO GP rencananya dimulai pukul 15.00 WITA. Namun, ternyata hujan semakin lebat sehingga race pun harus ditunda sampai keadaan memungkinkan untuk melangsungkannya. Hujan yang sangat lebat tentu tidak bisa untuk menyelenggarakan balapan. Banyak yang masih bertahan untuk menyaksikan final dan memang moment itulah yang ditunggu-tunggu. Namun, ada juga yang memutuskan pulang karena berbagai alasan, termasuk pertimbangan takut kena macet saat pulang karena meninggalkan anak di rumah.

Debu di sirkuit tersapu oleh hujan yang mengguyur cukup deras. Banyak yang menggunakan jas hujan plastik, tapi ada juga yang memilih memniarkan tubuhnya basah diguyur hujan. Saat inilah sebuah kontroversi terjadi. Mbak Rara yang disebut sebagai pawang hujan beraksi di sirkuit untuk menghalau hujan. Ada yang percaya, ada yang tidak. Padahal, disamping itu, ada pihak lain seperti TNI AU yang juga bekerja untuk bisa memindahkan awan tersebut. BKMG pun sudah bisa memperkirakan kalau hujan lebat takkan berlangsung lama. Banyak pihak yang terlibat di dalamnya, tapi karena Mbak Rara mendapatkan panggung, dia lah yang banyak menjadi sorotan. Saya memilih untuk tidak membahasnya.

Balapan pun dilangsungkan ketika hujan mulai reda dan tinggal gerimis kecil yang masih bisa diatasi oleh pembalap. Saya pun menonton dari rumah dengan siaran TV Digital yang jernih. Jadi ceritanya kami sedang menonton balapan barengan, beda tempat aja. Saya dirumah, suami di lokasi. Kebetulan anak-anak masih tidur siang karena hawa di Mataram cukup panas hari ini. Panas yang terik dan cenderung membuat sakit kepala. 

Sudah sejak pagi kami melihat status teman-teman yang terjebak macet digantikan senang setelah bisa masuk ke tribun untuk menonton langsung gelaran internasional itu hingga basah karena hujan. Memang berbeda euforia bisa menyaksikan langsung event internasional dengan segala ceritanya. Malah ada yang cerita kalau tidak suka balapannya, tapi ingin menonton konser setekah balapan selesai. Beberapa teman di hari Sabtu hanya datang menonton konser sore harinya karena masih babak kualifikasi.

Marq Marquezz yang mengalami crash yang cukup parah hingga tak bisa mengikuti balapan membuat banyak pihak kecewa dan memutuskan untuk pulang . Memilih bertahan karena memang puncaknya adalah final juga menjadi pilihan sebagian besar dari mereka.

Selesai balapan yang dimenangkan oleh M. Oliviera, banyak yang meninggalkan tribun untuk pulang. Beberapa masih bertahan karena ada performance dari beberapa artis ibukota seperti Pamungkas dan Slank. Suami memang izin untuk pulang lebih lama untuk menonton penampilan pamungkas yang akan tampil pertama setelah balapan berlangsung.

Cerita kembali terjalin setelah acara balapan ini. Tak ada shuttle bus yang mengangkut penonton dari sirkuit menuju parkiran. Banyak yang memilih untuk berjalan kaki cukup jauh lebih dari 2 km karena tidak mau menunggu ketidakpastian. Namun, ada yang masih bertahan menunggu cukup lama karena lelah. Hal ini ternyata karena bus yang sudah siap menjemput terjebak macet di area Mandalika. Akhirnya ada truck besar yang bagian ujung belakang terbuka yang biasa untuk mengangkut anggota dalam jumlah yang banyak sekaligus, itulah yang digunakan untuk membawa penonton dari sirkuit ke parkir kendaraan bermotor mereka. 

Semua serba ribet dan semrawut. Begitu banyak orang, banyak kendaraan membuat area itu macet lagi. Belum lagi gerimis masih mengguyur membuat jalanan yang tadinya berdebu menjadi becek. Tempat parkir sangat becek. 

Banyak yang akhirnya sampai dirumah tengah malam bahkan lewat tengah malam karena kemacetan yang luar biasa. Cerita itu tentu akan selalu terkenang untuk banyak orang yang merasakannya. Kami yang tidak terlibat langsung pun ikut merasakan melalui cerita mereka. Diantara ketidaknyamanan itu, tentu ada rasa puas karena bisa menyaksikan event Internasional secara langsung di negeri sendiri. 

Banyak perbaikan yang tentu harus dibenahi, terutama soal transportasi dan kenyamanan parkir. 

Comments