Taman Wisata Alam Gunung Tunak, Lihat Rusa dan Kupu-Kupu

 Pandemi membuat banyak orang tidak berani berkumpul dan berkerumun (atau mungkin hanya keluarga kami). Bapak saya yang masih bekerja sebagai konsultan jalan tol di Manado akhirnya mengambil cuti karena lebaran tidak bisa pulang. Meski sedikit sedih karena harus terpisah lebaran kali ini, tapi tetap bersyukur diberikan kesahatan untuk bisa berkumpul.

Kami berniat untuk menghabiskan waktu bersama tapi tidak waktu libur dan kebetulan juga Ayahnya anak-anak harus segera mengambil cutinya sebelum kena teguran karena sudah hampir akhir tahun belum ada cuti besarnya yang diambil. Kami memutuskan menghabiskan waktu ke tempat yang sedang menjadi perbincangan yaitu Gunung Tunak. 

Katanya, tempatnya bagus, tapi harus menaiki bukit dulu dengan jarak tempuh yang agak jauh. Letaknya yang berada di Lombok Tengah Bagian Selatan yaitu di Desa Pujut. Tepatnya di Jalan Raya Awang, Desa Mertak Lombok Tengah. Lokasi ini cukup jauh dari Bandara, tapi jalannya sudah bagus. Penasaran yang membuat kami mencoba untuk kesana. Ada seorang teman yang sudah kesana pun membagikan beberapa foto di atas tebing dengan keindahan alam yang luar biasa.

Berangkat dari Mataram sekitar jam 10 pagi, kami menempuh perjalanan melewati Bandara Lombok lalu ke arah Kuta Mandalika. Perkiraan perjalanan sekitar 2 jam. Kalau dari Bandara Internasinal Zainuddin Abdul Majid Lombok menempuh sekitar 1 jam 45 menit menggunakan mobil dengan kecepatan sedang. Kami berjalan santai melewati Kawasan Kuta mandalika dan berlanjut ke proyek Circuit Moto GP yang sepertinya belum terlihat bentuk jalannya. Masih membuat jalur sirkuit dan drainase sehingga jalannya pun berdebu dan bergelombang karena bebatuan.

Setelah itu, jalan menuju tempat wisata yang kami tuju cukup bagus meski tidak lebar. Jalan berliku melewati bukit adalah ciri khas pantai di Lombok yang membuat banyak orang mengaguminya. Daerah pantai di Selatan Lombok ini memang terkenal gersang. Tak banyak tanaman yang ditanam seperti palawija, hanya ada tembakau, rumput gajah dan pepohonan yang dibiarkan tumbuh liar. Sisanya tanah kering gersang yang terlihat panas.

Jalan berliku yang panjang akhirnya bertemu di persimpangan dari Jl Raya Sengkol Menuju Jl Bumbang. Menggunakan petunjuk arah di Internet cukup jelas. Jalannya lurus langsung menuju Gerbang masuknya. 

Tiket masuknya cukup terjangkau bukan? Tapi kendaraan tidak bisa ditinggalkan disini ya karena masih jauh perjalanan. Kalian masih harus melanjutkan dengan kendaraan yang digunakan. Jalanan sepi, hanya ada kendaraan kami yang melintas. Jalannya tidak besar, masih berliku menanjak dan menurun hanya cukup untuk dua kendaraan. Kami terus berjalan mengikuti jalan yang ada.


Malihat petunjuk arah ini, kami pun memutuskan untuk mencari penangkaran rusa dan melihat kupu-kupu. Pantai pada siang hari akan terasa sangat panas dan tidak bersahabat untuk anak-anak. Sekalian kami numpang sholat di Musholla yang ada di sana. 

Kami sempat mengira kalau penangkaran rusa agak jauh karena si Ayah yang dijelaskan saat membeli tiket kurang jelas. Kami memilih belok kanan, jalan aspal hanya beberapa meter lalu jalan tanah yang akan licin kalau hujan. Jalan itu hanya cukup untuk satu mobil dan satu motor, kalau papasan dengan mobil lain akan sulit dan harus mencari tempat yang agak luas supaya tidak saling bersinggungan. Hari ini sepi, padahal Hari Sabtu. Kami tidak menemui pengunjung lain selain kami. 

Ada pipa saluran air dan kabel listrik, berarti ada tujuan yang jelas di ujung jalan tanah dengan kebun di samping kanan dan kiri. Kami berjala pelan karena jalannya bergelombang. Sampai pada jalan yang semakin berbatu, kami memilih putar balik di sebuah tempat yang dibuar seperti tempat parkir kendaraan. Karena bawa dua balita dan takut terjadi sesuatu di tengah jalan karena jauh dari peradaban, kami pun memutuskan untuk putar balik. Di sebuah tempat parkir yang cukup luas dengan penutup spandek untuk parkir motor itu terlihat sangat sepi. Kiri kanan hanya ada pepohonan. Mungkin karena sepi jadi terasa seperti menyeramkan karena di tengah hutan.

Sampai di pertigaan, kami mencoba berbelok ke arah yang lain. Barulah kami lihat penangkaran rusa berada di sebelah musholla, kami pun memutuskan untuk parkir di depan Musholla sambil berjalan di taman sederhana yang tidak ada pengunjung lain selain kami.

                                            sumber: dokumen pribadi
                                            sumber: dokumen pribadi

Ada sebuah papan informasi besar tentang Taman Wisata ini  karena kawasan ini sangat luas agar pengunjung  lebih mengerti. Baru kami sadar kalau ada tulisan papan petunjuk kecil di samping itu arah pantai yang dituju dua jalan itu.Kami memang tidak berniat ke pantai, hanya ingin tahu saja dan kebetulan ada penangkaran rusa dan kupu-kupu, sekalian saja memperlihatkan pada si Sulung tentang dua binatang yang belum pernah ditemuinya. Di Lombok baru ada satu kebun binatang dengan jumlah hewan yang masih terbatas di Lombok Utara. Namun, kami belum berkesempatan untuk kesana. Awalnya hanya ada gajah, tapi sekarang sudah ada beberapa hewan lain. Masih masuk agenda kami yang belum terlaksana.




Saat kami mendekati kandang rusa, kami melihat ada papan peringatan untuk tidak memberi makan rusa kecuali makaan yang diberikan petugas. Ada atraksi memberi makan rusa, tapi mungkin karena sepi jadi hari ini tidak ada. Rusa-rusa itu berteriak-teriak seperti memitna makan pada kami. suaranya melengking seperti berteriak. Kami iba, tapi tidak berani memberi makan karena tidak ada petugas yang menjual makanan rusa.

Karena sangat panas, kami membeli ice cream di satu-satunya penjual disana dengan sepeda motor. Suara rusa masih terus berteriak seperti kelaparan. Mereka adalah rusa flores. Ada papan pemberitahuan tentang rusa tersebut.






Kami pun mencari rumah dengan gambar kupu-kupu di area sebelahnya. Ada taman kecil dengan patung kupu-kupu yang instagramable. Yang unik adalah dua hiasan kayu dengan panjang yang sama, diatasnya ada seperti ukiran bentuk wajah abstarak yang di bawahnya ada tulisan korea. Adikku yang bisa membaca, arti tulisan i kayu itu adalah Raja Dae Jang dan Ratu Dae Jang.

Ternyata memang ada kerjasama dengan Korea Selatan untuk pembuatan Taman Wsata Alam Gunung Tunak ini. meski masih sangat sederhana, tapi kalau terawat, akan menarik. Mempelajari ekosistem asli tanaman dan hewan itu. Sederhana, alami dan menyatu dengan alam. Sesuatu yang jarang didapatkan di kota.






Ada rasa damai berada disini. Tak ada keramaian, tak ada polusi, sejauh mata memandang banyak pepohonan, monyet berkeliaran, hewan yang lain pun dapat hidup dengan nyaman jauh dari polusi dan kebisingan. Deretan kincir angin ditempel di atas kayu panjang berderet menuju Butterfly Learning Centre. Kami pikir, akan banyak warna dan jenis kupu-kupu yang ada di dalamnya, tapi ternyata justru hanya ada beberapa kupu-kupu di dalamnya.









Mungkin hanya kupu-kupu jenis tertentu yang ada di dalam untuk peneliatian atau kalau sudah banyak, yang lain bisa dibiarkan hidup bebas di alam liar. Ada loket penjualan karcis yang tidak dijaga. Disanalah harus membayar sejumlah uang untuk bisa masuk ke Bagunan Butterfly Learning Centre.

Ada paranet yang menyelubungi bangunan itu hingga ke atap. Akan sulit bagi kupu-kupu untuk keluar dari banguann itu. Ada pohon bunga dan sebuah kolam yang kering di dalamnya. Ada sebuah bangunan tertutup yang terlihat seperti gudang penyimpanan, ada juga bangunan terbuka kecil yang terdapat rak yang berisi kupu-kupu yang mungkin sudah diawetkan dibingkai dalam bingkai kayu.

Sayang tidak bisa masuk karena tidak ada penjaga, kami hanya bisa melihat dari luar. Anak-anak suka melihat kupu-kupu yang ada di sekitar tempat ini sambil duduk di tamannya. Ada beberap bangku cor yang dibuat di depan bangunan itu. Kupu-kupu banyak dengan berbagai warna. Mungkin karena dalam banguanan itu ada kupu-kupu juga, jadi kupu-kupu yang lain pun mendekat. Meski kupu-kupu tidak hidup berkoloni, tapi berada di sekitar sejenisnya akan merasa lebih menyenangkan.

Taman sederhana yang tenang. Tempat yang sangat membuat hati dan fikiran kembali bersih. Menikmati alam dalam kesederhanaan dan apa adanya. Indah apa adanya dalam kesederhaan. Tak terlihat menawan, tapi menenangkan. Angin bertiup sepoi-sepoi, menyibak hawa panas pesisir pantai. Memberi kesejukan yang tak berlebihan.

Tak lama, datang satu mobil pick up yang berisi banyak orang di bagian belakang, parkir di pinggir jalan dekat pertigaan. Banyak orang turun kemudian membilas badannya di kamar mandi belakang musholla. Sepertinya mereka dari arah pantai, mungkin baru selesai mandi di pantai. Mereka juga menggunakan bahasa Sasak dengan logat Lombok Tengah, jadi sepertinya mereka bukan orang jauh.






Ada beberapa gubuk kosong di piggir dekat hutan, entah untuk apa. Ada gerobak bakso yang kosog juga. Mungkin sebelumya pernah ramai dan ada penjual di sini. Atau karena pandemi jadi belum kembali normal. Ada seekor monyet yang asik duduk di gerobak bakso kosong itu.

Tak lama orang-orang mandi, ada sebuah mobil pick up lagi datang dari arah jalan masuk. Ternyata penjual es campur. Benar-benar pelepas dahaga di tengah terik matahari. Kami tidak lama karena panas sekali, kami pun memutuskan pulang. Nanti entah kapan kami akan kembali melihat seindah apa pantai dan tebing tepi pantai yang katanya bagus.

Hari ini, cukup untuk menyenangkan anak-anak. Membuat mereka mengetahui sedikit binatang yang tak pernah mereka lihat, melihat monyet dan kupu-kupu yang cantik.

Yuk ke Lombok J

 

 


Comments