Menyapih dan si Adek

 Seminggu ini, alhamdulillah Emak dikasih nikmat sakit oleh Allah. Berawal dari menyapih ASI si adek yang sudah berumur 2 tahun yang membuat ASI menjadi bengkak dan badan menjadi meriang. Si adek juga awalnya justru mudah, tapi di hari ke-3 dan ke-4 justru malah menjadi rewel dan mengamuk saat akan tidur yang membuatnya memaksa untuk bisa minum ASI lagi. Namun, tekad Emak sudah bulat dan memang sudah di sounding sejak sebulan terakhir ini.

Pada akhirnya, payudara membengkak, badan semua pegal, kepala berat dan Emak pun lemas. Saat itu berada di rumah mertua, jadi nggak enak mau rebahan aja, apalagi Bapak mertua sakit. Jadilah Emak jadi harus tetap setrong. Sudah beli obat, sudah minum vitamin, tapi tetap saja badan terasa pegal semua dan demam. Setelah minum obat, tak lama pasti berkeringat dan terasa lebih ringan, tapi setelah dipakai untuk bekerja pasti terasa lagi lemas dan badan sakit semua. 

Memang banyak yang bilang kalau menyapih, ibunya pun akan meriang, tapi saat dulu anak pertama tidak seperti itu. Emak biasa saja, jadilah Emak kira yang kedua pun sama. Namun, ternyata produksi ASI sepertinya masih melimpah. Mungkin berbarengan dengan kecapekan yang menumpuk dan mengharuskan Emak sok setrong ini istirahat, jadilah Emak lemah letih lesu. Selesai menyelesaikan semua pekerjaan rumah semampunya, langsung rebahan lagi, mlungker lagi, melihat duo krucil main. 

Si Ayah bingung, musim pandemi membuat semua khawatir. Dia sempat mengajakku untuk periksa ke dokter atau rapid test karena sekarang gejala covid bermacam-macam. Aku menolaknya karena merasa tidak seperti gejala covid yang kuketahui. Badan rasanya capek semua dan memang pengaruh payudara yang membengkak ini kepala jadi pusing dan demam. Beberapa orang menyarankan untuk memeras dan membuangnya karena saya tidak pernah menggunakan pompa ASI. Kucoba melakukannya dan melakukan pijit secara teratur dan memang terasa lebih baik. 

Si adek memang sesekali masih sering pegang payudara, kucium dan kusayang setiap kali dia ingat itu. Saya pun merasa kalau ada yang hampa setelah menyapihnya. Ada rasa sedikit sedih melepas moment indah menyusui. Menyusui bagi saya adalah moment yang sangat indah, ada pemberian yang ikhlas untuk bermanfaat, ada komunikasi tanpa kata, ada tatapan mata cinta dan ada pelukan tulus kasih sayang. Meski berat melepas moment ini, tapi harus dilakukan karena dia harus mandiri. Dia harus belajar mandiri, belajar ke fase berikutnya, belajar untuk beradaptasi dengan banyak hal baru.

Kami, orang tua tak bisa mendampinginya selamanya. Dia harus mulai belajar melepas sedikit demi sedikit ketergantungan seiring tumbuh dan berkembang. Sebaga orang tua, tentu kita ingin terus mendampingin dan menyayangi mereka, tapi kita harus ingat kalau mereka itu titipan yang harus kita pertanggungjawabkan kelak. Mereka harus kita ajarkan untuk mandiri, untuk mengenal baik dan buruk dan untuk bisa menghadapi dunia dengan landangan agama dan bermasyarakat. 

Di kampung masih ada saja yang meminta jampi untuk melepas ASI. Biasanya kami datang dengan membawa makanan dan minuman kesukaannya lalu dibuka dan dibacakan doa. Ada juga yang memberikan ramuan tradisional untuk ditempel pada payudara Ibu untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan. Saat si Sulung, ini masih banyak dan tsaya pun sempat mencoba atas saran saudara, tapi si bungsu tidak menggunakan cara ini karena memang saya juga tidak mencari. Si Mbak saat itu tetap rewel dan mengamuk meski sudah dijampi membuat saya merasa harus memperbaiki metode menyapih agar tidak ada teriakan dan amukan.

Si Adek coba di sounding sebulan sebelum dua tahun, memberikan pengertian padanya kalau sebentar lagi sudah harus berhenti menyusu karena sudah besar. Menyelipkan kalimat bawha Allah memberikan kita minum ASI hanya sampai umur 2 tahun saja. Setelah itu, kita harus sudah bisa makan makanan yang ada di luar dan lebih mandiri. Meski memang dia belum mengerti benar, tapi ketika menceritakannya dengan cinta, sedikit sedikit mengurangi frekuensi menyusui, saat benar-benar dilepas, dia pun tidak mengamuk. Hanya memang sesekali bertanya, tapi tidak memaksa. Ada rasa kehilangan, belum rela, tapi dia sudah mulai mengerti untuk tidak bisa lagi menyusu. 

Ada beberapa teman yang masih menggunakan cara menakuti dengan lipstik dan sejenis makanan atau minuman pahit yang memberikan efek jera. Mertua pernah juga menyarankan untuk melakukannya, tapi saya ingin bisa melepas ASI tanpa kepura-puraan. Saya ingin kami berdua siap dan ikhlas dengan kesadaran penuh bahwa Allah sudah menetapkan kalau pemeberian ASI hanya dilakukan sampai 2 tahun saja. 

Alhamdulillah meski awalnya mulus dilanjutkan sedikit mengamuk di hari ketiga dan keempat, akhirnya dia pun sudah mulai bisa beradaptasi. Tidur sesekali minta digendong dulu sebentar lalu minta untuk tiduran saja. Tinggal ditemenin, sudah tidur. Sesekali tengah malam minta minum air putih saat terbangun.

Si adek lebih cepat ngantuk dibanding si sulung. Mungkin karena dia tetap kenyang dalam keadaan apapun, jadilah dia akan meminta tidur setelah emak sholat Isya'. Emak tidak terlalu repot sekarang, si adek sudah lebih mandiri dan segera lepas diapers yang menjadi PR emak selanjutnya. 





Comments